Share

Hancurnya Hidup Seorang Gadis

Mysel yang mulanya meringkuk dengan gerakan cepat berdiri dan berlari meninggalkan kamar tanpa peduli dengan Nicko, sedangkan Nicko seketika tersenyum puas menyaksikan ketakutan yang dialami Mysel karena ulahnya.

Mysel menutup rapat pintu kamar, duduk dipinggir ranjang Tubuhnya berguncang hebat, jelas segala ketakutan sekarang menyelimuti dirinya perlakuan Nicko tadi berhasil membuat dirinya mengingat betapa sulitnya hidup dalam asuhan Jamil yang terus memaksa dirinya untuk melayani para laki-laki hidung belang.

***

Seminggu yang lalu, disebuah rumah yang dijadikan tempat prostitusi.

“Kenakan gaun itu sekarang juga! Kau akan melayani tiga orang pria malam ini!” ucap Jamil pada Mysel.

Seketika mata Mysel terbelalak dibuatnya, ia tidak pernah menyangka kalau tetangganya Jamil membawa dirinya ke kota untuk dijual pada laki-laki hidung belang.

Pria dewasa dengan postur tubuh tinggi besar, mata merah dan sangar itu terlihat jauh berbeda dari Jamil yang dulu dikenal Mysel. Sekarang dia berubah bagailkan monster yang melakutkan saat bicara, tidak seperti beberapa waktu yang lalu membujuk Mysel untuk mau ikut dengannya mengiming-imingi memberi pekerjaan yang layak setelah sampai dijakarta.

“Kak Jamil, maksud kakak apa? melayani tiga pria malam ini?” tanya Mysel tidak mengerti.

Seketika berhasil membuat Jamil tergelak mendengar pertanyaan Mysel yang masih belum menyadari kalau dirinya sekarang telah dijebak.

“Bukankah kak Jamil mengatakan akan memberi pekerjaan untukku?” lagi Mysel melempar Jamil pertanyaan, sementara tangannya tidak henti menggenggam gaun tanpa lengan yang disodorkan Jamil padanya.

“Ya ini pekerjaanmu, menjadi pelacur! Dan kau akan menghasilkan uang untukku!” ucap Jamil seraya membelai pipi Mysel yang mulus.

“Cuh! Aku tidak sudi menjual diriku. Aku akan pergi dari sini!” balas Misel seraya membuang ludah ke lantai dan melempar gaun yang diserahkan Jamil tadi padanya.

Disaat Mysel hendak berlalu disaat itu pula dengan sigap Jamil menarik pergelangan tangannya membuat tubuh kecil Mysel tersungkur dan kepalanya terbentur ke dinding.

“Hey gadis kampung! Kau tidak akan mungkin bisa lepas dariku! Ini Jakarta! Lepas kau dari sini diluar sana banyak pria sepertiku yang akan menjadikanmu wanita malam juga! Jadi sebaiknya turuti saja apa yang aku katakan! Maka kau akan selamat!” ucap Jamil penuh hardikan.

Berhasil membuat Mysel tertegun mendengar kata-kata Jamil, di Jakarta selain Jamil tidak ada seorang pun yang ia kenal. Jika kembali ke kampung halaman di pulau Sumatera uang seribu perak pun Mysel tidak punya.

Mysel merasa sakit pada kepala bagian belakangnya karena terbentur tembok seketika genangan berbentuk kristal dipelupuk matanya mengalir begitu saja, dirinya tidak pernah menyangka kalau ternyata Jamil adalah seorang mucikari di Jakarta. Membuat Mysel seketika tersadar ternyata itu sebabnya setiap kali pulang kampung Jamil selalu menggoda gadis-gadis desa untuk mau ikut dengannya ke Jakarta, ternyata untuk dijadikan wanita malam.

“Minum ini! maka kau tidak akan hamil! Jika kau hamil hanya akan membuatku susah!” ucap Jamil melempar pil KB tepat diwajah Mysel.

“Setengah jam lagi tiga orang pria akan datang ke kamar ini! jangan bersikap kurang ajar atau kau akan menyesal nanti!” ancam Jamil sebelum akhirnya berlalu meninggalkan ruang kamar yang sempit dan juga pengap mengurung Mysel di dalam sendiri.

Mysel mengusap wajahnya kasar, dirinya tidak pernah menyangka akan terjebak ditempat kotor ini bersama Jamil seketika bayangan wajah ayah dan ibunya yang tua dan renta terlintas dalam benaknya.

“Ayah, ibu aku maafkan aku! Andai aku tidak ikut dengan Jamil ke Jakarta,” batin Mysel menangis sejadi-jadinya.

Mysel tidak bisa apa-apa, mau kabur pun tidak mungkin karena kamar yang ditempatinya terbuat tanpa jendela. Bergegas Mysel memungut pil yang dilempar Jamil ke wajahnya menenggak pil itu dengan perasaan berkecamuk ia tidak ingin jika sampai dirinya hamil ketakutannya semakin menjadi-jadi ketika dirinya mengingat ucapan Jamil yang mengatakan malam ini ada tiga pria sekaligus yang harus dilayaninya.

“Tidak ada cara lain, aku nanti akan memohon pada pria itu untuk bisa membebaskanku dari sini semoga saja mereka mau membantu,” batin Mysel seraya mencabik-cabik gaun tadi.

Lama Mysel berdiam diri duduk diatas ranjang seorang diri, tanpa bisa dicegah tubuhnya gemetaran membayangkan nasib yang akan menimpa jika sewaktu-waktu tiga pria yang dikatakan Jamil tadi masuk.

“Ya Tuhan kenapa begini?” gumam Mysel lirih mengusap airmata yang mengalir membasahi pipinya dan sesekali ia mempelintir jemari tangannya yang lentik mengekspresikan rasa tidak nyaman yang dirasakannya.

Hingga akhirnya Mysel mendengar gagang pintu ditarik, Jamil muncul dari balik pintu diikuti tiga orang pria muda yang menatap Mysel dengan lekat memperhatikan dirinya dari ujung rambut hingga ujung kaki.

“Selamat bersenang-senang!” ucap Jamil ketika menerima segepok uang dari salah satu pria tadi.

Mysel membelalakan matanya tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, Jamil menjual dirinya bagaikan barang.

“Kalau dia tidak perawan maka abang harus mengembalikan uang itu!” ucap pria yang tadi menyerahkan uang pada Jamil.

“Tentu, saya pastikan kalau gadis itu perawan. Saya membawanya dari kampung!” balas Jamil bicara penuh kemenangan menggenggam uang.

Fokus Mysel tertuju pada pria yang bicara dengan Jamil sampai mati pun ia tidak akan mungkin melupakan wajah pria yang membeli dirinya dari Jamil.

“Selamat bersenang-senang!” ucap Jamil sebelum akhirnya pergi dari sana.

Ketiga pria tadi masuk ke dalam dan mengunci pintu, mereka saling pandang satu sama lain tampak berselera dengan keelokan bentuk tubuh Mysel yang indah.

Mysel memberanikan diri bangkit dari duduknya dan berkata.

“Aku mohon bantu aku lepas dari sini!” ucap Mysel merapatkan kedua tangannya di atas kepala sebagai bentuk dirinya memohon.

Tapi sayang ketiganya sama sekali tidak tersentuh oleh permohonan Mysel mereka mendekat dan melucuti pakaian Mysel bak orang yang tengah kesetanan.

Mysel menjerit, sekuat apa pun dirinya berteriak minta tolong tapi tidak satu pun orang yang datang membantu. Hingar-bingar music disco terdengar jelas ditelinganya.

“Mana mungkin kami akan melepaskanmu dari sini, kami telah membayar pada Jamil dengan harga yang besar untuk bisa menikmati tubuhmu!” ucap pria yang tadi menyerahkan uang pada Jamil.

Mysel mundur hingga tubunya menyentuh dinding dan tidak bisa bergerak salah satu dari mereka mendekat dan menggendong tubuh kecil Mysel dengan mudah secara kasar menjatuhkana Mysel diatas ranjang.

Mysel bagai merasa kematian telah didepan matanya saat pria itu melepaskan pakaian dalamnya dengan kasar, tubuh kecil ramping dengan dada yang busung terpampang jelas.

“Ku Mohon jangan!” rengek Mysel ketika dilihatnya ketiganya sekarang melepas pakaian mereka.

Tidak satu pun dari ketiganya bersimpatik atas ketakutan Mysel hingga gadis muda itu harus kehilangan keperawanannya dengan cara yang teramat sadis.

Siksaan demi siksaan dirsakan Mysel disetiap tubuhnya, ia bagaikan digerayangi lebah yang menggigit dirinya disetiap inci tubuhnya, airmatanya yang bening tidak henti-henti mengalir tatkala tubuhnya berguncang hebat menerima hujaman dan hantaman ditubuh bagian bawahnya. Tanpa sadar membuat trauma didirinya tercipta begitu saja.

Setelah menumpahkan cairan hangat di dalam Rahim Mysel secara bergantian akhirnya mereka bergegas meninggalkan Mysel dalam kelemahan dan ketidak berdayaan tanpa sehelai benang pun menutupi tubuh gadis itu.

Mysel bersusah payah mencari kesadaran dalam dirinya, ia merasa tubuhnya bagaikan remuk tertatih Mysel menyandarkan dirinya. Tangisnya seketika pecah ketika dilihatnya bercak darah segar lekat dipangkal pahanya yang putih.

Mysel sudah tidak punya lagi airmata untuk ditumpahkan, jemarinya ia kepal membentu tinju, jika bisa pasti dirinya saat itu juga menghabisi nyawa Jamil dengan tangannya sendiri, tapi sayang Mysel tidak punya kekuatan untuk melawan Jamil dan anak buahnya.

Mysel mengusap dadanya yang busung banyak ttik merah di sana bekas dari kerakusan ketiga pria yang telah menikmati tubuhnya. Tidak banyak yang bisa dilakukan Mysel ia berbaring diatas ranjang merasa dirinya sudah tidak ada gunanya lagi.

***

Mysel menjerit histeris ketika Nicko mengingatkan dirinya tentang trauma yang ia rasakan setelah mendapat perlakuan dari ketiga pria yang merenggut kesuciannya secara tidak manusiawi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status