Lampu blitz kamera secara terus menerus menjepret seorang wanita berparas cantik diusianya yang sudah menginjak tigapuluh satu tahun.
"Clara!""Clara! Bagaimana hubunganmu dengan model dari Argentina itu. Apa benar kau merebutnya dari kekasihnya?!""Maaf... Beri jalan! Tolong beri Clara jalan!" seru seorang bodyguard.Clara hanya berjalan sambil menunduk, walau banyak beberapa paparazi dan haters yang berkumpul menggerumi dirinya yang baru selesai pemotretan.Dia ditarik dan didorong ke kiri dan kanan. Keadaan yang ricuh membuatnya pusing dan memekik kesakitan karena mendapat beberapa cubitan serta pukulan.Dia sangat ingin menangis saat itu juga. Bukan karena cubitan dan pukulan yang diterimanya, melainkan cacian yang dicetuskan oleh orang-orang yang membencinya.Dia merasa tak melakukan kesalahan, namun dia harus menerima dituduh dan dicaci sedemikian rupa. Seakan dia manusia hina yang tak layak menjadi bintang.Clara yang sedang melamun, tak sadar saat dirinya tiba-tiba tertarik setelah salah satu bodyguardnya terlepas dari barisan. Akibat ada satu dari sekian banyak yang ingin menghujamnya berusaha menerobos pertahanan.Sebuah tarikan yang begitu kuat seakan memaksanya untuk berbalik dan tiba-tiba sesuatu yang kenyal menempel di bibirnya.Seketika waktu seperti berhenti selama beberapa detik hingga suara jepretan kamera dan riuh para penonton kembali terdengar.-"Clara, wake up!!" terdengar suara pekikan kesal bersamaan dengan cipratan air yang terasa membasahi wajahnya.Seketika semua kilatan blitz dari kamera hilang dan dia terbangun dari tidurnya."Oh astagaa... Akhirnya kau bangun juga!" seru suara wanita yang sejak tadi bersusah payah membangunkan Clara."Ya ampun, Maggie! Kau membuatku kehilangan moment untuk melihat wajah penyelamatku!" protes Clara."Oh ya? Dan aku baru saja menyelamatkanmu dari mimpi sialan itu! Cepat mandi, jika kau tak ingin pensiun dini di dunia permodelan!" perintah Maggie -sahabat sekaligus manager Clara- yang mengatur semua kesibukan Clara dalam pekerjaannya sebagai model."Kemana lagi kita, Mag?" tanya Clara dengan mata yang kembali terpejam."Kali ini ke Manhattan," jawab Maggie tampak santai."Baiklah aku akan mandi," niat Clara. Dia beranjak dari ranjang menuju kamar mandinya. Jalannya masih tampak sempoyongan dan terlihat dia masih sempat menguap serta meregangkan otot-ototnya.Bunyi pintu kamar mandi tertutup rapat. Maggie mulai berhitung sambil memperhatikan pintu tersebut."Satu... Dua... Tig—""Astaga, Mag! Kau bilang apa tadi? Manhattan?! Kau sungguh mengucapkannya? Apa aku yang salah mendengar?!" seru Clara keluar dari kamar mandi. Meloncat ke arah Maggie yang duduk di sofa."Hm," jawab Maggie."Kau berhasil?!" tanya Clara.Maggie memasukkan semua tiket dan passpor ke dalam tasnya."Kau yang berhasil Cla. Selamat, kau lolos audisi. Saatnya dirimu semakin bersinar, tapi ingat... Jangan menjadi sombong," tutur Maggie.Clara memeluk Maggie dengan rasa senang dan syukur, "terima kasih Mag! Hanya kau yang selalu menemaniku sampai saat ini. Kau sungguh sahabat yang melebihi dari saudara," ungkap Clara tulus."Jangan ber-drama jika kau tak ingin ketinggalan pesawatmu!" balas Maggie.Seketika Clara melepas pelukannya dan meluncur ke kamar mandi."Aku akan cepat!" teriak Clara.Maggie hanya menggelengkan kepalanya dan beranjak dari sofa. Dia hendak mengecek keperluan Clara yang sudah disiapkan oleh asisten Clara.***Dave Mose William, pria yang mendapatkan kesempatan untuk menjadi photographer profesional. Dia sudah sejak kecil menekuni hobbynya tersebut. Dan sekarang dirinya mendapat kesempatan emas untuk menjadi lebih baik dan dikenal dikalangan atas.Dia melihat jam dipergelangan tangannya, sudah waktunya untuk memulai perjalanannya ke Manhattan.Dia beranjak dari kedai kopi tempatnya menunggu setengah jam yang lalu.Dave yang perfectionist, selalu tepat waktu.Dia mendengar suara pengumuman gate penerbangannya sudah dibuka. Lantas dia mempercepat langkahnya.Dia duduk di seat yang sesuai dengan nomor yang tertera di tiketnya. Dia membaca sebuah artikel di sebuah majalah yang tersedia di balik kursi.Sembari menunggu seorang penumpang yang membuat penerbangan menjadi terlambat.Suara gaduh dari seseorang wanita yang baru saja masuk, menjadi pusat perhatiannya saat ini. Dia yakin wanita bertubuh ramping tersebut adalah penumpang yang membuat penerbangan menjadi terlambat.Wanita dengan rambut coklat itu terlihat berjalan sambil meminta maaf dengan menundukkan kepalanya kepada beberapa penumpang.Namun bagi Dave wanita itu tetap tak sopan, karena menggunakan kacamata hitam.Wanita dengan tubuh tinggi itu terlihat mendekat ke tempat di mana Dave duduk. Dave berharap wanita itu tidak duduk di sampingnya. Karena tempat duduk di sampingnya masih kosong.Namun harapannya tidak terkabul. Wanita berpenampilan sexy itu, baru saja mendaratkan bokongnya di samping kursi Dave.Sang wanita tersenyum sambil membuka kacamatanya. Memperlihatkan manik mata abunya."Maaf," kata wanita berparas cantik itu. Namun Dave acuh. Pria itu malah memakai headset untuk menutup rapat telinganya.Dave mempunyai firasat buruk saat wanita yang tidak tahu waktu itu duduk di sebelahnya."Heii... Kau sungguh tak sopan! Aku meminta maaf, dan kau malah menutup telingamu?!" ketus lagi wanita tak tahu malu itu."Maaf, aku tak punya waktu untuk meladeni wanita yang membuang waktuku selama lima belas menit hanya untuk menunggumu!" ketus Dave."Oh astaga... Aku hanya terlambat lima belas menit! Tapi kau sudah bicara seperti itu! Hei!" teriak lagi wanita tersebut yang tak lain adalah Clara Davonna DawnDia merasa kesal dengan sikap Dave yang menurutnya keterlaluan. Dengan Dave yang kembali mengulangi kelakuannya lagi, yaitu; menutup telinganya menggunakan headset. Dave malah menutup wajahnya dengan topi yang dia kenakan lalu menyandarkan dirinya mencari posisi nyaman. Mengabaikan Clara yang sudah menjadi pusat perhatian penumpang lain.Pria sialan! Awas saja, jika aku sudah sangat terkenal! Aku bersumpah akan membuatmu mengejar-ngejarku! batin Clara.Astaga... Mimpi apa aku semalam? Bisa-bisanya bertemu dengan wanita aneh seperti ini. Semoga perjalanan ini cepat sampai! batin Dave.**—01—Dave Mose Williams, menjalani hidupnya dengan mandiri semenjak kematian sang ayah. Dia yang sejak lahir tak mendapat kasih sayang layaknya seorang ibu kandung. Menjadikannya pendiam dan lebih suka menyendiri.Dia sangat menyadari ada sesuatu yang aneh dari ibunya yang selalu membela kakaknya -Zach- yang lebih menuruti kemauan ibunya.Namun Dave merasa acuh dan lebih memilih memfokuskan dirinya untuk menjadi sukses. Hobinya yang suka mengambil gambar melalui kamera yang dibelikan ayah tirinya -Marvin William- sewaktu kelulusannya dihigh school. Membuatnya semakin menyukai hal tersebut.Kamera terbaik pertama yang dia miliki dimasanya saat itu. Dia sangat menyayangi kamera tersebut. Walau saat ini kamera itu sudah ketinggalan jaman. Namun dia tetap merawatnya dengan baik.Karena bukan nilai uang dari kamera itu yang membuat kameranya berharga, melainkan sejarah yang pernah dia lakukan dengan kamera
—02—Setelah membayar belanjaannya. Dave berjalan kembali menuju unit apartemennya. Dia berjalan sambil memakan ice cream cup kecil yang dia beli di minimarket hingga mengalami tragedi tak mengenakkan.Dave keluar dari lift setelah dia tiba di lantai yang diinginkannya. Dia tak sengaja melihat Clara yang membuang cup ice cream yang sudah habis ke dalam tempat sampah. Lalu wanita itu mengelap asal bibirnya.Setelah itu Clara terlihat berjalan dengan gerakan centil menuju koridor yang sama dengan Dave.Dave tanpa sadar sudah memperhatikan Clara begitu lama. Bahkan dia sempat melengkungkan bibirnya ke atas, walau dibarengi dengan gelengan kepala.Dave menghentikan langkahnya di ujung koridor. Dia dengan sengaja menunggu Clara masuk lebih dulu ke unit apartement. Dia melakukan itu karena tak ingin kembali berpapasan dengan Clara agar tak mengalami masalah lagi.Namun pemikiriannya salah... Karena dirinya sungguh seperti orang bodoh sete
—03—Kilatblitzdari kamera yang digunakan Dave terus berkedip, menghasilkan gambar seorang model dengan talenta dan paras cantik serta tubuh ramping, mulus dan bersih.Wanita itu terus tersenyum dan berganti gaya demi mendapatkan gambar terbaik dari hasil pemotretannya hari ini.Clara terlihat seksi dengan pakaian santai berwarna biru dan kacamata hitam bertengger di hidungnya. Manik mata biru milik Dave menatap tajam tampilan Clara setiap kali dia selesai mengambil gambar.Baju Clara yang mengekspose bagian belahan dadanya itu, membuat Dave merasa terganggu. Tidak seperti biasanya saat dia memotret para model cantik dan bahkan lebih seksi dari pakaian yang dikenalan Clara saat ini.Namun entah kenapa baju Clara yang semakin lama semakin melorot, sehingga hampir membuat dada Clara semakin terlihat jelas. Hal itu membuat Dave semakin gerah dan beranjak dari balik kamera.Dia men
—04—Dave masih terdiam setelah kepergian Clara yang meninggalkan tatapan berlapis air bening dari manik mata abunya.Bayangan dari tatapan yang menyiratkan kesedihan yang begitu mendalam seakan berputar di atas kepala Dave. Lalu merasuki saraf otaknya hingga dia tak sadar bahwa; untuk sepersekian menit waktunya sempat memikirkan wanita bernama lengkap Clara Davonna Dawn.Dave tersadar saat beberapa hidangan makanan tersaji di hadapannya. Lantas dia mengerutkan keningnya dan menatap sang pramusaji dengan heran."Kapan aku memesan semua ini?" tanya Dave. Dia bahkan melontarkan pertanyaan bodoh. Dirinya tak mengingat bahwa dia sudah menduduki tempat Clara dan Maggie yang sebelumnya sudah memesan makanan."Ini pesanan yang dipesan dua wanita yang tadi duduk di sini, Sir. Bukankah tadi salah seorangnya sudah berbicara dengan anda?" tanya pramusaji itu.Dave memijat sisi pelipisnya dengan mata terpejam,bagaimana bisa aku mengeluarkan
—05—Clara menghirup dalam-dalam aroma masakan yang tercium begitu menggoda. Perutnya terus berbunyi sejak setengah jam yang lalu.Dave menatap tajam Clara sambil menuangkan makanan yang baru selesai dipanaskan dari microwave, ke dalam piring saji. Dia tak henti menggelengkan kepalanya lantaran Clara tak bisa melakukan apapun. Bahkan hanya untuk sekedar mengisi perutnya sendiri."Aku sungguh tak habis pikir. Kau memilih kelaparan karena menungguku selesai mandi. Hanya untuk memintaku memanaskan makanan? Apa kau sungguh tak bisa melakukan semuanya sendiri?" tanya Dave.Dirinya tak tahan mengetahui Clara yang teramat manja dan kekanakan diusianya yang jelas lebih tua dari Dave. Namun tingkah dan sikap Clara sungguh seperti bocah berusia sepuluh tahun."Bukan aku tak bisa. Aku pernah mencoba membuat sesuatu untuk kumakan. Namun aku malah menghancurkan dapur Maggie. Dia marah... Dan dari situ, dia melarangku memasuki dapur," ungkap Clara dengan
Suasana open house di halaman belakang rumah Bradley Bob, terlihat cukup ramai. Walau waktu baru menunjukkan pukul setengah tiga sore.Acara minum teh sederhana dengan kudapan berbagai macam kue tertata rapi dimeja panjang dengan hiasan dan dekor sempurna seperti kudapan para konglomerat.Bradley Bob terlihat ramah dengan caranya menyambut dan berbicara bersama tamu-tamunya. Dia mengadakan acara tersebut untuk mempromosikan para model baru yang akan diumumkan di awal acara nanti pada pukul tiga sore.Dave datang dengan setelan jas hitam dan kemeja berwarna senada. Dia menghampiri Bradley untuk menyapa, serta memberi selamat. "Hai... Bob, Congratulations,"ujar Dave."Oh... Handsome boy...Akhirnya kau datang juga. Aku akan memperkenalkan kau dengan timku. Mereka akan bekerja sama denganmu. Aku tahu, setelah kemarin kau masih sedikit canggung dengan mereka, kali ini kau harus benar-benar mengenal mer
"A-apa?"tanya Clara.Wanita itu terkejut mendengar pernyataan spontan yang keluar dari mulut pria yang baru dikenalnya. Walau pria itu terlihat tampan dan mapan. Namun tetap saja, dia merasa terkejut dengan pernyataan tersebut.Pria bernama lengkap Matheus Arthur Wesley itu meluncurkan tawanya ketika dia puas melihat wajah Clara yang begitu lucu baginya.Kening Clara semakin berkerut, mungkin sudah mencapai lima lipatan jika dia sudah menjadi seorang nenek.Matheus menghentikan tawanya. Dia tahu mungkin candaannya membuat Clara semakin kebingungan."Maaf... Aku hanya bergurau," ujar Matheus.Clara mengganti kerutan dikeningnya dengan senyum kikuk yang membuatnya terlihat seperti orang bodoh."Tapi mungkin aku akan tertarik denganmu jika kita terus bertemu," timpal Matheus."Apa?" tanya Clara kembali dibuat bingung."Ya... Aku bersedia bekerja sama dengan Bradley. Untuk menjadikanmu model brand parfum yang akan aku realis ta
Dave memasuki mobilnya dengan cepat. Membiarkan Clara mengikutinya dengan tergesa.Wanita itu mengatur napasnya setelah dia berhasil duduk di samping Dave. Dia menatap tajam Dave yang melirik ke arahnya.Dasar pria sialan! Bagaimana bisa dia berjalan secepat itu. Hingga membuatku bersusah payah mengejarnya!batin Clara.Dave terlihat menghela napasnya, lalu dia mendekati Clara. Wajahnya terlihat serius dan tatapannya begitu tajam.Wajahnya semakin dekat dengan Clara yang semakin lama semakin memundurkan wajahnya. Bahkan sekarang, napas Dave terasa menghembus di wajahnya. Wangimintdari parfum yang dipakai Dave tercium begitu menyegarkan.Apa yang dia lakukan? Apa dia akan menciumku?!batin Clara.Clara menahan napasnya walau dia sendiri masih berusaha mengaturnya untuk tetap normal. Namun pergerakkan Dave begitu mengganggu. Dia bahkan sudah menutup matanya karena takut dengan tatapan Dave yang begitu mengint