Ketika Jelita mengira ia bisa selamat dari Zikri dan kelakuannya yang absurd itu, masalah baru pun datang.
Bu Siska menugaskan siswanya membentuk kelompok yang terdiri dari dua orang, untuk mengerjakan tugas Sosiologi dan untuk presentasi di depan kelas.Karena tidak ada yang mau menjadikan Jelita teman kelompok, maka mau tidak mau terpaksa ia pun menerima ajakan Zikri untuk bekerja sama, meskipun sebenarnya sangat enggan."Papaku punya cafe di daerah Kemang, kita kerjakan tugasnya di sana saja," Zikri mengusulkan pada Jelita yang sedang membereskan perlengkapan sekolahnya.Waktu sekolah telah usai dan para siswa berlarian keluar kelas untuk pulang.Jelita mendelik. "Mana ada ngerjain tugas di cafe? Nggak ah. Kita ke perpus aja," tolaknya sambil menarik risleting tas ranselnya."Jangan di perpus, kita ke toko buku saja. Beli semua buku yang diperlukan, lalu mengerjakan tugas untuk presentasinya di coffeeshop di lantai dua."Jelita hendak memprotes, tapi Zikri keburu menarik tangannya menuju parkiran sekolah, lalu mendorong tubuh Jelita masuk ke dalam mini cooper-nya.Jelita menatap kesal pada Zikri yang sedang memutari mobil untuk masuk ke dalam kursi pengendara, namun ia memilih untuk diam saja.Zikri membawanya untuk makan siang dulu di restoran masakan Korea sebelum mereka ke toko buku.Sesampainya di toko buku, Zikri membiarkan Jelita yang memilih buku-buku yang diperlukan untuk bahan presentasi.Ia mengulum senyum saat gadis itu membeli hampir dua puluh buah buku tebal yang harga totalnya pasti lebih dari tiga juta.Jelita pasti sengaja.Dia mengira Zikri akan bangkrut hanya karena membayar harga buku yang sama seperti harga makan siangnya di hotel.Haha. Jelita benar-benar lucu sekali.Dan Zikri hampir tidak tahan untuk tertawa melihat ekspresi Jelita yang shock melihat jumlah yang harus dibayar dan betapa lempengnya wajah Zikri saat memberikan unlimited credit card kepada mbak-mbak kasir yang tersenyum manis padanya."Aku tahu sih kamu orang kaya. Tapi ya minimal tanya dulu kek, buat apa aku beli buku sebanyak itu?" cetusnya jengkel karena taktiknya untuk membuat Zikri kesal malah gagal.Lelaki itu hanya mengedikkan bahunya dengan santai. "Cuma lima juta. Dikit kok. Kamu mau beli buku lagi? Atau mau yang lain?"Jelita hanya bisa mendesah sambil menggelengkan kepala.Sialan. Dasar orang kaya!Lima juta baginya mungkin seperti lima ribu bagi Jelita!Mereka akhirnya memutuskan untuk mengerjakan tugas di salah satu coffeeshop ternama di lantai dua toko buku itu, karena tempatnya yang nyaman dan tidak terlalu ramai.Saat sedang asik mengerjakan tugas, tiba-tiba ponsel Jelita berdenting pelan tanda ada pesan yang masuk.MY BLUEBERRY CHEESECAKE : Kamu dimana, Jelita?Jelita : lagi di toko buku Kak. Tadi aku sudah bilang kan, kalau mau mengerjakan tugas kelompok di sini?Jelita menunggu beberapa saat, jaga-jaga kalau Dexter kembali mengirimnya pesan.Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya ia meletakkan kembali ponselnya ke dalam tas dan kembali melanjutkan tugasnya.Tak terasa hampir satu jam mereka berkutat dengan tugas presentasi, dan sekarang hampir selesai. Hanya tinggal mencantumkan judul buku-buku yang akan dijadikan referensi saja."JELITA!"Suara keras itu sontak mengagetkan Jelita dan Zikri yang sedang fokus bekerja.Gadis itu menengadah dan mendapati sosok lelaki bertubuh jangkung dengan sorot mata caramel yang menatapnya dingin."Kak Dexter?" mata Jelita melotot kaget saat melihat pacarnya berada di situ.Dexter melemparkan tatapannya pada Zikri yang tersenyum dan juga ikut menyapanya. "Sepertinya aku mengenalmu, ya?"Zikri bangkit dari kursinya dan menjulurkan tangan. "Namaku Zikri Gerhana Sutomihardjo, Kak."Dexter menyambut tangannya sambil menatap lekat mata Zikri yang juga membalas tatapannya dengan berani."Dexter Green. Ah, pantas saja aku seperti mengenalmu. Ayahmu Dirga Sutomihardjo, kan?"Zikri mengangguk. "Ya, dia ayah saya."Dexter mengangguk mengerti. "Ooh. Jadi anaknya Pak Dirga sekelas dengan Jelita."Saya teman sebangku Jelita, Kak. Dan saya juga menyukai Jelita," ucap Zikri tiba-tiba, mengejutkan Jelita dan juga Dexter."Kak Dexter adalah Kakak Asuh dan wali dari Jelita, bukan? Jadi saya mohon ijin untuk mendekati Jelita, karena saya berniat untuk menjadikannya pacar," tegas Zikri dengan berani.Kedua lelaki itu saling bersitatap dengan sorot yang sama-sama tajam. Rahang Dexter mengeras mendengar perkataan Zikri yang sangat kurang ajar itu, tapi untuk kali ini ia tidak bisa berbuat apa-apa.Zikri bukan orang sembarangan, ayahnya baru saja menjalin kerjasama dengan William Green, ayah Dexter."Kalian kan masih pelajar, jadi sebaiknya fokus saja pada sekolah. Dan kalau soal itu, saya serahkan semua pada Jelita. Biar dia saja yang memutuskan," tukas Dexter dingin sambil melirik Jelita yang menundukkan kepalanya."Sudah selesai kan tugasnya? Ayo, pulang." Dexter menarik tangan Jelita untuk berdiri."Kita pulang dulu, Zikri. Oh ya, sampaikan juga salam hormat untuk Pak Dirga," ucap Dexter, tanpa sadar bahwa ia telah memeluk bahu Jelita dengan posesif.Zikri mengangguk dan tersenyum samar menatap dua orang yang telah berlalu dari situ.'Cih, Kakak Asuh? Dasar pembohong! Jelas-jelas si Dexter itu sangat cemburu ketika aku mengatakan ingin menjadi pacar Jelita!'Sekarang Zikri benar-benar yakin jika hubungan antara Jelita dan Dexter bukanlah Kakak-Adik Asuh, melainkan lebih intim dari itu.Sial!!***Jelita tahu konsekuensi jika Dexter marah padanya.Pasti malam ini lelaki itu akan memperlakukannya dengan kasar lagi di atas ranjang. Membayangkan hal itu saja Jelita sudah gemetar ketakutan.Dia harus bisa merayu pacarnya itu agar tidak marah lagi."Kak..." Jelita membuka suara setelah keheningan yang cukup lama di dalam mobil Dexter."Kak Dexter marah? Maaf, tapi aku dan Zikri tidak ada hubungan apa-apa. Kami benar-benar hanya mengerjakan tugas kok," rengek Jelita."Kak... jangan marah, ya?"Dexter masih diam dan fokus menyetir menatap jalanan di depannya. Beberapa saat kemudian terdengar helaan napasnya."Apa sebaiknya kamu kupindahkan saja ke sekolah lain?" cetusnya tiba-tiba. "Ke sekolah yang tidak akan ada Zikri atau Kevin yang lain--sekolah khusus perempuan. Dengan begitu aku akan merasa lebih tenang."Jelita membelalakkan matanya kaget ketika mendengarnya. "Jangan, Kak! Aku suka bersekolah di Brentwood Highschool."Dexter melirik Jelita sekilas. "Bukannya kamu pernah bilang kalau satu sekolah mengolokmu sugarbaby?""Sudah tidak lagi kok sekarang. Sejak Kak Dexter datang ke sekolah dan menjelaskan semuanya. Tidak ada lagi yang berani menggangguku setelahnya.""Tapi aku tidak suka Zikri dan Kevin di dekatmu, Jelita.""Aku juga tidak suka dengan Zikri, tapi Kevin itu sahabatku. Dia itu sangat baik padaku, Kak. Selalu menolong dan menghibur saat aku sedang sedih.""Oke. Stop. Jangan bicarakan kebaikan lelaki lain kalau kamu tidak ingin melihatku benar-benar cemburu, Jelita!" sentak Dexter kesal."Lagipula sekarang aku adalah pacarmu. Jadi tugas untuk menolong dan menghiburmu bukan lagi ada pada Kevin, tapi padaku!"Jelita pun terdiam. Apa... itu artinya dia tidak bisa bersahabat lagi dengan Kevin? Aaahhh... kenapa Kak Dexter membuat Jelita jadi takut untuk sekedar berteman dengan Kevin?"Kita pulang sekarang. Mom sudah menunggu kita di rumah untuk makan malam bersama," ucap Dexter tidak bersemangat."Sayang sekali. Padahal yang aku inginkan adalah menyantap tubuhmu sebagai makan malam. Cih. Mom mengganggu kesenanganku saja!"***"Manisnya."Heaven tidak bisa tidak mengakui hal itu saat menatap kedatangan Jelita dan Dexter yang baru saja turun dari mobil.Gadis belia itu masih mengenakan seragam SMA dan Heaven juga baru mengetahui ternyata ia memakai kaca mata berbingkai hitam yang membuatnya makin terlihat polos dan menggemaskan. Pantas saja anaknya sampai tergila-gila seperti itu. Namun wanita yang masih terlihat sangat cantik di usianya yang sudah menginjak empat puluhan itu merasa was-was. Jelita masih terlalu belia. Ia masih sekolah! Apalagi Dexter bercerita bahwa dia yatim piatu yang bahkan dibuang dari panti asuhannya sendiri. Heaven sudah mewanti-wanti anaknya agar selalu berlaku lembut pada Jelita, karena ia sudah banyak menderita. Jangan sampai Dexter menambah panjang penderitaan gadis yatim-piatu yang pasti membutuhkan kasih sayang itu.Dan entah kenapa, Heaven menyukai gadis itu sejak pertama kali melihatnya tertidur di kamar Dexter. Wajahnya yang polos dan sikapnya yang malu-malu membuat wan
*Happy reading*---Jelita sangat bahagia. Rasanya hatinya ingin meledak menjadi serpihan-serpihan yang berkerlap-kerlip dan bercahaya di udara. Ia masih tak percaya bahwa seorang Dexter Green ternyata akan bertunangan dengannya! Dirinya yang hanya seorang yatim piatu, yang bahkan telah dibuang oleh pengurus panti asuhannya sendiri, yang memiliki rasa insecure parah karena merasa tidak dicintai dan diinginkan oleh siapa pun. Namun sekarang ada seseorang yang seluarbiasa itu yang menginginkannya!Kebahagiaan yang dirasakan Jelita terasa tumpah-ruah, terlalu besar untuk ia tanggung sendiri. Sehingga akhirnya ia pun memutuskan untuk berbagi kebahagiaan ini dengan Kevin dan Kak Tania. Jelita memutuskan untuk lebih dulu menelepon Kak Tania. Ia sudah tak sabar untuk bercerita!"Halo, Kak. Ini Jelita. Apa kabar?""Jelita! Ya ampun, apa kabarmu? Aku baik-baik saja, cuma agak kesal aja karena sudah beberapa hari ini nggak punya teman ngobrol sejak kamu cuti kerja.""Jangan ngambek gitu do
"Dexter, buka pintunya!" teriak Heaven dari balik pintu. Shit. Dexter benar-benar lupa kalau malam ini ibunya menginap di sini!!Dengan terpaksa, ia membuka lock pintu kamar yang juga merupakan pintu lift karena akses satu-satunya ke lantai empat adalah lift yang langsung terbuka di kamarnya. Jelita buru-buru menutupi bagian atas tubuhnya yang tersingkap dengan selimut. Ia ingin mencari kaus pink-nya namun entah kemana Dexter membuangnya."Jelita, are you okay?" Heaven yang langsung menerebos masuk saat Dexter membuka kunci otomatis pintu lift, bergegas berjalan ke ranjang untuk menemui Jelita."Mom, Jelita baik-baik saja! Apa Mom mengira aku mau mencelakainya?" sergah Dexter kesal. Heaven mengabaikan protes anaknya itu dan tetap saja menatap Jelita dengan seksama. "Jika Dexter menyakitimu, jangan takut untuk mengatakannya kepada Tante ya?""Iya, tante," sahut Jelita. Ia sedikit jengah karena Heaven terus mengamatinya lekat-lekat, meskipun di satu sisi ada perasaan senang karena di
Bel istirahat siang berbunyi. Dan seperti biasa, Jelita tidak ikut ke kantin karena Dexter telah membekalinya makanan dari rumah yang dimasak oleh Bi Ani, asisten rumah tangga di rumah Dexter. Lelaki itu hanya ingin memastikan bahwa Jelita hanya akan memakan makanan yang bergizi dan sehat. Kevin mendatangi kelas Jelita dan melihat Zikri yang masih duduk santai di kursinya, di samping Jelita. "Kamu nggak ke kantin, Zik?" sapa Kevin sambil melirik ke arah bekal makanan Jelita yang terlihat lezat. Zikri menggeleng. "Nanti juga akan ada yang memberiku makanan," tukasnya santai sambil melipat kedua tangannya menumpu di belakang kepala. Zikri memang disukai banyak cewek di sekolah. Dia kaya dan tampan, sehingga banyak yang ingin menjadi pacarnya.Dan benar saja, tidak berapa lama kemudian dua orang cewek dari kelas lain masuk ke dalam kelas mereka, dengan malu-malu memberikan bekal makanan bento ala Jepang dan minuman boba untuk Zikri. Zikri sengaja memberikan senyum manis terbaiknya
"Dexter, stop..." Jelita merasa melayang dan mendesah dengan penuh hasrat, namun di saat yang bersamaan ia sadar kalau ini tidak benar. Mereka sedang bermesraan di pinggir jalan raya yang penuh dengan lalu lalang kendaraan! Meskipun kaca Maserati ini sangat gelap, tetap saja bercinta di mobil sangat berisiko ketahuan dan pelakunya pun pasti akan dipermalukan. Jelita menjambak kuat rambut caramel lebat milik Dexter yang sedang berada di dadanya, membuat kepala lelaki itu sedikit menjauh dari bukit lembut milik Jelita yang terpampang terbuka dan sedang ia manjakan tadi."Stop, please. Ini di jalan raya," pinta Jelita dengan napas yang masih terengah akibat belaian lidah Dexter yang liar menjelajahi dadanya.Dexter tidak bisa menyembunyikan senyum lebarnya melihat wajah Jelita yang merona. Ia mengecup singkat dua puncak pink basah yang menggemaskan itu sebelum mengangkat pinggang Jelita dan meletakkan tubuhnya kembali ke kursi penumpang di sampingnya."Kamu benar, Sayang. Lagipula ki
Dexter memasuki The Coffee Craved, sebuah coffeeshop langganannya dimana pemiliknya adalah Putra, teman SMU-nya dulu. Ia sudah mengenal para barista dan waitress, bahkan telah memiliki spot tersendiri yang khusus disediakan Putra hanya untuk Dexter.Cukup lama juga ia tidak ke sini. Terakhir kalinya adalah waktu Dexter sedang kesal karena Jelita lebih memilih mengobati luka Kevin daripada pergi dengannya, dan ia hanya bisa duduk di sini sambil mengawasi GPS ponsel Jelita yang masih tidak bergerak dari pantai waktu itu.Sayang sekali temannya Putra hari ini tidak bisa datang dan menemani Dexter di cofeeshop, sehingga ia pun memutuskan untuk menikmati secangkir espresso sendirian sambil mengamati grafik pergerakan saham serta melakukan financial analysis. Ya, Dexter memang berbohong tadi saat mengatakan kepada ibunya bahwa ia hendak bertemu teman. Sebenarnya Dexter hanya memberikan waktu kepada Heaven untuk ngobrol santai dengan Jelita. Ia tahu kalau ibunya menyayangi Jelita dan suda
"Ayo dibuka mulutnya, aaa...." Dexter mengulurkan sesendok sup ayam ke bibir Jelita yang cemberut. Tetapi gadis itu malah semakin memalingkan wajahnya menjauh dari sendok maupun dari wajah Dexter.Dexter menghela napas. Sudah setengah jam ia membujuk Jelita agar mau makan, namun gadis itu sama sekali tidak menurutinya. Jelita kesal padanya gara-gara cerita Heaven tentang Wiona. Tadi ibunya itu mengatakan bahwa ia telah menceritakan soal Wiona kepada Jelita, tak lama sebelum gadis itu terserang maag. Mungkin Jelita stres karena memikirkan itu.Akhirnya Dexter pun meletakkan sendok itu di atas piring, dan menaruh piringnya di atas meja kecil di dekat ranjang. "Sayang, aku harus bagaimana supaya kamu mau makan?" Jelita terdiam mematung sejenak di posisinya, namun beberapa detik kemudian ia memutar kepalanya kembali menghadap Dexter. "Aku mau kamu jujur," ucapnya kemudian.Dexter pun memaki dalam hati. Sialan! Pasti dia mau bertanya soal Wiona! Kenapa Mom harus menceritakan wanita iblis
Hari Minggu besoknya, ternyata Jelita sudah diperbolehkan pulang oleh Dokter. Dexter membereskan barang-barang Jelita dan memasukkan semuanya ke dalam mobil, lalu ia kembali ke dalam kamar untuk membawa Jelita yang masih menggunakan kursi roda.Saat ia mendorong kursi roda Jelita hingga ke pintu depan kamar, tiba-tiba Dexter baru menyadari bahwa ada sesuatu yang hilang dari Jelita."Dimana kalungmu?" tanya Dexter sambil menatap leher Jelita yang polos.Hah? Refleks, Jelita meraba lehernya yang terasa kosong. Kalung rose gold liontin kupu-kupu yang semalam Dexter hadiahkan untuknya tidak ada di sana!"Uhm... apa mungkin ketinggalan di kamar mandi ya?" tanya Jelita bingung sambil menatap Dexter."Oke. Aku cari dulu sebentar ya. Kamu tunggu di sini saja," ucap Dexter sambil memasang rem di kursi roda Jelita, lalu pria itu pun menghilang kembali masuk ke dalam kamar.Jelita mengernyit. Aneh, rasanya tadi ia sama sekali tidak melepaskan kalungnya itu saat mandi. Atau ia yang lupa?"Permis