Seminggu kemudian, Aldrich diperbolehkan pihak rumah sakit untuk pulang. Biasanya pasien akan senang mendengar kabar ini, lain halnya pria itu tampak muram terduduk di atas ranjang. Menatap keluar jendela tanpa semangat karena teringat diagnosa dokter tentang kondisinya waktu lalu. “Tuan, mari kita pulang.” Suara William menyadarkan Aldrich dari lamunan. Dengan gerakan lemas menoleh, Aldrich menatap William. “Kenapa kesialan ini terjadi padaku, William? Aku bukan lagi pria yang sempurna, lalu buat apa aku hidup? Harusnya dokter itu menyuntikku mati sekalian!” Mata William membulat sempurna, ia mencoba menenangkan Aldrich yang tampak kacau. “Jangan berkata seperti itu, Tuan—” “Jangan berkata seperti itu bagaimana, huh?” Aldrich melotot dengan suara keras memarahi William. “Jelas–jelas dokter memberitahu kalau gara–gara kecelakaan sialan itu, aku mengalami disfungsi ereksi!” teriaknya sambil memijat kepala. “Dasar bodoh!” umpatnya kepada William lagi. William mengatupkan bibir,
“Zack … kau baik–baik saja, kan? Ma–maaf, aku tidak sengaja melakukan itu padamu,” ucap Beyonce dengan suara gemetar karena panik. Seraya menangis, Beyonce memeriksa pergelangan tangan pria kejam itu. Dia berharap Zack selamat, meski ada desir ketakutan di hatinya. “Syukurlah, dia masih hidup.” Namun kemudian mata Beyonce membulat penuh. Dia segera memangkas jaraknya dari Zack yang masih tergeletak di lantai dengan kepala bersimbah darah. Astaga! Bagaimana nanti kalau Zack bangun? Membayangkan kemurkaan Zack menyiksanya lagi sebagai balas dendam seperti ancamannya sebelum tak sadarkan diri. Itu sungguh mengerikan, karena Zack bisa lebih kejam dari sebelumnya. Sekarang, Beyonce tidak punya banyak waktu untuk berpikir. Wanita itu hanya mengikuti kata hatinya. “Ya, aku harus kabur dan pergi sejauh mungkin dari sini sebelum Zack menyadarinya,” katanya dengan gusar sambil menyeret kakinya yang lemas seperti jelly ke dalam kamar. Beberapa pakaian, berkas penting, buku tabungan da
Gema menghapus sudut matanya yang basah, saat pintu ruang tindakan itu ditutup oleh perawat. Untung saja dia bergerak cepat menghubungi rumah sakit, sehingga ambulans segera datang membawa Beyonce ke rumah sakit. Di bangku kosong depan ruang itu, Gema duduk sendiri menunggu Beyonce selesai ditangani petugas medis. Satu harapan besar Gema, agar Beyonce dan janinnya selamat. “Kasihan Nyonya Bey. Dia pasti stres dengan kehamilannya yang tidak diinginkan,” ucap Gema lirih. Dia ikut bersedih dan tak tenang menunggu tindakan itu yang berlangsung cukup lama. Gema sudah tahu Beyonce hamil karena diperkosa, lantaran wanita malang itu sendiri yang sudah menceritakan kondisinya sejak Gema pertama kali bekerja di rumahnya. Bukan tanpa alasan, Beyonce asal mengumbar aib kepada orang lain. Tapi sosok Gema yang baik dan perhatian kepada Beyonce, mengingatkan wanita itu yang rindu kepada mendiang ibunya. Sama halnya Gema yang menyayangi Beyonce seperti anaknya sendiri. Terdengar derit pintu ter
Gema menggelengkan kepala, menepis ucapan Beyonce. Apalagi saat dia melihat kekosongan di mata wanita itu. “Tidak, Nyonya. Saya yakin perbuatan jahat sekecil apapun akan mendapat balasan. Hanya saja, setiap anak tidak tahu harus lahir dan berasal dari keluarga mana. Mereka dititipkan Tuhan pada kita yang dianggap pantas. Anda pasti tahu, di luar sana banyak pasangan suami istri yang mendambakan anak?” tanya Gema. “Ya, aku tahu Bibi Gema. Sayangnya sebagian dari mereka tidak beruntung memiliki anak,” jawab Beyonce mulai paham ke mana arah pembicaraan Gema. “Kalau saya boleh memberi saran. Pertahankan janin itu dan lahirkan saja, Nyonya. Setelah lahir nanti, kalau Anda masih tidak menginginkannya. Anda bisa memberikannya kepada pasangan lain yang mau mengadopsi,” ucap Gema dengan lembut, tetap menjaga perasaan Beyonce yang mood nya tidak begitu baik. Wanita malang itu butuh dukungan. Setidaknya Gema sudah mencoba memberi jalan tengah. Sementara itu, Beyonce yang masih memegangi peru
Dipecat secara tidak terhormat oleh Tuan Vladimir membuat Zack sakit hati atas penghinaan itu. Bukannya menyadari kesalahan, Zack malah berpikir bosnya tidak tahu berterima kasih. Seharusnya dia membalas dengan menaikkan jabatan Zack yang selama ini bekerja keras demi kemajuan bank itu. “Ada apa denganmu sayang? Apakah pelayananku barusan kurang memuaskan, hum?” tanya wanita seksi itu yang berbaring di sisi Zack. Dia adalah Veneta Rousey, pacar gelap Zack. Mereka berdua telah menjalin hubungan saat Zack juga bertunangan dengan Beyonce.“Aku memiliki banyak masalah hari ini, Vene.” Zack bergeser ke tepi ranjang sambil menggapai botol wine di atas meja. Diam–diam Veneta menatap Zack yang tampak gusar. Sejak pergumulan tadi, Veneta yang lebih dominan. Biasanya pria itu menggebu–gebu menerjangnya di atas ranjang jika tengah berhasrat. Tapi gara–gara pria itu murung, semuanya terasa hambar.“Masalah apa sayang? Apakah berkaitan dengan pekerjaanmu atau si jalang itu?” Nada bicara V
“Zack, apa yang mau kau lakukan padaku?” tanya Veneta panik saat Zack kembali mendekatinya di atas ranjang dengan tatapan mengerikan. Kedua mata wanita itu kian terbelalak dan berusaha kabur setelah melihat belati di tangan Zack yang melayang begitu cepat ke lehernya, wajah Veneta langsung berubah pucat dan tubuhnya tiba–tiba menjadi lumpuh.“Ja–jangan bunuh aku Zack. Aku mohon … bukankah kita memulai hubungan ini dulunya dengan baik. Maka sekarang tolong lepaskanlah aku secara baik–baik?” pinta Veneta sambil menggelengkan kepala. Baik–baik katanya? Sungguh Zack membenci wanita mulai detik ini, karena baru menyadari kebodohannya kalau selama ini dia tertipu oleh wanita busuk itu. Ternyata Veneta tidak pernah mencintainya Zack, tapi hanya mencintai uangnya saja. Menyebalkan, bukan? Veneta melihat bara api di mata Zack dia takut Zack nekat memenggalnya. Astaga! Dia ingin hidup panjang dan tak ingin mati sia–sia di tangan pria brengsek itu. Tapi bagaimana caranya untuk melarikan di
“Apa yang Anda lihat, Tuan Al?” William mencoba mencari tahu apa yang membuat bosnya berhenti berjalan. Kening pria tampan dengan rahang berbulu yang tampak lebat itu mengernyit, jarinya menggaruk pelipis lalu menoleh pada William dengan perasaan tak menentu. Bahkan jantungnya ikut berdegup kencang, seolah ada yang menyetrumnya. “Ehm! Hanya tadi, aku sempat mendengar sekilas kalau ada yang menyebut nama Bey,” jawab Aldrich. William terkesiap. “Maksud Anda Nona Beyonce?” ulangnya ingin memperjelas. “Iya. Mungkin itu dia, mungkin juga tidak,” kata Aldrich ragu, “tapi kalau seandainya benar, kenapa dia ke sini? Apakah dia sakit?” Nadanya jelas sekali khawatir. Aldrich yang penasaran terus bertanya–tanya, membuat William segera mengecek dengan melangkah ke ujung lorong dan celingukan. Namun pria itu hanya melihat banyaknya para Ibu hamil berseliweran ditemani suaminya, sedang berjalan ke arah lorong yang menuju dokter kandungan. “Kalau Anda mau, biar saya mencarinya?” tawa
Setelah mengantar Zico ke sekolah, Beyonce tak langsung pulang ke ruko. Melainkan meminta sopir untuk mengantarnya ke kebun sayuran miliknya yang berjarak satu kilometer dari ruko. Tiba di sana, pekerjanya yang hilir mudik memanen di kebun dan mengangkut sayur–sayuran ke mobil pick up menyapanya saat Beyonce berjalan menghampiri Agatha yang sedang bersama mandor. "Bagaimana hasil panen pagi ini Orlando?" tanya Beyonce kepada mandor itu, sambil mengecek daun lobak dan kol yang tampak berlubang karena hama. "Lancar Nyonya, semua akan dikirim seperti biasanya. Ke pasar, restoran, supermarket dan dikirim ke kota," papar Orlando. Beyonce menoleh ke arah Orlando yang memberinya buku catatan pengiriman. Sementara itu, Agatha berpamitan untuk mengangkat telepon dan Beyonce mempersilakannya. "Semuanya sudah okey. Tapi tolong, kau urus sayur kol dan lobak, Orlando. Karena jika terus–terusan diserang hama. Nanti pertumbuhan sayuran ini terganggu dan terancam gagal panen," suruh Beyonce begi