Sudah hampir dua bulan Azlan berada di rumah sakit tahanan, tubuhnya semakin kurus kering. Bermacam-macam obat sudah dia minum, tapi tak ada perkembangan pada kesehatannya. Penyakitnya semakin parah bahkan alat kelaminnya semakin membengkak, membuatnya merintih kesakitan sepanjang hari.
Sedangkan Hania kembali masuk penjara karena sudah menyebarkan video asusila dan membawa kabur narapidana. Bahkan orangtuanya juga ikut terjerat masuk kedalam penjara karena terjerat kasus kekerasan dan penganiayaan. Mereka semua hanya bisa meratapi nasib sial yang menimpa, tak ada keluarga yang mau menolong atau pun membantu meringankan masa tahanan. Herman setiap hari mendampingi Azlan, bahkan tak segan membantu membersihkan tubuh keponakannya."Om," lirih Azlan.Herman mengangguk. "Ada apa?" tanyanya seraya mengusap punggung tangan Azlan. "Aku ingin bertemu Nayra," Herman menggaruk pelipisnya, dia bingung henPOV AgengTubuhku menegang saat mendengar penjelasan Heru, tentang Nayra yang hendak dilamar seorang ustadz di kampungnya. Jantungku berdebar, hatiku hancur berkeping, rasanya kaki ini lemah tak bertulang membuatku terduduk disudut kamar. Cinta pertamaku akan di lamar orang lain, haruskah aku mundur dan mengalah? Sekian lama kunanti, tapi kenapa Tuhan seolah tak memihak kepadaku? Apa aku tak pantas menjadi pendampingnya?"Allah, izinkan hamba untuk memilikinya dan menjaganya hingga akhir hayat hamba, jadikanlah ia pasangan halal hamba,"Aku mengusap wajah kasar, rasanya tak ada lagi harapan untuk memiliki Nayra kembali. Terlebih lelaki itu akan melamar minggu depan, Nayra bolehkan aku menikungmu di sepertiga malam? Jika tak bisa meminta hatimu padamu, maka akan kupinta cintamu pada Sang Pemilik Cinta.Hampir tiga bulan aku berusaha mendekatinya kembali, tapi kenyataannya nihil. Nayra menganggapku teman biasa, terang
2 Tahun berlalu ...Ira berjalan tertatih menuju kamar mandi, para sipir mengawasinya dari kejauhan. Ira tersenyum miris, meratapi nasibnya begitu mengenaskan, menghabiskan masa tua seumur hidup di penjara. Anak angkatnya sudah tiada, anak tirinya menjauh, keluarganya tak peduli. Dia benar-benar sendirian di penjara, walaupun sesekali Broto menjenguknya.Ira tak menyangka jika Broto masih berbaik hati menjenguk dan membawakannya makanan, padahal dia sudah menghancurkan rumah tangga dan mencelakai anak cucunya. Tapi, Broto masih berbesar hati mengikhlaskan semua yang terjadi. Tapi hukum tetap berjalan, Ira tetap harus menjalani hukumannya atas kasus percobaan pembunuhan dan pencemaran nama baik.Ira terduduk di sudut kamar mandi, dia putus asa. Tak ada lagi harapan untuk melanjutkan hidup, dia ingin ajal segera menjemputnya karena sudah tak tahan lagi di hantui penyesalan. Belum lagi rasa bersalah pada istri pertama Broto menghantuinya, ba
Misteri Kematian HilmanHilman bergeming dengan keringat sebesar biji jagung bercucuran saat terbangun dari tidurnya. Mimpi buruk yang sama seperti kemarin, perempuan berwajah menyeramkan datang dan berusaha membunuhnya. Bahkan perempuan itu terus meraung-raung, saat ia berusaha menjauh, yang membuat ia heran perempuan mengerikan itu menggendong bayi berwajah sangat menyeramkan. Wajahnya penuh luka tusuk.Hilman merasa mual saat mencium bau busuk, matanya bergerak kesana kemari mencari asal bau busuk tersebut. Suasana sel sangat sepi, sipir yang biasa berjaga di depan juga tak ada. Tengkuk Hilman terasa dingin, bulu halusnya meremang."Hilman ..."Suara perempuan itu lagi terasa nyata, dengan susah payah Hilman menelan salivanya. Dia ingin lari, tapi tubuhnya sama sekali tak bisa di gerakan."Hilman ... Ini aku!" lagi suara itu semakin dekat.Tubuh Hilman bergetar saat merasakan pelipisnya disentuh ses
Pov NayraSetelah seminggu perawatan, akhirnya aku kembali pulih dan diizinkan pulang meskipun hati dan jiwa ini belum sepenuhnya pulih. Luka itu masih menganga lebar meneteskan darah, setelah mengetahui bahwa belahan jiwaku yang bersemayam didalam rahim ini telah pergi selamanya. Bahkan dia pun enggan bertahan, tak ingin melihat dunia yang penuh konspirasi ini."Nay, mau makan apa?" Tanya Bang Heru seraya ikut duduk di sampingku.Aku menggeleng. "Masih kenyang," jawabku singkat.Bang Heru mengangguk, lalu kembali fokus dengan gawainya. Aku hanya diam menikmati semilir angin sore yang menerpa wajah, kami berada ditepi danau didekat rumah mendiang nenek kami. Aku memilih pulang kekampung halaman nenek untuk menenangkan jiwa yang tengah terguncang.Dua minggu lagi, aku sudah resmi berstatus janda. Aku akan terbebas dari ikatan pernikahan, kututup cerita pahit bersama bang Azlan. Akan kubuka lembaran b
Aku keluar kamar saat hari sudah gelap, jika bukan karena perutku sudah meraung-raung minta diisi mungkin aku lebih baik mengurung diri. Kufikir keluarga Bang Azlan sudah pulang,ternyata mereka masih berkumpul di ruang keluarga sambil menikmati nugget yang selalu ku stock di kulkas."Dik, abang mau ngomong!" ucap Bang Azlan saat melihatku.Aku hanya mengangguk seraya berjalan menuju dapur tak menghiraukan adik maduku yang terus menatapku dengan tatapan sinis.Kubuka kulkas yang isinya sudah sangat berantakan, bahkan nugget yang kustock begitu banyak habis tak bersisa, piring-piring kotor bertumpuk tumpahan minyak goreng berceceran dimana-mana."Siapa yang berantakin dapurku?!" teriakku kesal.Kulihat Bang Azlan salah tingkah. "Sudah merusak rumah tangga orang, sekarang dapurku juga ikut dirusak!""Maafkan Adelia, sayang, dia biasa memakai jasa pembantu di rumahnya," ucap
Adelia mengamuk tak karuan mendengar Bang Azlan lebih memilihku, Bang Azlan terlihat bingung ingin menenangkan istri mudanya tapi Papa terus menatapnya tajam. Sedangkan aku tetap memasang wajah polos menyaksikan drama gratis yang disuguhkan Adelia, sambil menikmati ayam kentucky.Aku bersorak gembira didalam hati, tanpa perlu mengotori tanganku kebusukan Adelia terbongkar.Ternyata selera Bang Azlan sungguh rendah sekali,Bang Azlan seperti pemulung yang memungut barang yang telah dibuang orang lain. Sungguh kasihan."Ini anakmu!" Teriak Adelia lagi seraya memukuli perutnya sendiri.Adegan yang sangat dramatis, Bang Azlan akhirnya meraih tubuh Adelia. "Iya aku percaya itu anakku,"Sungguh bucin sekali, sudah diberi barang bukti tapi tetap saja percaya dengan gundiknya. Entah memakai pelet apa Adelia sampai-sampai Bang Azlan seperti takut kehilangannya.Sedangkan aku,dipertahankan hanya untuk menjadi ATM ber
Kutatap Adelia yang masih menangis,bahkan tangisannya semakin keras. Kubanting piring kedinding, membuat pecahannya berserakan. Seketika Adelia berhenti menangis, kulirik Bang Azlan yang menunduk tak berani membela diri ataupun membela gundiknya."Tak jadi aku melunasi semua hutangmu! Jadi sebagai gantinya, aku akan memotong gajihmu setiap bulan untuk melunasi hutang-hutangmu,"Bang Azlan terkejut. "Lho kenapa, dik?" Tanyanya.Aku berdecih. "Kalian sudah melanggar semua persyaratanku, rumah bukannya di beresin malah asyik bergumul!" Ketusku."Dzolim kamu, mbak!" Teriak Adelia.Aku tersenyum sinis. "Kalian yang dzolim padaku sedari awal, terus sekarang merasa terdzolimi? Ini balasan untuk pengkhianat seperti kalian!"Bang Azlan mengusap wajahnya kasar. "Dik Nay, belum puaskah menurunkan jabatan abang? Terus kenapa sekarang gajih harus dipotong lagi?" Ucap dan
Kuhembuskan nafas kasar ketika mendengar pintu rumahku digedor dengan brutal. Tak ada sopan santunnya bertamu di rumah orang, apalagi malam-malam begini. Waktunya orang istirahat, malah datang bertamu!Saat kubuka pintu, ternyata dua perempuanparuh baya dengan penampilan seperti sosialita menatapku dengan sinis dari atas sampai bawah. Mungkin karena penampilanku hanya memakai daster yang sudah berlubang ini, jadi mereka menganggapku rendahan."Minggir! Pembokat gak tahu sopan santun!" Ketusnya seraya menerobos masuk kedalam rumah tanpa kupersilahkan.Aku melongo menatap mereka yang teriak-teriak memanggil nama maduku."Adelnya mati!" Celetukku asal.Mereka serentak menatapku dengan tatapan tajam."Lancang kamu ya, nyumpahin anak saya mati!"Oh, jadi ini Ibunya Adel. Tapi kenapa dia tak hadir saat pernikahan kemarin."Kita aduin nanti sama Adel dan A