"Nona, kami akan membantumu untuk membersihkan diri dan mendandanimu,” ucap salah seorang wanita yang di bawa Bryan.“sebaiknya kau menurut Vaness, dan ingat nasib ibumu ada di tanganmu, untuk sementara waktu kau bisa melihat ibumu dari layar televisi ini”Setelah berkata Bryan pun pergi meninggalkan kami, aku melirik sini pada dua orang yang membawa peralatan make up."Kami akan melepaskan ikatanmu nona, asal kau berjanji untuk tidak melawan dan melarikan diri, dan juga di luar sana ada beberapa puluh penjaga yang akan menghadangmu jika kau mencoba melarikan diri""APA KALIAN MENGANCAMKU?!""Ti..tidak nona, maaf" keduanya menundukan kepala.Pandangan mataku tak bisa lepas dari layar TV. Aku begitu mencemaskan keadaan mama."Mama..."Aku terisak melihat kondisi mama, sakit dadaku melihat wanita yang telah melahirkan dan merawatku dengan penuh kasihnya dalam kondisi menyedihkan seperti itu. Mama sedang terikat di kursi dengan mulut di sumpal kain, dan ada darah di dahinya."Dia akan ba
Setelah sekian lama Susan akhirnya menghentikan larinya dan merendahkan tubuhnya, akupun kemudian turun dari punggungnya, dan kulihat Susan sudah berganti ke wujud manusianya."Susan, terimakasih," ucapku sambil memeluknya."Hei, itulah gunanya sahabat, benar kan?" sahutnya sambil balas memeluku."Kau melakukannya lebih dari sahabat, aku berhutang padamu""Tak perlu kau pikirkan itu, karena ini sudah kewajiban kami melindungi dan menyelamatkan Luna kami ketika dia dalam bahaya""Ohh, ayolah, aku bukanlah Luna kalian, aku hanya manusia biasa"Susan hendak membuka mulutnya kembali saat sebuah mobil SUV berhenti tepat di hadapan kami yang sedang berdiri di tepi jalan raya.Kulihat Liam dan Alex keluar dari dalam mobil tersebut, kami langsung berhamburan memeluk mereka, kami berempat berpelukan, tidak perduli beberapa bercak darah masih menempel di tubuh mereka."Apa kalian baik baik saja?,” tanyaku sesaat setelah kami mengurai pelukan."Well, seperti yang kau lihat kami sekarang baik bai
"Tidak. Bukan apa apa” Alex hanya tersenyum dan mengedipkan satu matanya, membuat pipiku memanas.“Aku ingin mandi dulu, kau istirahatlah"Selesai mengucapkan kalimatnya Alex langsung meninggalkanku menuju kamar mandi, aku hanya melihat punggungnya menghilang di balik pintu kamar mandi di kamarnya.Kuhempaskan tubuhku di sofa tak jauh dari ranjang yang terlihat empuk dan nyaman, aku memandang sekeliling kamarnya yang di dominasi warna biru dan hitam, kamarnya cukup besar, sangat besar malah, dan semua furniture di sini terlihat mewah juga elegan, pastilah mahal harganya.Tatapanku jatuh pada meja yang aku perkirakan adalah meja kerja atau mungkin untuk belajar, dengan banyak buku dan berkas berkas disana. Aku berjalan ke arah meja dan melihat beberapa buku yang ada di rak di belakangnya, itu seperti sebuah perpustakaan mini."Kau menyukainya?"Aku menoleh ke belakang, tampak Alex hanya mengenakan handuk yang melilit di pinggangnya, cepat sekali dia mandi, pikirku, namun saat menyadari
Aku menunggu miss Martha melanjutkan perkataanya, dan kulihat Mr Nickolas dan Alex pun sama denganku, kami mendengarkan dengan seksama."Sebelum menceritakan tentang masa lalu keluarga Vaness, ijinkan aku terlebih dahulu menceritakan bagian kisahku yang ada sangkut pautnya dengan keluarga Vanessa""Baik Miss Martha kami akan menyimak, walaupun untuk kisahmu aku dan Uncle Nick sudah mengetahuinya, tapi itu juga informasi penting untuk mateku"Miss Martha pun mulai bercerita tentang dirinya yang seorang werewolf yang berasal dari Diamond River Pack di Arizona, dia dipaksa orang tuanya untuk menikah dengan alpha mereka yang baru saja kehilangan istrinya dalam kecelakaan. Alpha tersebut memiliki seorang putra dan Miss Martha diharuskan menjadi ibu sambung bagi putra alphanya tersebut merangkap menjadi luna pengganti di pack mereka."Alpha kejam itu adalah Dominic Sebastian, ayah dari Bryan Sebastian, darinya aku memperoleh seorang anak perempuan, yaitu Andrea"Kali ini Miss Martha berkata
“Apa maksudmu sweety?” alih-alih menjawab Alex justru balik bertanya dengan wajah yang keheranan.“Maksudku.. apa kau menyukai Andrea?”Alex mendekatkan tubuhnya kearahku, membuatku menatapnya gugup dan tanpa sadar aku melangkah mundur. Namun bukanya berhenti Alex terus saja melangkah mendekatiku yang juga terus melangkah mundur menjauhinya.“A..Alex. Apa yang kau lakukan?”Alex tersenyum menatapku, dan matanya berubah berkilau keemasan, kali ini Alex membiarkan aku melihat sisi lainya. Aku menahan napas dan takjub melihat warna matanya, bagiku itu terlihat sangat indah. Aku baru tersadar saat kakiku sudah tak bisa lagi melangkah mundur karena terhalang tembok.“Jadi kau cemburu?”“Oh kau mulai lagi Alex!” aku mendengkus sebal dengan tudingan yang sama tiap kali aku menanyakan perihal perasaan Alex pada Andrea.“Mulai apa sweety? Bahkan aku belum memulai apapun”Aku memutar kedua bolamataku, menatapnya kesal. “Sudahlah, aku cape, lebih baik kita cepat menjenguk Paman Taylor, setelah
Aku berusaha mencari perlindungan di dekat sudut ruangan yang tertutupi lemari besar, aku tak tau apa yang harus kulakukan, haruskah ikut melawan mereka? Tapi aku tidak dapat membedakan mana serigala lawan dan mana yang kawan, bagaimana jika aku salah serang?Alex... iya Alex, dimana Alex, mataku lantas mencari cari keberadaan Alex atau sosok serigala Max namun tak kutemukan diantara orang orang itu, dimana dia?Lalu aku melihat wanita dan pria yang sedang berjalan tergesa ke arahku, si wanita menggendong bayi dan di belakang mereka ada seekor serigala berwarna hitam mengikuti, aku mendengar percakapan mereka setelah mereka berhenti tak jauh dari tempatku bersembunyi."Pergilah sayang, jaga anak kita, aku akan menahan mereka, kau larilah sejauh mungkin, bibi Monica akan membantumu" sahut pria itu sambil mengusap kepala sang wanita dan mencium bayi yang ada di gendonganya, kurasa mereka adalah sepasang suami istri dan bayi itu pasti anak mereka."Berjanjilah kau akan baik baik saja Ric
Kami berjalan menyusuri lorong dimana Paman Taylor ditempatkan setelah siuman, setiap orang yang berpapasan selalu membungkukan tubuhnya dan menyapa kami dengan hormat, entah itu usianya lebih muda ataupun lebih tua dari kami, karena tidak terbiasa diperlakukan seperti itu, aku mempercepat langkahku supaya cepat sampai di ruangan paman, dan sepertinya Alex mengerti, diapun mempercepat langkahnya.Saat membuka pintu ruangan paman kulihat paman sedang duduk menyandar pada senderan ranjang, matanya terbuka menatap keluar jendela, disana juga sudah ada Miss Marta dan Dokter Leana, ibunya Liam."Selamat pagi alpha, pagi luna" sapa Dr Leana dan Miss Martha bersamaan.Kami mengangguk dan memberikan senyuman untuk mereka, aku langsung menghampiri paman dan memeluknya."Paman, apa kau baik baik saja?"Paman Taylor menyambut dan membalas pelukanku. "Aku sudah membaik sekarang, bagaimana keadaanmu baby girl?""Aku baik baik saja paman""Syukurlah, kudengar semalam kau bermimpi buruk"Sontak aku
Alex mengajaku kembali ke istana, karena ada yang harus dia kerjakan dan karena kondisi Paman Taylor sudah membaik, mereka pun membawa serta paman ke istana, dan beristirahat di kamar Miss Martha.Aku berjalan jalan di sekitar istana, karena merasa bosan sendirian di kamar, sedangkan Alex sejak dia mengantarku kembali dari ruangan paman aku tak melihatnya lagi, mungkin dia berada di ruang kerjanya atau mungkin juga sedang keluar, aku tidak tau pasti, tapi sebelum Alex pergi aku melihat pria yang kemarin datang lagi menemui Alex. Pria paruh baya yang Alex panggil sebagai paman Vinod.Langkahku sampai pada sebuah taman di bagian samping istana ini, terdapat gazebo di tengah tengahnya, aku berjalan menuju gazebo tersebut hendak bersantai sejenak disana, saat aku melihat Paman Taylor dan Miss Martha berjalan menghampiriku."Mengapa kau tidak beristirahat paman? kau kan baru sembuh" sapaku saat mereka sudah berada di dekatku."Aku sudah membaik, jangan khawatir, justru aku membutuhkan udar