Silvya dan Jim baru saja memasuki kamar pengantin mereka.
Kamar itu dihiasi dengan dua boneka angsa diatas tempat tidur pengantin dengan taburan kelopak bunga mawar di hampir seluruh permukaan ranjang. Warna lampu kuning yang temaram membuat suasana kamar terkesan romantis untuk melakukan aktifitas di malam pertama.
Dan bagi Silvya, malam ini sangat mendebarkan, terlebih karena Jim bukanlah pria yang ia cintai. Pernikahan ini terpaksa ia jalani karena paksaan dari papanya yang tidak ingin ia terus patah hati karena mengingat Chris.
Janji Chris untuk kembali padanya membuat Silvya berusaha mengulur waktu untuk menikah. Tapi apa mau dikata, suratan takdir berbicara lain. Chris ternyata mencintai istri yang sekarang dinikahinya yaitu Maureen. Seorang gadis kaya yang memiliki aset trilyunan.
Silvya memang kecewa, namun ia bisa menerima kenyataan itu dengan baik. Ia bahkan bisa menjalin hubungan baik dengan istri Chris yaitu Maureen.
"Silvya, aku lihat kamu lelah. Sebaiknya kamu beristirahat. Aku ada janji dengan temanku. Kamu tidak perlu menungguku. Aku akan kembali sebelum kamu bangun esok pagi," kata Jim sambil mengganti jas yang ia gunakan saat pesta pernikahan tadi.
Sylvia menatap Jim dengan tatapan curiga. Malam pertama ini seharusnya Jim menemaninya, walaupun ia tidak mencintai pria ini namun meninggalkan pengantin wanita sendirian di kamar hotel jelas sesuatu yang tidak umum.
"Kamu mau kemana, Jim?" tanya Silvya dengan tatapan curiga.
"Hanya sebentar, menemui seorang teman... " Jawab Jim lalu dengan cepat ia mencium kening Silvya dan berjalan keluar kamar pengantin yang sudah dihias indah itu.
Punggung Jim tenggelam di balik pintu kamar dan Silvya hanya bisa menatapnya dengan penuh tanya.
Silvya melayangkan tatapannya ke seluruh ruangan kamar yang terlihat mewah ini. Dan disinilah dirinya berada sekarang, sendirian tanpa seorang teman...
Silvya menghembuskan nafas berat, malam ini benar-benar malam pertama yang sangat mengecewakan baginya. Bukan karena ia tidak melakukan aktifitas seperti para pengantin lainnya di malam pertama pernikahan, namun rasa kecewa ini timbul lebih dikarenakan ia ditinggalkan oleh suaminya. Sang pengantin pria terkesan tidak menginginkannya.
Perilaku Jim membuat Silvya diam dengan seribu tanya. namun dalam hati ia mulai merasakan adanya penyesalan. Ia memang tidak berharap ada ritual pengantin dengan Jim. Karena pada dasarnya ia juga tidak siap, namun sendirian di kamar pengantin seperti ini, ia juga merasa sangat aneh.
Apa yang sebenarnya ingin Jim kerjakan di malam pengantin bersama dengan temannya? Tidak bisakah itu dilakukan esok hari? Apakah Jim memiliki kekasih lain diluar sana? Ia masih ingat dengan jelas ketika Chris juga meninggalkan Maureen di malam pengantinnya untuk menemui dirinya. Chris yang saat itu dijodohkan mamanya memilih untuk tidak menyentuh Maureen dan malah meninggalkan wanita itu dengan mantannya. Jadi Maureen menemui Alec sementara Chris menemui dirinya.
Dan mengingat hal itu, Silvya pun jadi merasa cemas. Apakah Jim juga memiliki wanita lain di luar sana? Memang jejak Jim yang terkenal sebagai the player selalu menghantui Silvya. Tapi dari sekian banyak wanita yang selalu mengelilinginya, kenapa Jim malah memutuskan untuk menikah dengannya? Untuk apa?
Dia toh juga bukan termasuk wanita yang cantik seperti para wanita yang selama ini selalu mengelilingi Jim. Namun seperti yoyo, Jim selalu kembali padanya dan memohon maaf. Bahkan ia selalu datang dengan wajah penuh penyesalan dan sejuta janji manis agar Silvya kembali mau menerimanya. Dan sekarang setelah ia menerima lamaran Jim, ia kembali ditinggal sendirian! Silvya menyesali kebodohannya untuk yang pertama kalinya! Seharusnya ia tau bahwa seorang the player tidak akan bertobat dengan mudah.
Silvya menatap ke arah cermin. Ia tampak sangat cantik dengan gaun pengantin model sabrina berwarna putih tulang yang menutupi sebagian lengan dan dadanya. Seandainya saja yang menjadi suaminya saat ini adalah Chris, ia pasti akan sangat berbahagia sekali.
Tapi ... Ah! Silvya menepis bayangan itu. Chris sudah menjadi milik orang lain dan tidak akan pernah menjadi miliknya untuk selamanya. Bahkan ia juga tau bahwa hati Chris sekarang sudah jadi milik Maureen selamanya.
Silvya tersenyum menatap bayangannya sendiri yang ada di depan cermin dan dengan perlahan ia membuka restleting gaun itu. Melepasnya dan memperhatikan sendiri bentuk tubuhnya. Belum ada satu pria pun yang pernah menyentuhnya, bahkan di malam pengantin seperti ini. Pria yang seharusnya menyentuh dirinya malah pergi entah kemana.
Silvya menggantung gaun pengantin itu di lemari yang di sediakan lalu ia pun memakai pakaiannya sendiri. Pakaian tidur berbahan sutra dengan tali spaghetti dan juga kimono yang membalut gaun tidur itu. Silvya lalu membersihkan wajahnya yang full make up dan setelahnya ia berusaha untuk membaringkan diri dan tidur.
Namun beberapa kali ia berusaha memejamkan matanya, Silvya tidak mampu masuk ke alam mimpi. Perasaan gelisah terus menyiksanya. Dan ia pun memutuskan untuk keluar dan mencari udara segar.
Silvya berjalan di taman di depan kamarnya. Hotel tempat mereka menginap adalah hotel berbintang lima. Dan Jim sengaja menyewa cottage yang berada di tengah taman. Pemandangan di sekeliling kamar itu adalah taman dan kolam renang. Dari jendela kamar di area belakang cottage itu, bisa terlihat taman pribadi yang indah beserta gasebonya. Disana juga terdapat tempat untuk melakukan Jacuzzi sementara di depan kamar mereka ada teras dan juga balkon dengan dua kursi.
Pemandangan di depan balkon itu adalah kolam renang mini untuk anak-anak dan juga di sebelahnya kolam renang untuk orang dewasa.
Lampu sorot taman berwarna kuning menghiasi seluruh taman sementara di dalam kolam renang menyala lampu putih berwarna terang.
Silvya berjalan mengitari taman menuju kolam renang itu. Ia menceburkan kakinya ke dalam kolam yang berair dingin. Sensasi sejuk ia rasakan menjalar dari kakinya, suasana hatinya seketika berubah menjadi baik.
"Kamu, kenapa tidak masuk ke kamar?" Ia mendengar suara pria yang sangat dikenalnya.
"Chris? Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Silvya dengan nada kaget.
"Maaf aku datang terlambat, ada hal yang harus aku selesaikan tadi. Sebenarnya aku sudah akan datang besok tapi aku pikir aku akan menyempatkan malam ini saja jika memang kita masih bisa bertemu." Chris berjongkok di sisi Silvya. Ia masih mengenakan jas kerjanya, keliatannya ia baru saja mendatangi sebuah acara penting.
Silvya hanya tersenyum mendengar penjelasan Chris yang lumayan panjang.
"Apa yang sedang kamu lakukan di sini?" tanya Chris sambil menatap ke kanan dan ke kiri seolah mencari seseorang.
"Ehm, tidak ada. Aku hanya mencari udara segar saja," jawab Silvya sambil tersenyum.
"Suamimu?" Chris mulai mengerutkan alisnya.
"Dia pergi. Ada urusan sebentar katanya." Silvya mulai bangkit berdiri dan hendak berlalu. Ia mulai takut Chris akan menanyakan banyak hal tentang perilaku Jim di malam pertama dan menilainya secara sembrono.
"Tunggu!" Chris mengeluarkan sebuah kotak dari sakunya dan menyerahkannya ke Silvya.
"Apa ini?" tanya Silvya sambil menatap kotak kecil itu.
"Ini hadiah pernikahan untukmu dari aku dan Maureen," kata Chris sambil sekali lagi menyodorkan kotak itu.
Silvya menerimanya dengan ragu.
"Bukalah, itu milikmu, Silvya," kata Chris meyakinkan.
Silvya membuka kotak itu dengan hati-hati. Dan muncul kilau cemerlang dari dalam sana ketika benda itu tertimpa sinar lampu.
Sebuah kalung dengan liontin mungil berbentuk hati dengan berlian kecil di tengahnya tergeletak dengan cantik disana. Silvya menggigit bibir melihat Chris memberikan benda mahal ini untuknya.
"Kamu membelikanku kalung berlian?" Silvya seperti tidak percaya dengan apa yang baru saja diterimanya.
Kehidupan pacaran antara Chris dengannya dulu sangatlah sederhana dan sekarang Chris ternyata sudah sanggup membelikannya sebuah kalung berlian yang mahal.
"Aku dan Maureen yang membelikannya untukmu, Silvya," ralat Chris.
Ia tidak ingin mengakui bahwa itu adalah pemberiannya. Ia harus membawa nama Maureen sebagai orang yang juga ikut terlibat dalam pemilihan model. Karena memang selama ini terbukti bahwa selera Maureen sangat bagus.
"Tapi untuk apa?" Silvya terlihat sedikit tidak nyaman dengan hadiah yang baru saja diterimanya.
"Pakai saja!" Chris membuka kotak itu dan mengeluarkan isinya.
Ia lalu memutar tubuh Silvya sehingga membelakanginya dan memakaikan kalung itu ke leher Silvya. Silvya tidak punya pilihan selain menuruti kehendak mantan yang masih sangat dicintanya itu.
"Kamu terlihat sangat cantik," puji Chris ketika ia membalikkan tubuh Silvya menghadapnya.
Silvya hanya tersenyum singkat. Pujian Chris terdengar tulus.
"Oh ya, mana Maureen?" tanya Silvya tiba-tiba karena ia ingin berterimakasih dengan Maureen juga.
"Dia kelelahan, jadi dia mengijinkan aku untuk pergi menghadiri acara pernikahanmu sendirian," jawab Chris.
"Ohh ... ini sudah malam, Chris. Sebaiknya aku masuk." Silvya seperti menyadari sesuatu. Berduaan dengan Chris di malam pengantin seperti ini keliatannya kurang pantas walaupun ia tidak sedang melakukan apapun.
"Oh, iya. Kamu benar. Sebaiknya aku juga pulang," sahut Chris.
Silvya masuk ke kamar, sementara Chris kembali pulang. Di dalam kamar, Silvya kembali menatap dirinya. Kalung yang melingkar indah di lehernya membuat ia merasa dekat dengan Chris. Walaupun Chris mengatasnamakan Maureen tapi bagi Silvya, kalung itu adalah pemberian Chris.
Perasaannya memang masih sangat kuat dengan pria yang pernah menjalin hubungan dengannya selama dua tahun itu. Meskipun ia juga sadar bahwa hati Chris sudah bukan untuknya lagi. Silvya membaringkan diri di ranjangnya. Dengan memegang kalung di lehernya, ia merasa hatinya sangat tenang dan sebentar kemudian ia mulai terlelap.
....
"Mmph ... mmpghh!" Silvya membuka mata dan ternyata ruangan kamarnya sudah menjadi gelap. Sebuah bayangan hitam menindihnya serta tangan seorang pria membekap mulutnya sehingga ia tidak bisa berteriak. Silvya berusaha kuat untuk melepaskan diri.
Melihat Silvya terus saja berontak, pria itu pun dengan kuat memeluk tubuh Silvya lalu dengan satu tangan memberangus wajah Silvya dengan sebuah kain sampai Silvya mulai lemas dan ia tidak bergerak lagi ...
Pria itu mulai melepaskan tangannya yang menutupi sebagian wajah Silvya. Ia menatap Silvya yang sudah tergolek lemas dengan penuh minat. Wajah Silvya yang tak berdaya membuat pria itu semakin bergairah. Mata pria itu perlahan mulai berkabut dan menggelap."Kamu sangat cantik dan menarik. Aku tidak tau apa yang membuat suamimu tidak tertarik denganmu?" Pria itu bergumam sambil menyentuh wajah Silvya."Tapi tidak masalah, jika dia tidak menginginkanmu, masih ada aku yang akan menjalankan tugas malam pertama ini, Cantik. Kita akan bersenang-senang dan akan membuatmu mengalami surga yang didambakan banyak wanita." Pria itu berkata-kata dengan dirinya sendiri.Ia kembali menyentuh wajah Silvya dan jarinya dengan perlahan turun ke leher dan menyentuh kerah kimono yang dikenakan oleh Silvya. Sinar matanya mulai terlihat liar. Kimono yang dikenakan Silvya dengan perlahan ditariknya agar terbuka. Dan melihat kulit putih Silvya, pri
Jim dan Silvya makan pagi bersama di lounge hotel tempat mereka menginap. Silvya yang masih penasaran dengan pesan di ponsel Jim memilih untuk tidak bertanya. Ia tidak ingin memancing pertengkaran yang membuat suasana makan pagi jadi tidak enak. Apalagi semalam Jim sudah melakukan sesuatu padanya.'Baiklah, aku akan memberinya sebuah kesempatan lagi. Toh kami sudah menikah, bukan?' Begitulah batin Silvya kira-kira.Ia berusaha menekan rasa cemburunya, jejak masa lalu Jim yang seperti itu, bukankah ia sendiri sudah mengetahuinya? Dan sekarang? Jim keliatannya belum bisa berubah. Pertanyaan kecemburuan yang dilontarkan hanya akan membuat Jim meminta maaf dan membuat janji manis yang baru. Dan itu sangat melelahkan bagi Silvya."Kamu sedang memikirkan apa?" Jim tiba-tiba membuyarkan lamunan Silvya.Silvya tidak menyadari bahwa wajahnya terlihat cemberut dan sedikit frustrasi. Sehingga siapapun yang melihatnya aka
Knock! Knock !!Sebuah ketukan di pintu mengagetkan Silvya. Ia segera bangun dari acara berbaringnya sambil mengerutkan kening. Siapa yang mengetuk pintu? Jelas itu bukan Jim! Jim bisa membuka pintu kamar ini sendiri. Tidak perlu mengetuk pintu seperti ini. Silvya berjalan ke arah pintu dengan penuh pertanyaan. Mungkinkah room boy? Tapi ia tidak merasa memesan apapun."Ya? Ada apa?" Ia melihat seorang pria yang usianya masih terlihat muda berdiri di depan pintunya.Wajah pria itu sangat tegas dan maskulin. Kulitnya berwarna sawo matang dengan garis rahang yang tegas. Alisnya tebal demikian juga bibirnya. Tubuhnya tinggi namun tidak setinggi Jim. Ia mengenakan kaos yang memperlihatkan bentuk tubuhnya yang keras dan sedikit berotot. Dan ... dia cukup tampan ...!"Maaf, apakah benar ini adalah kamar dari ..." Pria itu mencoba memancing Silvya untuk menyebutkan namanya."Jim Cartersville ..." sahut Silv
Hari sudah sore, namun Jim belum juga kembali. Astaga! Hati Silvya seperti sesak rasanya. Memiliki suami tapi seperti wanita jomblo. Ia bahkan tidak tau Jim ada di mana sekarang. Namun untuk menelponnya, Silvya takut mengganggu privacy Jim. Apa kata teman Jim nanti? Dia memiliki seorang istri yang posesif? Ah! Tidak! Silvya tidak ingin membuat Jim merasa tidak nyaman memiliki istri yang posesif.Silvya keluar kamar untuk menenangkan hatinya, melihat tanaman hijau mungkin bisa sedikit membawa ketenangan bagi batinnya. Atau ... Berenang? Ah tidak! Kolam renang itu terlalu sepi, ia akan jadi pusat perhatian jika berenang sendirian di sana. Jadi yang Silvya lakukan akhirnya hanya menceburkan kedua kakinya ke dalam kolam berwarna biru itu.Silvya kembali meraba kalungnya. Mengingatkannya pada sosok Chris. Akankah nasib pernikahannya akan seperti ini jika ia menikah dengan Chris? Mungkin tidak. Chris adalah pria yang memegang komitmen. Chris tidak pernah
Silvya menatap punggung Jim dengan frustasi. Ia tidak percaya Jim malah menyerahkan dirinya kepada Bill. Orang yang membuatnya tidak nyaman beberapa menit terakhir."Hey, let's sit!" Bill menarik lengan Silvya dan mengajaknya untuk duduk di sofa yang tersedia di balkon itu.Anggur yang Silvya letakkan di dinding balkon juga diambil oleh Bill dan diletakkan di meja yang ada di depan sofa."Bill! I ...""Hey, don't worry. I'm a good person!" Bill seolah mengerti kekhawatiran Silvya.Wajah lugu dan ekspresinya yang mudah terbaca membuat Bill semakin tertarik dengannya. Dan Silvya yang manis ini menjadi istri Jim? Yang benar saja! Mimpi buruk apa yang membuat Silvya mau menjadi istri Jim? Bill tanpa sadar menggelengkan kepalanya memikirkan semua kemungkinan itu."What's wrong?" Silvya merasa aneh melihat Jim menggelengkan kepalanya."Oh, nothing! I'm j
Mobil Bill berhenti di sebuah rumah yang elite. Rumah itu memiliki pagar besi otomatis yang bisa membuka pagar sendiri hanya dengan men-screening wajah Bill dari jendela mobil yang transparan. Bill memasukkan mobil Porsche-nya ke garasi lalu ia hendak menggendong Silvya ala bridal style ke dalam rumah. Namun baru saja Bill melingkarkan tangan Silvya di lehernya bibir tipis milik Silvya tanpa sengaja menyentuh miliknya. Dan Silvya memagutnya dengan lembut.Bill mematung sesaat lamanya merasakan pagutan lembut Silvya! Cara Silvya menciumnya seperti seorang anak sekolahan. Tidak liar dan penuh kelembutan. Otak Bill seketika berhenti beroperasi. Perasaan apa ini? Bill masih berusaha menikmati perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Wanita ini benar-benar membuatnya merasa seperti remaja yang baru mengenal cinta.Silvya terus menggerakkan bibirnya menikmati bibir Bill yang tebal seolah ia sedang menik
Silvya memegang kepalanya yang terasa pening. Ia mengerjapkan matanya ketika sinar matahari menembus tirai jendela dan menerpa wajahnya."Ah! Dimana aku?" Silvya menatap ruangan tempat ia berbaring.Ini bukan kamarnya, ini juga bukan kamar hotel dan apakah ini kamar di rumah Jim? Silvya belum pernah tinggal di rumah Jim. Ia hanya mampir sekali saja dan itu pun hanya duduk di ruang tamu. Silvya duduk dan terkejut ketika mendapati tubuhnya tidak berbusana."Hah!!? Apa yang sudah terjadi semalam?" Silvya bergumam dengan bingung. Ia mencoba mengingat apa yang terjadi. Ia memejamkan matanya membayangkan apa hal terakhir yang bisa ia ingat."Emm .... tidak, Jim meninggalkanku dan seingatku Jim tidak kembali untuk menjemputku. Jadi?" Silvya kembali membelalakkan matanya ketika mengingat wajah Bill.Bill lah yang terakhir kali bersamanya. Jadi? Oh tidak!!!! Apakah ini rumah Bill? Dan apakah Bill telah menye
Bill berkali-kali menatap Silvya yang duduk di sampingnya. Silvya diam seribu bahasa dan pandangannya terlihat kosong dan tak terarah.Jim mengarahkan mobilnya menuju hotel tempat Silvya menginap. Silvya memutuskan untuk mengambil barangnya dan pergi dari sana. Setelah kemarin ia sendirian di hotel, sekarang Jim malah mempercayakan Bill untuk menjaganya. Silvya benar-benar merasa jadi orang yang tidak berguna! Pernikahan apa yang sebenarnya sedang ia jalani saat ini?Saat semua para pengantin baru menikmati hari-hari indahnya bersama pasangan, ia malah seperti orang jomblo yang mengenaskan. Dan tanpa bisa ditahan, airmata Silvya kembali menetes! Tapi Silvya dengan cepat menghapusnya.Mereka sudah sampai di depan lobby hotel. Silvya menyuruh Bill untuk pergi meninggalkannya namun Bill yang melihat Silvya seperti orang linglung, jelas tidak mungkin rela membiarkan Silvya sendirian. Tanpa bisa dicegah, Bill pun mengikuti langkah Silvya