Saat kubangun, aku sudah berada di sebuah rumah sakit. Dilihat dari desain interior yang mewah, aku memastikan jika rumah sakit ini adalah rumah sakit bonafit. Tapi, bukankah aku berada di dalam penjara dan David sangat marah padaku. Jangan-jangan … tapi rasanya tidak mungkin jika laki-laki yang berstatus sebagai suamiku itu yang telah membawaku ke sini. Walaupun aku berharap demikian."Suster, ini rumah sakit apa?" Aku bertanya kepada seorang suster jaga yang tiba-tiba datang memeriksa tekanan darahku."Rumah sakit Wales, Nona."Hah, apa? Kenapa di sini? Jadi mungkinkah David yang membawaku ke sini? Aku mulai sibuk memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan telah terjadi."Mm, Suster. Kalau boleh tahu, siapakah yang membawaku ke sini?"Suster itu mencatat tekanan darahku lalu menoleh padaku. "Tuan Wales yang membawa Anda ke mari, Nona.""Maksud Suster, David Wales. David Wales dari keluarga Wales?" Aku ingin memastikan agar aku tidak salah paham."Benar, Nona. Tuan David Wales, pew
Setelah aku keluar dari rumah sakit, nenek Lucy membawaku pulang ke rumahnya. Ia beralasan jika tidak tega membiarkanku hidup di luar sana karena baru saja mengalami dehidrasi.Aku pun setuju dengan ajakan nenek Lucy karena aku memang merindukan seseorang yang masih keluargaku untuk berada disampingku di saat aku merasa kesepian.Namun ketenangan itu tidak berlangsung lama setelah kedatangan Paman George dan Bibi Amanda. Mereka tiba-tiba datang ke rumah nenek Lucy karena ingin menggagalkan niat nenek Lucy untuk menagih janji kepada kakeknya David soal perjodohan antara kedua keluarga.“Kalian ada apa lagi datang ke sini?” tanya nenek Lucy tidak senang.“Bi, dengarkan aku dulu tentang perjodohan antara Ana dan David. Itu tidak boleh dilaksanakan karena mereka tidak saling mencintai. Lagipula Ana tidak mempunyai kelakuan yang cukup baik. Apakah Bibi tidak takut jika Ana mempermalukan keluarga kita setelah menjadi menantu sah dari keluarga Wales?” ucapan paman George berapi-api.“Benar, B
Setelah dua hari di rumah nenek Lucy. Aku pun kembali beraktivitas seperti biasa. Aku mulai mengerjakan tugas-tugasku di sebuah perusahaan desainer interior yang sudah beberapa minggu ini aku jalani.Seperti biasa setelah selesai melakukan tugasku. Aku pergi ke sebuah tempat makan untuk mengisi perutku yang lapar. Namun aku terkejut saat seseorang membekap mulutku dari belakang lalu menyeretku naik ke dalam mobil. Ketika aku ingin berusaha melepaskan diri dari orang tersebut, tiba-tiba saja sebuah suara yang sangat aku kenal berbicara.“Begini caranya menjadi seorang istri yang bertanggung jawab?”“David, apa yang sedang kau lakukan?”David menatapku dengan tajam. Mata hitamnya bertambah gelap saat menatapku.“David, kau memanggil suamimu hanya dengan panggilan nama?” Kali ini David menggeram setelah mengatakan hal itu.“David, sebenarnya apa yang kau mau?”“Jangan berpura-pura. Kau pasti tahu apa yang aku mau.” David menekan tubuhku ke bawah lalu mengatakan; “seharusnya kau panggil ak
Setelah pengesahan pernikahan kami di departemen pernikahan negara aku langsung menghubungi Marry dan kebetulan teman baikku itu juga dalam keadaan bebas tanpa tugas dari pekerjaannya.“Jadi kau dan David sudah mengesahkan pernikahan kalian?” tanya Marry dengan antusias.“Ya, kami baru saja mengesahkannya.” jawabku singkat.“Kenapa nada suaramu terdengar tidak bahagia begitu, Ana?”“Aku tidak yakin dengan keputusan ini. Kau tahu kan jika perasaan David masih sama. Dia hanya mencintai Lily. Sedikit pun tidak ada aku di hatinya.”“Well, lupakan dulu masalah itu. Malam ini kita bersenang-senang dulu. Ayo aku traktir makan sepuasnya. Bagaimanapun, untuk melawan David dan Lily, kau butuh energi yang cukup.” Mary ingin menghiburku.“Benar, life must go on. Aku harus kenyang sebelum menghadapi drama mereka yang sering datang tiba-tiba.”“Ayo,” ajak Mary sambil menggenggam tanganku.Kami pun masuk ke restoran ‘all you can eat.’ Marry bilang jika dirinya mempunyai kartu diskon dua puluh persen
Kumatikan panggilan telepon itu karena aku tidak kuat mendengar desahan mereka berdua. Biarkan saja mereka berlaku sesuka hati mereka. Aku sudah tidak peduli.***Satu bulan sejak kejadian tersebut, David tidak pernah muncul di hadapanku atau menghubungiku melalui ponsel. Aku pun hidup tenang tanpa harus berdrama dengan David dan Lily.“Kau ada di mana?” Suara Mary sangat berisik di ujung telpon sana. Ia tahu jika hari ini aku akan menerima gaji pertamaku.“Hei, Ana, kau dengar suaraku, kan?” Mary setengah berteriak.“Iya, Mary. Aku dengar dan aku ingat jika hari ini aku harus mentraktirmu.”“Hehehe, oke, aku tunggu di Mal Orizon. Tepatnya di depan restoran ramen. Aku tidak sabar untuk menghabiskan satu mangkuk jumbo ramen kesukaanku.”Aku pun tertawa mendengar suara decakan lidah Mary yang terdengar keras di ponsel. Memang sudah lama aku ingin mentraktir sahabat baikku itu untuk makan di restoran. Mary sangat baik dan sering mentraktir makanan enak di restoran. Jadi hari ini adalah ha
Kata-kataku membuat Lily menjadi murung. Tapi tidak dengan David, laki-laki itu terlihat biasa saja. Ia bahkan tidak terpengaruh.“Baik-baik di rumah, aku akan segera menyusulmu setelah urusan ini selesai.” David mencium pelipis Lily di hadapanku. Seketika Lily tersenyum lalu memeluk David. Ia kemudian melewatiku dengan menabrakkan pundaknya di tubuhku. Sebenarnya aku juga heran, kenapa aku masih saja bertahan di pernikahan yang toxic ini.“Ayo kita masuk, kakek sudah menunggu kita.” David bicara seolah-olah baru saja tidak terjadi hal apa pun antara dirinya dan Lily. “Ayo,” David mengulurkan tangannya padaku. Dan aku pun begitu bodohnya menerima uluran tangan David. Kami masuk ke mansion keluarga Wales sambil bergandengan tangan, seperti pasangan yang saling mencintai.Kedatangan kami disambut oleh laki-laki tua yang mirip dengan David, beliau duduk di kursi Roda ditemani oleh salah satu pelayan.“Selamat datang di rumah kami.” Kakeknya David menaikkan alisnya, memberi kode kepada D
Aku tidak mempedulikan kata-kata wanita itu. Aku yakin aku tidak hamil karena kami hanya beberapa kali bercinta dan David pun mengantisipasi kehamilanku, dengan secepatnya ia memberikan pil kontrasepsi setelah kami selesai bercinta. Aku pasti tidak hamil itulah sugesti yang aku ucapkan dalam hatiku.Aku pun memutuskan untuk kembali bekerja setelah mengambil libur setengah hari. Rasa lapar membuatku menuju ke kantin untuk memesan masakan yang mempunyai rasa sedikit asam. Namun usahaku untuk mengisi perut pun gagal karena hanya dengan dua nasi dan sedikit daging, perutku sudah tidak bisa menampungnya. Masakan itu terasa hambar dan perutku rasanya sangat mual.Dengan langkah berat aku menuju meja kerjaku lalu menyelesaikan tugas yang harus aku kerjakan. Aku bekerja sampai larut malam, aku terus saja mengetik laporan hingga mataku seakan tidak bisa terbuka. Dalam keadaan setengah sadar, aku kembali ke apartemennya Mary. Tanpa mandi dan membersihkan tubuhku, aku langsung tidur di bawah seli
Suara teriakan Marry membuat orang-orang yang berada di depan ruangan dokter obgyn itu menoleh kepada kami. Pengunjung yang mayoritas adalah wanita hamil beserta suaminya itu langsung melingkari kami sambil mengucapkan hal-hal buruk kepada Lily, sang wanita simpanan.“Dasar tidak tahu malu, wanita simpanan kok berani-beraninya memukul istri sah.”“Benar sekali, saat ini memang kebalikannya. Seorang simpanan berani mempermalukan dirinya hanya untuk mendapatkan pengakuan di publik. Padahal dialah yang mencuri suami orang.”“Jika diperhatikan baik-baik, masih cantik kan istri sah dibanding wanita simpanannya. Sungguh mata laki-laki itu sepertinya telah buta.”Kulihat Lily menutup kedua telinganya. Wajahnya pun berubah menjadi kesal. Ia pun tidak sanggup berlama-lama di tempat yang sama denganku. Tanpa menunggu lama, ia menyibak kerumunan orang lalu meninggalkan kami.Aku menghela napas lega, setidaknya seseorang yang membuat mood-ku buruk menghilang dari hadapanku·“Ayo kita pergi dari si