Kedua pria itu bersulang kecil dengan segelas minuman yang sudah terisi dengan cairan keemasan "aku pulang Roger " menepuk pundak Roger seperti biasa "jangan pulang dulu Ken , bukankah kau ingin membuat dia menangis " menahan pundak Ken sebentar.
Pete yang hampir kewalahan menahan tubuh Grace yang selalu merontah kembali berjalan mendekatkan gadis itu pada Ken "Ken mau kau apakan istrimu ini , aku sudah tidak sanggup menahan nya lagi " Pete melepaskan tubuh Grace berganti Ken yang mengunci tangannya "kau lelaki brengsek Ken , kau mesum , kau menjijikan , lepaskan aku " teriak Grace masih dalam dekapan Ken.
"Kita lihat siapa yang lebih menjijikan nantinya" Ken mendorong tubuh Grace tepat di arah Roger "oohh rileks lah sejenak gadisku " sahut Roger yang menangkap tubuh nya dan mencolek dagu Grace "jangan pernah sentuh aku dengan tangan kotor mu itu bodoh " dengan berani gadis itu meludahi wajah Roger .
Hal itu membuat emos
Jangankan untuk tidur dengan pria asing , tidur dengan suaminya saja Grace sama sekali tidak ingin melakukan itu, "tidak, bagaimana bisa aku menyerahkan mahkota ku dengan pria asing dan lebih asing dari Ken. Tidak, aku tidak menginginkan itu," batin Grace.Entah apa jadinya jika Mario mengerti bahwa ia sudah tidak perawan saat menikah dengan Mario."Mariooo tolong aku," teriak Grace.Mendengar nama itu Roger tertawa lucu, "Mario? Kau memanggil Mario? Kau harus dengar ini Grace, tak ada yang menolong mu karena Ken lah yang menyuruh ku untuk memperkosa mu," mungkin Grace mengerti bahwa pria yang kini berstatus suami itu akan menghancurkan hidupnya, namun Grace sungguh tak menyangka bahwa Ken sejahat itu menyuruh pria lain untuk tidur dengannya. Seakan itu adalah sebuah petir yang menyambar hati Grace, tak bisakah pria bernama Ken sedikit lebih baik daripada ini? Sehina ini kah arti dirinya dimata Ken?
Grace memasuki kamarnya, ia mengunci erat-erat kamar itu. Membanting semua perabotan yang ada di atas meja rias, "brengsek,"Seluruh tirai yang tergantung di atas jendela ia tarik begitu saja, membuang sprei dan bantal guling ke sembarang arah, "bisa-bisanya kau menyerahkan tubuhku pada teman mu Ken, apakah kau tak tahu betapa susahnya aku menjaga semua ini,"Gadis itu melepas seluruh pakaian yang ia kenakan dengan mengambil sebuah handuk di lemari, ia berjalan ke kamar mandi dan memutar kran air, "aku sangat menjijikan," walau Roger tidak berhasil mengambil keperawanannya tapi tetap saja pria itu menyentuh seluruh bagian sensitifnya, "aku harus menemui Mario, aku harus membicarakan semua ini kepada Mario," ucap Grace di dalam hati.Air mata yang berlinang membasahi kedua pipinya dan menjadi satu dengan guyuran air yang turun dari atas, Grace menoleh ke arah kaca melihat bercak merah di lehernya, sudut bibir
Drt... drt ..Suara dering ponsel Grace berdering."Mario,""Grace aku menunggumu di taman biasanya,""Apa? Tapi Mario?""Datang saja Grace, aku takkan pulang jika kau tak datang menemuiku disini,"Mario mematikan sambungan telepon, "Mario mungkin ini waktunya aku jujur padamu," suatu saat Mario pasti mengerti bahwa Grace telah menikah, lebih baik Grace berbicara sendiri daripada Mario mengetahui sendiri dan membencinya. Grace segera menuju taman untuk menemui Mario.Sesampai di taman Grace mengambil masker untuk menutupi bibirnya yang terluka. bahkan ia mengerai rambutnya berharap bercak merah di leher itu tak terlihat sama sekali."Grace kau datang?" Mario memeluk erat Grace dan mencium kening Grace.Pelukan itu membuat hati Grace sedikit lebih tenang, dekapan hangat Mario sung
"pukulan yang cukup keras," Ken mengelap sedikit darah yang keluar dari hidungnya.Sesaat ia tersenyum manis menatap Grace namun senyuman itu berubah menjadi tatapan mematikan dalam hitungan detik, "kurasa kau sudah pintar bermain sekarang,""Aaawwhh," lagi-lagi pria itu menarik kasar lengan istrinya, Ken terus berjalan dengan cepat tanpa memperdulikan rintihan Grace walau Grace sudah mencoba melepaskan diri.Cengkraman tangan pria itu terlalu kuat ditambah tarikan yang kasar membuat Grace sedikit meringis kesakitan, "Ken sakit, lepaskan aku, Keenn,"________*********_______BruugKen mendorong tubuh kecil Grace di atas kamarnya hingga terbentur ujung meja laci di dekat kasur, "kau mulai suka bermain sekarang rupanya,"Grace memegang punggungnya dan menatap mata Ken tanpa rasa takut, "kau membuatku putus dengan Mar
Perih, hilang, sakit. Mungkin tiga kata itu yang dirasakan Grace saat ini, ia merenung sendirian di bawah pojokan sudut tembok dengan kedua lututnya yang menempel di dadanya.Jam menunjukkan pukul sepuluh pagi, sudah berjam-jam ia merenung sendiri setelah apa yang dilakukan suaminya bisa dikatakan sama sekali tidak layak, sekujur tubuh Grace merasakan nyeri yang hebat, terlebih pada selangkangan yang amat perih.Hatinya tergores bagai irisan pedang yang tertancap begitu dalam, "harusnya ini lebih dari cukup atas apa yang sama-sama kita lakukan Ken, aku membunuh Jesseli dan kau merenggut kehormatan ku dengan cara seperti ini, "Grace menatap sprei putih di atas kasur yang sedikit berbekas bercak darah.CklekSuara pintu kamar Grace terbuka, terlihat Ken yang sudah rapi di depan pintu. Grace menoleh sesaat namun ia kembali membuang pandangan dari pria bejat yang mulai melangkah mendekati dirinya.
Ternyata pria itu membawa Grace ketempat pemakaman calon tunangannya dulu, "ayo... memintalah maaf pada Jesseli," teriak Ken yang sudah berdiri di depan pemakaman Jesseli dan mendorong tubuh Grace.Begitu jelas terlihat disana foto Jesseli yang sangat cantik dan di depan sudah ada sebuah ikat bunga, "tunggu, bunga? Aku tidak menaruh bunga, lalu siapa yang menaruh bunga disini?" Tentu saja keberadaan seikat bunga itu menjadi tanda tanya untuk Ken. Namun pemikiran itu segera ia singkirkan, bisa saja saudara atau teman Jesseli dan ia kembali fokus pada Grace yang sudah di depan mata."Cepat kau meminta maaf sekarang di depan Jesseli!" paksa Ken kembali menoleh ke arah Grace."Kau gila? Kau menyuruhku untuk berbicara pada orang yang sudah tidak bernyawa Ken?" balas Grace tak yakin."Hai dengar, memintalah maaf pada Jesseli sekarang dihadapan ku," pria itu menarik tangannya dan mendudukkan tubuh Gra
Pria itu keluar dan membanting keras pintu tersebut, "sini kau," Ken menarik lengan Grace yang sedang duduk, "Ken apa yang terjadi?" tanya Grace.Ken terus berjalan menuju pintu keluar kantor, biarkan saja para karyawan melihatnya. Ia tidak perduli, saat mereka sudah berada di dalam lift Ken mengirim sebuah pesan pada Roger dan Pete untuk segera berkumpul di Apartemen milik Roger.____***____ROGERItulah nama Apartemen yang dibaca Grace di dalam mobil saat ia sudah sampai di sebuah gedung besar dan mewah. Namun bukan kemewahannya yang membuat Grace terdiam dan bernafas sedikit sesak melainkan nama ROGER, bukankah itu adalah sosok pria yang hampir memperkosanya di bar."Ken aku tidak ingin masuk... aku akan tetap disini, aku tidak ingin bertemu pria itu," Grace menggeleng pelan ketakutan."Baiklah.. jika kau tidak ingin bertemu dengan Roger, maka turuti
Entah harus berapa jam lagi wanita itu berdiri dengan bibir yang sudah memucat, hujan malam itu sudah sedikit reda namun tidak dengan dingin yang di rasakan Grace.Dari arah sedikit jauh Ken memutar balik mobilnya, ia sungguh-sungguh benci dengan wanita yang menyandang status istri saat ini. "mengapa setiap aku menatap Grace, aku selalu terbayang akan kematian Jesseli," Tangan Ken memukul keras setir mobil."Ken kau membiarkan dia semalaman di sana?" Tanya Roger menoleh belakang sebentar."Hmm," Ken tak memperdulikan jika wanita itu mati, kini di otak Ken hanyalah dendam akibat kematian Jesseli. Ken mempercepat mobilnya mengantar Roger dan ia ingin segera sampai di rumah.Saat mobil Ken benar-benar hilang meninggalkan Grace yang masih tetap berdiri dengan kedua tangan yang memeluk dirinya sendiri, tiba-tiba saja sebuah mobil sport hitam datang dan berhenti tepat di depan Grace, "Grace mas