Share

Jalan hidup

Ini  untuk mama ,  toga ini untuk mama.

Terima kasih udah menjadi malaikat dan sekaligus bidadari buat ku selama ini.

Iya nama ku laras  anak dari petani dan ibu yang hebat. Kenapa hebat karena darinya aku belajar menjadi seperti ini dan selalu  mandiri dalam hidup banyak nilai - nilai yang dirinya tanamkan dalam hidup ku.

Mungkin ibu kalian adalah dokter , guru atau pun profesor di universitas atau pun rumah sakit ternama .

Tapi sayang nya ibuku wanita biasa  yang hebat dengan segala dedikasihnya kepada keluarga dan anaknya.

Keluarga ku bukan lah orang yang di bilang mampu , Tapi kami bilang cukup. Iya cukup adalah yang terpenting, cukup rizki , cukup kesehatan dan cukup untuk hal - hal yang lain.

Sejak pukul 4 pagi ayah telah bangun lebih dahulu mendahului ibu , bukan berarti dirinya tak becus sebagai istri .Tapi kata ibu dalam rumah tangga ada namanya tugas . Dan sepasang suami istri harus saling menbantu dan saling mengasihi dalam menjalaninya

Ayah memasak air dan menanak nasi.

Dan ibu mulai berangkat ke pajak ( pasar) . Membeli  sayur buat jualan atau pun makan kami.

Tapi lebih banyak ngeramban sayur di sekitar rumah karena  ayah membuat kebun disekitar rumah dan sayur yang di beli bisa di jual untuk menambah  uang dapur.

Setelah sampai kerumah  mama mulai melaksanakan tugas negaranya seperti biasa.

Hingga aku mulai lahir . Ekonomi mulai sulit dan harus menambah penghasilan  semakin tak tercukupi rumah peninggalan mbah mulai  rusak termakan usia , seng dapur dan kamar bocor .Sungguh miris ember dan tong - tong menghiasi  setiap  ruangaan  kala hujan datang  angin dan air yang dingin membasahi matras kami .  Kami harus tidur di ruang tengah  menghadap tipi layar cembung yang mati kesambar petir. Dan air hujan yang jatuh kedapur membasahi  tungku dan kayu bakar buat masak . Hingga ayah mulai berjualan roti keliling dengan sepedanya. Dari desa ke desa , tapi terkadang  selalu saja tersisa.

Hal itu makin di perparah oleh krisis moneter di  tahun 90 _an .  Bahkan  jualan sayur dan kedai mama  tutup karena tak cukup untuk  balik modal lagi .Semua harga  pangan   naik dan  mata uang anjlok . Hingga mama   mengambil pekerjaan sebagai pencuci keliling  di desa , dan pengetek  padi  yang sudah panen dengan izin  pemiliknya  .Untuk menambah pundi -pundi rupiah , Namun sayang  itu hanya cukup buat makan dan sedikit simpanan untuk berjaga - jaga besok kalau tiada uang.

Kata orang mati tak perlu uang  Tapi tak punya uang serasa mati ,  karena mama tak mau meminjam atau pun berhutang kepada orang lain  dan keluarga sekalipun.

Dengan keadaan ini banyak hinaan  dan ejekekan dari keluarga dan tetangga karena  kami berkerja mati-matian tapi tak terlihat.

Andai mereka tau  setiap proses itu tak semudah membuang ludah ke tanah . Tapi ayah dan mama selalu bersikap legowo dengan  mereka katakan :

Dan berkata"  Membalas  kejahatan dan kejahatan itu sama saja  nduk" .

Biarin ajha  sesuka  lidah dan mulut mereka berbicara seng penting ora jaluk mangan   atau  menir  karo  de'ene!!!".

Ingin rasa membalas mereka , setiap hinaan dan makian  kerena   ayah hanya lah  tukang roti keliling  dan ibu pencuci .

Tapi apa salahnya semua kerjaan itu halal , dimata allah swt dan umatnya yang paham.

Pernah  ayah tak bisa berjualan  hingga  berminggu- minggu sebab kecelakan  ,Ibu yang bekerja sebagai pencuci  baju keliling tak di beri gajinya oleh salah satu  pelanggannya karena merusak  baju  padahal ibu sudah berhati - hati  dalam bekerja .  Kembali kami memndapat ujian   .

Uang hanya  tinggal 10 ribu  hanya cukup membeli beras dan  ikan asin .

Karena uang yang di simpan itu di buat berobat  ayah dan makan  selama ini.

Dan aku  dan adik ku yang tak tau apa- apa dengan keadaan  ini , hanya   mengerti aku lapar dan ingin makan

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status