Rania menepikan mobilnya di tempat sepi karena tidak tahan lagi harus menyetir dalam keadaan emosi. Tangan dan seluruh tubuhnya bergetar, dadanya sesak bagai diremas-remas. Dia berusaha menguatkan hatinya. Namun, sekuat apa pun dia mencoba, tetap saja rasanya sangat sakit.Hati tak kuasa menahan perih. Suami tercintanya terbukti berkhianat dan secara terang-terangan lebih membela kekasihnya dari pada Rania, istri sahnya.Rania melipat kedua tangannya pada kemudi mobil lalu membenamkan wajahnya di sana. Tangisnya kembali pecah. Dia benar-benar merasa sangat hancur.Suara dering ponsel menyala cukup lama berhasil menarik Rania dalam lamunannya. Dia menghentikan tangis dan menghapus air matanya sebelum menjawab telepon tersebut."Ra, kau di mana sekarang?" tanya Lalita dari balik telepon.Bukannya menjawab, Rania malah menangis sesenggukkan. Hal tersebut membuat Lalita yang mendengarnya menjadi sangat khawatir."Ra, jawab aku. Kamu di mana sekarang? Aku aka
"Rania ...."Lalita berlari menghampiri Rania lantas langsung memeluknya erat. Dia bersyukur belum terlambat menyelamatkan sahabatnya dari orang-orang jahat."Kau baik-baik saja? Apa mereka sudah melukaimu?" tanya Lalita dengan suara cemas.Dia memerhatikan penampilan Rania dari atas hingga ke bawah. Memastikan sahabatnya itu tidak mengalami cedera sedikit pun. "Aku baik-baik saja karena kau datang tepat waktu," jawab Rania."La, bawa Rania ke mobil dan kunci pintunya!" titah Kendrick.Lalita mengangguk mengiakan, dia membawa Rania ke mobilnya agar aman dari para preman. Sementara itu, Kendrick berusaha melumpuhkan dia preman lainnya yang masih mencoba melawan."Minum ini, Ra." Lalita memberikan sebotol air mineral kepada Rania.Wanita itu menerimanya dan langsung meminumnya hingga tersisa setengah karena tenggorokannya sudah terasa kering sedari tadi. Tubuhnya masih bergetar karena ketakutan. Pandangannya tak lepas memerhatikan keadaan di luar,
"Ra, serius kau tidak mau menginap dulu di rumahku?" tanya Lalita sembari melihat sekilas ke arah bangunan rumah milik Rania."Hm." Rania mengangguk. "Tidak ada gunanya aku menghindar dari semua ini, La. Aku harus menyelesaikannya sesegera mungkin," jawab Rania. Dia menghela napas berat setelah mengakhiri kalimatnya."Terima kasih ya, kamu sudah menolongku hari ini. Aku tidak tahu jika kau tidak ada saat itu," ucap Rania lirih dengan sorot mata berkaca-kaca.Ketakutan itu kembali mencuat saat dia mengingat kembali kejadian bagaimana para preman itu ingin mencelakainya."Jangan berterima kasih padaku, tapi pada Ken. Dia yang sudah menolongmu," sahut Lalita sambil tersenyum tipis kemudian melirik ke arah Kendrick yang berdiri di sebelahnya.Rania melirik Kendrick, timbul rasa canggung di hatinya setiap kali melihat pria itu."Terima kasih untuk semuanya," ucap Rania tulus.Kendrick tersenyum tipis lalu mengangguk pelan."Lain kali kau harus lebih b
Plak!Refleks tangan Rania melayang dan mendarat dengan mulus tepat di wajah Farhan. Deru napas Rania menaik turun tak beraturan karena emosi."Dasar brengsek! Apa kau tidak punya hati, hah?! Kenapa kau melakukan semua ini kepadaku? Kenapa Farhan?" teriak Rania histeris sambil menarik kerah kemeja suaminya.Tangisnya tak terbendung lagi. Dia beranjak dari duduknya lalu melemparkan benda apa pun yang ada di dekatnya ke arah Farhan. Emosinya sudah meluap hingga ke ubun-ubun.Sementara itu, Farhan tidak bergerak. Dia menerima apa pun yang dilakukan oleh istrinya untuk melampiaskan segala rasa sakit dan juga kecewa. Farhan sadar, semua ini terjadi karena kesalahannya."Maafkan aku, Rania," ucap Farhan lirih."Maaf kau bilang? Setelah semua ini terjadi, setelah membuat hatiku sakit, setelah berselingkuh dan membuat wanita lain hamil. Kau baru meminta maaf. Kau gila, Farhan! Di taruh di mana otakmu itu, hah?!" teriak Rania emosi."Aku harus bagaimana, Rani
Sejak pagi Rania tidak keluar dari kamarnya. Pikirannya sangat kacau hingga membuat dia merasa tidak bersemangat untuk melakukan aktivitas apa pun.Kenyataan yang baru saja di ketahui membuat Rania merasa sulit untuk menerimanya. Tentu saja. Memangnya siapa yang tidak sakit hati pasangannya berselingkuh. Wanita mana yang rela suaminya berbagi kasih dengan wanita lain?Kalau pun ada yang mau dimadu, Rania yakin itu hanya karena terpaksa, bukan sepenuhnya ikhlas.Rania mengambil ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Dia melihat sederet angka milik Lalita menghubunginya. Rania langsung menggeser icon berwarna hijau lalu menempelkan benda pipi itu di samping telinganya."Kau sedang apa sekarang?" suara lembut dari balik telepon itu menyapa telinga Rania."Aku tidak sedang melakukan apa-apa," jawab Rania sambil menghela napas berat. "Aku bingung harus melakukan apa sekarang, La. Kenyataan ini membuat hidupku terasa hampa. Aku hancur sekarang," ucapnya lirih ta
Dinar menatap Rania dalam-dalam dengan sorot sendu dan berkaca-kaca. Dia berusaha mengambil hati dan membujuk istri dari kekasihnya itu agar membiarkan dia menikah dengan suaminya."Sebagai sesama wanita, seharusnya kau bisa merasakan apa yang saat ini aku rasakan. Kau harusnya tahu betapa menderitanya ada di posisiku sekarang," ucap Dinar serius."Mungkin aku bisa tahan walau seluruh dunia menghinaku, tapi aku tidak akan tahan jika mereka menghina anakku. Jadi, tolong izinkan mas Farhan menikah lagi denganku, demi anak yang kukandung," ucap Dinar lagi sambil menatap dalam manik Rania.Rania tersenyum simpul merasa lucu dengan sikap wanita yang ada di hadapannya itu. Dinar bersikap seolah-olah dirinya hanya korban padahal sebenarnya dia lah pemain sebenarnya."Selama ini mas Farhan sangat menginginkan seorang anak yang belum bisa dia dapatkan dari pernikahannya denganmu. Jadi, begitu mas Farhan tahu aku hamil, mas Farhan terlihat sangat bahagia. Apa kau tega men
Pria itu duduk di sisi lain bangku yang diduduki Rania. Bibir tipisnya melengkung membentuk senyum tipis yang manis."Kau sedang apa di sini?" tanya Rania.Kendrick tidak langsung menjawab, dia membuka tutup botol air mineral lalu menyimpannya di dekat Rania agar wanita itu meminumnya."Aku tidak sengaja lewat, terus lihat kamu sedang menangis sendirian di sini," ucap Kendrick.Rania tertunduk sambil menghela napas panjang, setelah itu dia mengambil botol air mineral yang tadi diberikan Kendrick lalu meminumnya sedikit."Jadi, apa sekarang kau sudah merasa lebih baik?"Rania menoleh, menatap wajah pria di sampingnya itu dengan sorot yang sulit diartikan sambil menutup botol dan menyimpannya kembali di tempatnya."Ya begitulah, cukup baik," jawab Rania asal.Tak ada yang baik-baik saja saat rumah tangga sedang diambang kehancuran. Namun, Rania tak berhak bercerita masalahnya kepada orang luar untuk menghindari fitnah."Bagaimana tanganmu?" tan
Bagai tersambar petir di siang bolong. Ungkapan Farhan baru saja begitu memekakkan telinga Rania hingga sakitnya tembus ke ulu hati. Kedua tangan Rania mengepal meremas ujung pakaian yang dikenakannya. Manik matanya mulai berkaca-kaca dan mengeluarkan cairan bening."Aku belum hamil bukan berarti aku mandul, Farhan," ucap Rania dengan suara bergetar. "Kita baru satu tahun menikah, wajar jika aku belum bisa memberikanmu seorang anak.""Kau pikir, istri mana yang tidak mau cepat-cepat memiliki anak setelah menikah? Aku juga sama denganmu, ingin memilikinya untuk melengkapi kebahagiaan kita," tutur Rania dalam tangis yang tak terbendung lagi.Farhan bergeming di tempatnya sambil mendengarkan perkataan sang istri yang hatinya telah dia lukai. Sejujurnya dia tidak sengaja mengatakan semua itu karena tak kuasa menahan kesal dan mungkin cemburu setelah melihat Rania dekat dengan pria lain."Rania, maaf. Aku tidak bermaksud seperti itu," ucap Farhan. Dia berusaha untuk