Share

BAB 185. Ide Deva.

Tidak lama kemudian sebuah panggilan masuk ke dalam ponselnya dan tertera nama Ratih di layar ponsel tersebut.

“Halo, Ratih?” jawab Deva.

“Mari kita bertemu dan berbicara empat mata dengan pikiran terbuka dan niat yang baik, Deva.” Ratih berbicara dengan suara yang lebih ramah namun tetap terdengar tegas.

Seolah keinginannya adalah yang paling penting dan tidak ada satu pun yang dapat menghalanginya. “Baiklah, Ratih. Di mana kamu ingin bertemu?” tanya Deva juga dengan suara yang ramah dan menahan getaran di dadanya.

“Terserah kamu, aku akan menyesuaikan saja,” jawab Ratih.

“Gudangku, di kantor lamaku.” Deva sengaja membawa Ratih ke tempat di mana dia pertama kalinya menginjakkan kaki untuk memohon agar Deva mau melanjutkan rencana perjodohan yang sebelumnya ditolak mentah-mentah oleh Ratih.

“Okay, sampai jumpa besok pagi,” jawab Ratih lalu mengakhiri percak

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status