Share

Mas?

Saat Elen tiba di rumah, dirinya langsung merebahkan tubuh di atas tempat tidur terlebih dulu. Memandangi langit-langit kamar, tersenyum simpul.

    Mungkin karena lelah yang sudah sangat dirasakan, perempuan itu akhirnya langsung tertidur tanpa banyak kata.

    "Sayang, hei bangun." Suara dari orang yang sangat disayangi dan juga mendapat tepukan pada kedua pipi secara bergantian, membuat Elen perlahan mengerjapkan kedua mata, lalu mengulas senyum.

    "Kamu udah pulang, Mas? Perempuan yang tadi di rumah sakit ke mana? Kamu tinggal kah?" tanya Elen, seraya menatap sang suami dengan penuh tanda tanya.

    Rehan mengambil posisi duduk tepat di sebelah Elen, mengulurkan tangan kanannya untuk bergerak dan mengusap lembut puncak kepala sang istri.

    "Mas udah bawa perempuan itu balik ke rumah ini kok, Sayang. Dari tadi banget malahan, cuma Mas enggak mau aja bangunin kamu yang lagi tidur pulas kayak gitu."

    "Ya ampun, Mas, kenapa enggak langsung bangunin aja sih? Aku juga enggak apa-apa kok kalau dibangunin sama kamu," ucap Elen, ada rasa tak enak yang menghampiri hatinya.

    Rehan menggelengkan kepalanya pelan, tanpa ada kata lagi yang terucap, ia langsung memeluk tubuh sang istri.

    "Sayang, Mas minta maaf banget ya ke kamu. Karena perbuatan Mas, kamu harus nanggung hal yang pasti enggak enak banget." 

    "Maksud Mas ngomong kayak gitu?" Elen benar-benar tidak mengerti tentang apa yang dikatakan sang suami. Maka dari itu, dirinya menanyakan ulang.

    "Enggak deh." Rehan menggelengkan kepalanya, beberapa menit kemudian laki-laki itu justru mengutarakan pertanyaan yang berhasil mengganti topik pembicaraan di awal. "Sayang udah makan?" 

    Mendapat pertanyaan yang seperti itu dari sang suami, tentu saja membuat Elen langsung menggelengkan kepala. Karena memang dirinya belum memakan makanan apa pun.

    Rehan hanya mengangguk, lalu laki-laki itu langsung berdiri dan melangkahkan kaki untuk menuju ke dapur. Tanpa mengatakan apa pun pada sang istri.

    Kepergian Rehan dari hadapan Elen, membuat perempuan itu mengira jika suaminya akan membuat masakan, tetapi pada kenyataannya hingga hampir satu jam lebih Rehan tak kunjung kembali masuk ke dalam kamar. 

    Bukan apa-apa, hanya saja perasaan Elen tak dapat merasakan ketenangan. Sehingga perempuan itu memutuskan untuk segera bangkit dari posisi duduk, meninggalkan tumpukan berkas yang sengaja ia bawa dari restoran miliknya.

    Kedua kaki jenjang milik Elen mulai menapaki lantai rumah yang mewah itu, bola matanya bergerak kanan dan kiri. Mencari sosok bernama Rehan, yang sedari tadi sudah sangat mengganggu pikiran.

    Hingga dua kaki Elen tiba di ruang dapur, perempuan itu justru tidak mendapati adanya Rehan di tempat tersebut. Bingung. Tentu saja, sebab sang suami yang ia kira tengah memasak justru tidak ada.

    "Mas Rehan ke mana ya? Kok enggak ada," gumam Elen, lalu beranjak untuk meninggalkan dapur itu.

    Kedua kakinya tidak ingin menyerah begitu saja, tetap bergerak untuk mencari laki-laki yang sudah membuat dirinya sangat khawatir itu.

    "Mas Rehan! Kamu di mana, Mas? Kok tiba-tiba ilang gitu aja, tanpa ngasih tau ke aku sih," seru Elen, berharap ia akan mendapat sahutan dari sang suami. Meski, pada kenyataannya nihil.

    Tak ada suara apa pun yang ia dengar, bahkan di dalam rumah tersebut sangat hening. Bertambah rasa heran di kepala Elen. Ke mana suaminya?

    Saat pikirannya kembali dilanda bingung, tetapi kedua telinga Elen dapat menangkap dengan sangat jelas suara tawa yang berasal dari salah satu kamar tamu.

    Tak ada rasa ragu yang menyelinap di dalam benak Elen, apalagi tawa tersebut dari seorang perempuan. Bahkan, tidak ada rasa takut sama sekali dalam diri Elen.

    Kedua kaki Elen perlahan melangkah untuk menuju ke arah kamar tamu itu. Semakin dekat dengan pintu, suara tawa itu semakin jelas, diiringi dengan degup jantung Elen sendiri yang berdetak lebih cepat dari biasanya.

    Kekuatan untuk berpijak di atas lantai tiba-tiba menghilang begitu saja, kala kedua telinga Elen juga mendengar suara dari seorang laki-laki yang sedari tadi ia cari. Ya, Rehan.

    "Mas?" Bersamaan dengan Elen yang mengeluarkan suara tersebut, tangan kanannya juga membuka pintu kamar tamu itu.

    Bola matanya membulat dengan sangat sempurna, pasalnya ia dengan sangat jelas melihat betapa dekatnya perempuan tersebut dengan sang suami.

    Ada raut wajah gugup yang terpancarkan dari wajah Rehan, bahkan laki-laki itu langsung berdiri dan merapikan pakaian yang tengah dikenakan, entah untuk apa ia melakukan gerakan tersebut.

    "Kamu ada di sini?" tanya Elen, seraya menatap wajah suami yang sangat ia sayangi itu, lalu berpindah menatap wajah perempuan yang terbaring lemah dan kembali bertanya, "Ngapain, Mas?"

   

  

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status