'Sangat gelap di sini. Tempat apa ini? Apakah aku sudah mati? Jangan-jangan ini alam baka?'________Ruang hampa, gelap dan agak panas. Pengap berbaur amis. Sebuah nafas tersengal di antara gelap gulita. Taja membuka kedua mata namun hanya kegelapan yang tampak oleh mata.'Aku ... di mana ...?' tanya heran Taja dalam benak sendiri. Desak nafasnya terasa dihimpit beban berat. Bahkan ia merasa tubuhnya dalam posisi terjungkir ke bawah, belum dapat dikira-kira dirinya berada di tempat apa. Taja pelan-pelan menggerakkan lengan dan kaki.'Aku buta ... atau ... tempat ini sangat gulita?' pikir Taja lagi, merasakan tubuhnya berada di atas sesuatu bergerak lembut. Setengah sadar, ia mencoba untuk merangkak keluar himpitan entah apa itu.'Apa ini ...?' pekik dia tertahan, merasakan tubuhnya di atas permukaan yang bergeser. Bukan tanah atau batu, tapi tekstur licin.'Kenapa agak berguncang?' Taja perlahan ikut bergeser hingga merasakan punggungnya membentur sesuatu bebatuan kasar.'Apa aku masih
"Kraaaaagh ...!!!"Tiba-tiba Taja diterkam makhluk kadal hitam bersisik, semula dikira bebatuan, ternyata makhluk itu berkamuflase. Dua tubuh terpelanting dan menabrak tebing bebatuan, lalu merosot terguling ke dasar. Kerikil-kerikil longsor dan menimpa keduanya.Dari belakang punggung Taja, sepasang cakar makhluk kadal mencengkeram kedua bahu sampai lengan. Taja melawan, jemari akar balas melilit cakar-cakar makhluk itu.Jerit kesakitan makhluk kadal dan erangan Taja berbaur jadi satu. Cakar-cakar besar retak dalam remas jemari akar Taja dan merembes cairan racun emas."Krrghhhh!"Sisik makhluk kadal tak cukup menahan kekuatan jemari akar emas, akhirnya terkoyak dan merembas darah dari lapisan sisik-sisik tebal. Cengkeraman cakar mengendur dan melepaskan Taja. Makhluk kadal sekelebat menjauh dari Taja.Bukan tak terbayar, pundak dan lengan Taja lebam membiru akibat cakar-cakar makhluk kadal. Taja mengumpulkan tenaga untuk bangkit berdiri. Lurus kedua kaki, punggung tegap. Kedua lengan
"Aku sudah sangat lama menunggumu! Kamu tidak mengenaliku?"______________"Kamu?!"Taja tersentak kaget. Rasanya belum lama tenang, ia dikejutkan lagi oleh kehadiran pemuda mirip dirinya, muncul tiba-tiba di tempat itu.'Ini bukan mimpi!' pekik Taja dalam hati. Ia celingukan sekeliling tempat. Di bawah terang cahaya, sangat jelas kemiripan pemuda itu dengan Taja. Wajah, postur tubuh, juga cara berjalannya. Sangat serupa. Bahkan suaranya hampir tidak ada beda."Aku tidak bermaksud mengejutkanmu," ujar pemuda itu sembari melangkah ke arah Taja dalam raut tegang lantaran kaget.Taja berbalik badan, hendak mengambil langkah kabur. Tetapi dengan cepat, pemuda itu lebih dulu meraih lengan Taja sampai tubuhnya ikut terangkat melayang di atas belukar."Aku ... Tajura," ucap pemuda itu, terus menarik lengan Taja ikut bersamanya. Kedua pemuda melambung di hamparan panorama belukar hijau."Kamu ...?" Taja tak sempat berkata apa-apa lagi. Debar jantungnya sampai ke pergelangan pemuda itu."Tajura
"Pasvaati yang melukaiku, hitam pekat berbau anyir, busuk, beracun. Dingin menyiksa. Kesunyian sepanjang nafas. Kecantikan pedih."______________Sepasang kaki kadal. Taja mengamati peralatan aneh yang ditunjukkan Tajura."Tentara kadal yang mati, meninggalkan ini," Tajura membolak-balik sepasang kaki kadal bercakar tajam."Jubah itu juga?" Taja mengingat kejadian saat pertama kali melihat sosok Tajura. Jubah berbentuk kulit kadal hitam bersisik, menyebabkan penampilan si pemakai menyerupai makhluk kadal."Ya!" Tajura mengiyakan tegas."Jubah sisik kadal!" tambah Tajura. Taja termangu setelah mengetahui semuanya."Aku hendak membantumu setelah terbangun, tetapi sepertinya kamu ketakutan saat melihatku pertama kali dengan penampilan jubah kadal," kata Tajura."Apa boleh buat, aku belum kuat untuk banyak bergerak tanpa peralatan kadal. Aku sedang masa pengobatan," ujar Tajura. Sebentar kemudian ia menunjukkan sesuatu di kaki dan lengannya. Tampak banyak luka membekas, meninggalkan kisah
"Beberapa malam setiap menjelang purnama, aku merasakan sakit yang sangat menyengat!"__________"Taja, aku sekarat ...," ujar Tajura. Melihat kedua bola matanya tanpa harapan, Taja segera memapah Tajura. Mendadak kondisinya lemah.Taja menggeleng perlahan."Tidak ... kita baru saja bertemu. Aku akan mengobati lukamu. Aku tidak sengaja memukulmu berkali-kali," Taja memperhatikan sekujur tubuh Tajura. Teringat kembali sebelum Taja tahu bahwa makhluk kadal adalah saudaranya, terjadi pergulatan di antara mereka berdua. Rasa bersalah karena beradu kekuatan, akibatnya menambah beban sakit di tubuh Tajura."Luka ini tidak bisa sembuh dengan obat apapun," Tajura balas menggeleng ringan, "Hanya racun untuk melawan racun yang terlanjur menyebar di tubuhku, itu yang membuatku bertahan!" jawab Tajura.Taja mengamati luka di dada kiri Tajura."Aku yakin ada jalan," ujar Taja menguatkan."Jika benar perkiraanku malam ini bulan purnama, ini saatnya pengaruh racun bekas luka ini akan menyiksaku seper
Menyebut mantera pemanggil sukma dari kedalaman inti batin. Hawa lembut tipis mulai keluar dari mulut ke udara. Sukma Bunga Emas.__________"Sukma Bunga Emas."Sesuatu istimewa terbesit dari pikiran Taja. Sekaligus mengingatkan Taja ke masa lalu."Tajura ...."Suara lirih, Taja memanggil nama saudaranya berulang kali. Terpejam berlinang air mata."Tajura ..., jangan khawatir. Aku memiliki sesuatu, 'kuharap dapat menolongmu," parau suara Taja.Disentuhnya pipi pucat saudaranya itu. Hawa dingin menjalar ke pergelangan tangan Taja. Bersumber dari luka di dada Tajura. Namun Taja tidak ingin melepas pelukan. Mempererat kedua tangannya, memeluk tubuh Tajura dari belakang. Punggungnya pun tertular dingin, perlahan kulit mengeras dan beku."Luka ini pernah terjadi pada Ratu ...," Taja teringat suatu peristiwa masa lalu yang pernah terjadi.Beberapa tahun silam. Peristiwa tragis yang telah membantai Gunggali, hutan tempat tinggal Taja dan seluruh kaumnya. Air, tanah, udara, serangga, daun, poh
"Sukma Bunga Emas mengobati diriku dari racun Pasvaati yang mematikan!"__________"Apa yang terjadi?" Tajura tampak keheranan. Wajah Taja tampak sedikit letih menanggapi pertanyaan itu disertai senyuman tipis.Tajura meraba dada kiri."Luka di dadaku nyaris hilang sama sekali," belum usai Tajura meraba-raba dada kirinya. Terasa mulus dan sehat. Hanya sedikit saja bekas warna gelap di kulit, jejak goresan akibat luka tersayat."Apa yang telah 'kaulakukan padaku, Taja?" Tajura semakin heran. Berganti ia memperhatikan kedua tangan dan kaki sendiri. Sekujur tubuhnya semula banyak luka, sekarang berubah semua tanpa bekas pula."Apakah aku sedang bermimpi?!" Tajura makin heran. Sentuhan tangan Taja di pundaknya, meyakinkan bahwa ia tidak sedang bermimpi. Tidak disangka luka begitu menganga di dada, telah raib dalam semalam."Bagaimana rasanya menghirup udara segar tanpa rasa sakit lagi?" Taja berbalik tanya."Apa kamu yang mengobati aku?" Tajura terbelalak. Senyum Taja menjawab penuh lega.
Tajura bertolak dari hamparan belukar, melompati bebatuan kemudian melayang tubuhnya seringan kapas di udara, serta merta menggendong adiknya. Mereka meninggalkan kawasan hutan belukar, lalu berpindah ke rongga-rongga raksasa Dunia Bawah."Kamu lupa teman yang bersamamu?" sedikit menyindir, Tajura menggendong erat Taja, berkeliling Dunia Bawah lebih dalam lagi."Teman? Siapa?" malah balik tanya, Taja benar-benar tak ingat siapa yang dimaksud."Ha ha ha!" Tajura tertawa lantang, "Kamu melupakannya!""Siapa?" Taja benar-benar tak merasa ada seorang teman yang hilang, semenjak menginjak Dunia Bawah dan bertemu Tajura."Gattorian yang tertangkap ularku!" Tajura tak henti tertawa."Gattorian? Siapa?" Taja tetap tak ingat juga."Ha ha ha!" makin panjang tawa Tajura mengisi kebersamaan mereka.Dua manusia melintasi rongga-rongga kedalaman bumi. Derai tawa membunuh kesunyian. Merasuki kegelapan demi kegelapan Dunia Bawah.Taja memeluk punggung Tajura erat-erat. Antara takut dan sukacita. Takut