Aku mencebik bibir.
"Lilik heran sama kamu, Ris. Sifat kamu itu berubah seratus delapan puluh derajat semenjak menjalin hubungan dengan Devi. Sepertinya kamu harus segera diruqyah, karena sepertinya masih ada aura negatif yang menempel di tubuh kamu. Banyak syaitan yang mengikuti dan menetap di jiwa kamu, mungkin karena pengaruh gendam yang Devi berikan. Sepertinya jiwa kamu harus segera dibersihkan, Haris!""Sudahlah, Lik. Nggak usah mengada-ada. Saya capek, mau istirahat dulu!" Mengayunkan kaki lebar-lebar masuk ke dalam kamar, menghempaskan bobot secara kasar di atas petiduran kemudian segera memejamkan mata menjemput lelap serta mengistirahatkan badan.***Samar-samar terdengar suara berisik orang-orang sedang bercengkrama di ruang tengah. Aku lekas membuka mata, melihat jam di pojok kiri layar ponsel dan ternyata sudah pukul enam pagi.Ah, jam segini suasana di rumah sudah berisik sekali seperti di pasar. ApaPOV Author.Pagi-pagi sekali, selepas subuh seperti biasa Sarni mengikuti kajian di masjid komplek tempat tinggal kakaknya. Kebetulan hari ini pengisi tausiyahnya adalah Gus Fauzan, seorang ulama yang terkenal dermawan juga bisa mengobati penyakit yang berhubungan dengan ilmu hitam.Karena merasa khawatir kepada sang keponakan, Sarni menghampiri guru ngajinya itu setelah dia selesai mengisi tausiyah, menceritakan semua yang menimpa juga keanehan yang ditunjukkan oleh Haris kepada sang kyai dan meminta Guz Fauzan untuk membantu menyembuhkan kemenakannya tersebut."Soalnya setahu saya Haris itu orangnya lemah lembut, sopan, baik, dan tidak pernah berbicara dengan nada meninggi kepada orang yang usianya lebih tua dari dia. Tetapi setelah terkena pengaruh gendam, terlihat sekali banyak perubahan yang dia tunjukkan, Gus. Masuk rumah saja nggak mau mengucapkan salam. Sama saya juga berani membentak!" beber Sarni setelah menceritakan semua yang terjadi.
Mata Gus Fauzan terus terpantik ke wajah Haris yang sudah sembab serta kuyu, membiarkan pria di hadapannya terus menangis dan mengingat segala kesalahan yang telah diperbuat oleh olehnya."Bertaubatlah sebelum semuanya terlambat, Mas Haris," ujarnya kemudian, setelah sekian lama terdiam memandangi pasiennya."Apakah Allah masih mau mengampuni dosa saya, Gus? Saya sudah sering berzina. Saya juga sudah menjadi orang tua durhaka, bahkan pernah hampir melecehkan Ambar, padahal saya sudah menjatuhkan talak kepadanya!" "Allah itu maha pengampun, Mas!""Tetapi dosa saya terlalu banyak. Saya juga sudah melakukan dosa besar yang mungkin sulit sekali untuk diampuni.""Tidak ada yang tahu pasti kadar atau jumlah pahala juga dosa dalam kehidupan manusia, kecuali Allah subhanu wa ta'ala yang Maha Mengetahui segalanya. Tugas manusia hanyalah untuk memahami baik dan buruk sesuatu. Menjalani segala hal baik, dan menjauhi yang buruk serta dilarang oleh a
"Sekarang Devi sudah lemah, tidak bisa berbuat apa-apa karena susuk serta ilmu hitam yang melekat di tubuhnya sudah lepas, dan bahkan mulai menyerang dirinya sendiri. Tetapi Mas Haris tetap harus antisipasi, karena pengaruh ilmu hitam masih mudah kembali ke tubuh sampeyan." Tiba-tiba ucapan Gus Fauzan ketika aku pamit pulang kembali terngiang di telinga. Apakah ini yang dimaksud oleh Gus Fauzan?"Kamu mau minum apa, Mas?" tanya Devi menyentakku dari lamunan.Ih, jangankan untuk minum. Hanya sekedar tinggal saja rasanya tidak mungkin. Tidak akan kuat mencium aroma tidak sedap yang terus saja mengganggu indra penciuman."Aku tidak haus. Aku ikut ke sini hanya ingin meminta sertifikat apartemenku. Kamu belum menjualnya bukan?" Menatap intens wajah keriputnya."Aku tidak mengambil sertifikat itu, Mas!" elaknya."Jangan bohong, Devi. Kalau bukan kamu siapa lagi?" berangku mulai terpancing emosi.
Seminggu setelah mengunggah foto unit apartemen milikku di situs jual beli rumah, akhirnya hari ini menemukan seorang pembeli yang mau membayar dengan harga cocok. Aku pun segera berkemas, mencari rumah baru walaupun ukurannya tidak sebesar rumah lama, namun sangat layak dihuni dan yang paling penting terasa nyaman.Toh, aku tidak membutuhkan rumah yang besar karena hanya tinggal sendirian saja. Aku hanya butuh rumah yang nyaman dan jauh dari jangkauan Devi. Sudah tidak mau lagi diganggu juga berurusan dengan perempuan itu.Karena rumah yang baru aku beli tidak memiliki perabot sama sekali, aku memutuskan untuk membeli sebuah kasur berukuran single untuk alas tidur, juga membeli beberapa peralatan lainnya.Keadaan ini mengingatkan aku ketika aku dan Ambar baru saja menginjakkan kaki di Jakarta dan saat itu kami tidak memiliki apa-apa. Hanya kasur lantai sebagai alas tidur, juga kain usang yang kami gunakan sebagai tirai untuk menutup jendela agar tidak terlihat dari luar.Dada ini ter
"Bapak tidak apa-apa?" sapa seorang jamaah yang kebetulan hendak ikut shalat berjamaah juga di mushalla tersebut.Aku menatap pria yang mungkin seumuran dengan Azriel itu, tersenyum kepadanya dan anak remaja tersebut membantu memapahku masuk ke dalam surau."Terima kasih, Nak," ucapku kemudian, setelah berada di dalam rumah Allah dan merasakan ada kenyamanan serta keteduhan di tempat ini."Sama-sama, Pak. Tapi Bapak tidak apa-apa kan?" tanyanya lagi."Saya tidak apa-apa. Hanya sedikit pusing saja!""Yasudah. Saya ke barisan dulu. Soalnya sudah qomat."Aku menjawab dengan anggukan kepala lalu ikut masuk ke dalam barisan, melaksanakan ibadah shalat dzuhur secara berjamaah walaupun tubuh terasa berat seperti ada sesuatu sedang menaiki badan.***Selepas ashar, aku berkeliling jalan raya tidak jauh dari tempatku tinggal, berniat mencari ruko yang akan dijual atau disewakan unt
"Azriel, Papa minta maaf. Tolong jangan berkata seperti itu kepada Papa, karena itu sangat menyakiti hati Papa," ujarku lagi, seraya terus menatap wajah tampan anakku."Saya sudah memaafkan Bapak, karena Mama selalu mengajarkan kepada saya untuk tidak menyimpan dendam kepada orang yang sudah menyakiti saya," jawabnya lagi."Kalau begitu, tolong terima Papa di kehidupan kalian lagi. Papa ingin kita kembali hidup bersama seperti dahulu, Nak. Menjadi imam kalian, dan...""Sudahlah, Pak Haris. Memaafkan bukan berarti harus menerima Anda kembali!" potong Azriel. "Anda sudah memiliki kehidupan yang baru, pun dengan kami bertiga.""Azriel, Papa mohon...""Aku juga pernah memohon seperti itu ketika meminta Anda pulang dan meninggalkan tante Devi, juga pernah memohon kepada Anda agar berhenti menyakiti hati Mama. Tapi apa yang Anda lakukan terhadap diri saya, Pak? Anda malah menampar saya dan memukuli saya hingga babak belur. Apa Anda masih ingat
Semenjak mengetahui alamat rumah Ambar, hampir setiap hari aku mendatangi rumah mantan istri, memantau dari kejauhan untuk melepas rasa rindu yang membelenggu kalbu.Senyum terkembang di bibir ketika melihat Azriel begitu rajin membantu sang bunda mengirimkan pesanan catering kepada pelanggan, dan usaha Ambar sepertinya semakin maju karena hampir setiap hari terlihat kesibukan di rumah tempat tinggalnya. Bahkan aku lihat kalau mantan istri juga sudah memiliki beberapa orang karyawan.Namun, aku juga tidak bisa membendung air mata yang terus saja memaksa untuk memburai dari balik kelopak saat melihat keharmonisan anak-anak bersama ibunya, bahkan mereka terlihat selalu mengembangkan senyuman, tertawa lepas tanpa beban juga seakan lupa kepada diriku yang sudah menggores luka begitu dalam di dinding hati kepada orang-orang yang teramat kucintai.Ting!Sebuah pesan singkat masuk ke aplikasi berwarna hijau milikku. Dari salah seorang tetangga, yang aku
Sore hari, aku memutuskan untuk menemui Roy di perusahaan barunya, yang dulu aku banggakan karena Haris Mulyadi, seorang laki-laki yang berasal dari sebuah kampung bisa memiliki perusahaan sebesar itu di Jakarta, dan bahkan Roy saja yang sudah terlebih dahulu menggeluti bisnis yang sama sepertiku masih berkantor di sebuah ruko kecil dengan hanya memiliki karyawan sebanyak tiga orang saja.Tetapi sekarang, semua yang kumiliki justru berpindah ke tangan sahabatku itu, padahal aku pikir roda tidak akan pernah berputar dan keberuntungan akan terus menemani diriku.Namun nyatanya salah. Sekarang aku sedang benar-benar berada di bawah, dan dia yang tengah naik di atas puncak kesuksesan.Bahkan, sepertinya lambat laun bukan hanya perusahaan yang berpindah ke tangan dia, anak-anak serta istri pun bisa jadi akan ditaklukan oleh dia.Ya Allah... Pasti rasanya sakit sekali jika melihat dia bersanding dengan Ambar, menjalani rumah tangga bersama mantan istri