Sedari tadi Mikaila sudah berguling-guling di kasur empuknya, bukan karena dia gila, bukan. Dia sudah terlalu bosan seharian ini tidak melakukan aktivitas apapun, biasanya hari-hari yang ia lakukan adalah mengejar Carlos, tapi kali ini tidak lagi, tidak sudi.
"Astaga aku bisa mati kebosanan apabila terus seperti ini," monolognya sedikit berteriak kesal.
Mikaila menghembuskan nafasnya lelah, ia mulai menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebal dan lanjut berguling diatas kasur empuknya.
Lama melakukan hal yang unfaedah seperti itu, dirinya mulai berhenti karena pusing.
Setelah lama berpikir kemana ia saat ini, lebih baik ia mengunjungi perpustakaan membaca banyak buku untuk menambah pengetahuan.
"Marry bantu aku untuk bersiap, aku ingin pergi ke perpustakaan."
Marry segera menghadap sang nona, dirinya dibuat kaget mendengar Mikaila ingin pergi ke perpustakaan. Apakah mungkin saat ini dirinya salah dengar? Ayolah ia yang paling tau Mikaila, ia jelas sangat hapal bagaimana kelakuan Mikaila yang sangat anti dengan yang namanya buku. Dan ini? Ia ingin pergi ke perpustakaan ke tempat banyak buku itu? Dia pasti sudah gila sekarang.
"Maaf nona, anda ingin pergi kemana saat ini?" tanya Marry dengan tak yakin.
"Aku bilang aku ingin pergi ke perpustakaan, jadi cepat bantu aku bersiap," kata Mikaila dengan suara datarnya.
"Ba-baik bona, saya akan membantu anda." Marry buru-buru membantu Mikaila. Setelah ini ia akan melakukan sujud syukur nonanya sudah benar-benar berubah.
Sementara Mikaila hanya mendengus pelan, tak mau ambil pusing dengan tingkah Marry yang seakan tidak mempercayainya.
Setelah berganti pakaian, Mikaila langsung melangkahkan kakinya dengan diikuti Marry dibelakangnya.
Disepanjang jalan, lagi-lagi dirinya menjadi pusat perhatian para pelayan dan para pengawal. Semua orang berdecak kagum dengan kecantikan Mikaila yang bagai dewi, namun sayang seribu kali sayang, bagi mereka sikap sang nona tidak seindah paras rupawannya.
Sementara Mikaila yang menjadi pusat perhatian hanya memasang wajah datar, seakan tak peduli dengan bisikan orang-orang yang berbicara tentangnya.
Mikaila berhenti tepat di depan pintu perpustakaan pribadi milik keluarganya. Ia berbalik menatap kearah Marry
"Marry kau tunggulah di sini, aku akan masuk ke perpustakaan. Atau kau ingin ikut aku?" tanya Mikaila dengan suara dinginnya.
"Tidak nona, saya akan menunggu anda. Silakan anda masuk nona," jawab Marry dengan hormat.
Mikaila tidak menjawab, ia segera berbalik dan masuk kedalam perpustakaan.
Dapat Mikaila lihat pustakawan yang terkejut melihat kedatangan Mikaila, namun Mikaila bersikap abai dan terus melangkahkan kakinya menuju rak buku yang menarik perhatiannya.
"Cih, apa yang dilakukan hama pengganggu di tempat suci seperti ini?"
Suara berat nan tegas itu mengalihkan perhatian Mikaila dari rak buku yang ingin ia tuju.
Ia berbalik, matanya menatap kearah seorang pemuda tampan yang berusia kisaran 18-an yang kini berdiri tepat didepannya. Rambutnya coklat sama seperti dirinya dan mata biru yang merupakan ciri khas anggota keluarga Arundell.
Pemuda itu ialah Edward Arundell, kakak keduanya, sekaligus orang yang sangat membenci Mikaila.
Mata mereka bertemu, sesaat Edward terpesona oleh kecantikan Mikaila. Harus Edward akui gadis gila itu sangat cantik, wajahnya merupakan perpaduan antara ibun dan ayahnya. Namun nampaknya ibunyalah yang lebih mendominasi.
Akan tetapi cepat-cepat mengenyahkan semua keterpesonannya. Ia segera memandang Mikaila dengan jijik.
Mikaila tidak menjawab, ia hanya memandang dingin kearah Edward.
"Aku kira rumor Lady gila budak cinta putra mahkota yang berubah itu benar. Tapi aku rasa rumor itu hanyalah rumor, lihatlah kau di sini ingin menempeli aku lagi seperti biasanya kan?" tanya orang itu sarkas, matanya menatap tajam Mikaila.
Namun lagi-lagi tak terdengar jawaban dari Mikaila. Ia hanya mendengus malas, lalu melangkahkan kakinya lagi menuju rak buku yang sedari tadi ia tuju.
Edward yang ditinggalkan tercengang, ia terkejut memandang Mikaila yang sudah menjauh dengan ekspresi aneh. Ayolah, ini Mikaila, gadis gila yang dulu selalu menempelinya hingga membuatnya jijik. Apa ia benar-benar sudah berubah? 'pikirnya tak percaya.
"Tidak usah melakukan trik murahan seperti itu untuk menarik perhatian, sampai kapanpun manusia seperti mu memang pantas untuk di benci."
Kata-kata kejam dan pedas itu keluar dari mulut Edward. Ia kini berdiri tepat disamping Mikaila. Ia yakin sebentar lagi akan melihat senyuman Mikaila seperti biasanya.
Mikaila yang dulu benar-benar bodoh, ketika dihina dan dicaci oleh keluarganya sediri. Mikaila tidak pernah marah ataupun menangis, dia malah tersenyum, berharap senyumnya bisa menguatkannya.
Sementara Mikaila hanya melirik Edward sekilas. Seakan tak peduli dengan kata-kata kejam yang keluar dari mulutnya barusan. Dirinya sudah sangat terbiasa, dengan kata-kata seperti itu dia sudah kebal.
Mikaila hanya menganggap perkataan Edward itu sebagai anjing yang sedang menggong-gong
Mikaila mengambil buku tentang sihir yang menarik perhatiannya. Segera ia mengambil buku tersebut dan berjalan melewati Edward yang memandangnya sinis.
Lagi-lagi Edward tercengang ketika ia diabaikan oleh Mikaila lagi.
Mikaila mendudukan dirinya tepat di kursi di dekat jendela perpustakaan. Ketika melihat kearah jendela, ia bisa melihat taman bunga mawar yang indah peninggalan mendiang ibundanya.
Gadis itu mulai membuka buku yang berjudul 'Magic' dia membuka halaman demi halaman yang menjelaskan tentang sihir yang ada di dunia ini.
Sihir di dunia ini tebagi menjadi beberapa kelompok, sesuai dengan kelebihan masing-masing. Sihir di dunia ini antara lain ialah ;
Sihir tanah : sihir tanah merupakan sihir terendah pada tingkat sihir. Sihir tanah biasanya dimiliki oleh para rakyat atau bangsawan-bangsawan bergingkat rendah, contohnya seperti baron dan Viscount.
Sihir angin : orang yang memiliki sihir angin biasanya dapat mengendalikan angin atau bahkan bisa menciptakan angin puting beliung yang sangat dahsyat apabila memiliki mana yang sangat banyak.
Sihir ice : sihir ini biasanya dimiliki oleh bangsawan yang memiliki gelar duke atau granduke bahkan archaduke. Pengendali es ini sangat kuat dan hanya bangsawan-bangsawan kelas tinggi yang memiliki elemen ini.
Sihir api : sihir api merupakan elemen sihir khas keluarga kerajaan atau kekaisaran. Tentu dengan bentuk api yang berbeda. Sihir api khas kekaisaran biasanya berwarna putih atau biru. Sedangkan sihir api keluarga kerajaan berwarna seperti api biasanya.
Sihir murni : sihir murni merupakan elemen sihir yang sangat langka, hanya orang-orang terpilih yang memiliki elemen sihir jenis ini. Sihir ini memiliki kekuatan yang kuat dan dahsyat maka dari itu sangat jarang orang yang memiliki elemen sihir murni. Orang yang memiliki sihir murni tidak akan pernah terpengaruh dengan sihir hitam.
Sihir hitam : sihir hitama atau dark magic merupakan sihir yang melambangkan kejahatan, kekuatan sihir ini bisa memanipulasi pikiran seseorang dan pemilik elemen ini biasanya adalah mereka yang menukar jiwanya dengan iblis.
Sihir cahaya : berbeda dengan sihir murni yang sangat kuat dan dahsyat. Sihir ini merupakan sihir yang sangat-sangat kuat dan maha dahsyat. Konon katanya pemilik elemen cahaya merupakan legenda sang titisan dewa dan dewi yang akan membawa perdamaian dan keabadian. Sihir cahaya atau light magic satu-satunya sihir yang bisa melawan sihir hitam atau dark magic.
Mikaila segera menutup buku tentang sihir yang baru saja selasai ia baca, beberapa informasi tentang sihir dan tekhnikh bagaimana belajar sihir cukup membantunya.
Ia segera bangkit dari duduknya, atensinya menyapu keseluruh perpustakaan. Ia dapat menghela nafas lega, karena sedari tadi anjing yang terus menggong-gong telah pergi entah kemana.
Pagi ini, Mikaila sudah bersiap-siap. Ia akan pergi ke menara sihir. Ia sudah bertekad untuk berlatih sihir.Kali ini, ia sudah tidak ingin lagi mengejar cinta orang yang tidak pernah memperdulikannya, sudah cukup untuk semua rasa sakit yang ia terima.Ia kini hanya ingin menjadi kuat, lebih kuat, hingga bisa membalaskan dendamnya.Ia akan sungguh-sungguh belajar sihir kali ini, ia tidak akan lagi menjadi bodoh dan mendapatkan hinaan dari masyarakat.Semua orang yang pernah menghinanya dan menjatuhkannya akan mendapatkan balasan yang jauh lebih menyakitkan."Marry siapkan kereta, aku akan pergi ke menera sihir hari ini," perintah Mikaila pada Marry yang kini berdiri dibelakangnya."Baik nona," jawab Marry yang langsung menyelesaikan perintah sang nona.Mikaila menatap pantulan dirinya sendiri di cermin, sedetik kemudian ia tersenyum iblis ketika mengingat
Mikaila turun dari kereta kudanya, ia menatap menara sihir dihadapannya.Sesaat, terbesit keraguan dalam pikirannya, bukan tanpa alasan, menara sihir bukanlah tempat yang bisa dikunjungi oleh sembarang orang, bahkan Raja pun tidak bisa sesuka hati untuk pergi ke menara sihir.Jika saja bukan karena si penyihir agung satu-satunya orang yang bisa membantunya, Mikaila terlalu malas untuk datang ke tempat seperti ini.Kedatangan Mikaila disambut dengan penjaga menara sihir, buru-buru Mikaila mengeluarkan token sebagai tanda persetujuan masuk.Para penjaga yang melihat token Mikaila, langsung membiarkan Mikaila masuk.Dengan langkah anggun, Mikaila berjalan memasuki menara sihir, dapat Mikaila lihat bangunan yang begitu indah dan megah, bahkan lebih megah dari istana.Mikaila melangkahkan kakinya menuju ruang khusus penyihir agung.Kemarin Mikaila sudah mengiri
"Aku ingin berkerjsama denganmu, untuk menghancurkan seseorang," ujarnya dengan senyum mengerikan di wajah cantiknya.Anhard menaikkan sebelah alisnya, seolah bertanya-tanya orang sial mana yang menjadi musuh Lady gila yang ada dihadapannya ini."Seseorang? Siapa?" tanya Anhard yang tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya."Intinya orang itu adalah orang yang paling ku benci sampai mati," jawab Mikaila dengan tatapan mata penuh dendam dan kebencian."Kalau aku tidak mau?"Mikaila tersenyum miring ketika mendengar jawaban Anhard, "Jika kau tidak mau yasudah, padahal awalnya aku ingin mengajak kau berkerjasama untuk menghancurkan orang yang sudah membantai keluargamu 15 tahun lalu,"Anhard menatap Mikaila seakan terkejut, fikirannya bertanya-tanya. Darimana gadis ini tau orang yang sudah membantai keluarganya 15 taun lalu? Dia saja yang sudah mencari dalam 15 tahun terakhir aka tetapi tidak bisa menemukan orang itu.15 taun la
Mikaila menatap malas pada tumpukan gaun yang sudah Marry siapkan.Hari ini adalah jadwal rutin kunjungan dirinya yang menjabat sebagai Putri mahkota ke istana kerajaan.Sebagai Putri Mahkota kerajaan ini, Mikaila diwajibkan mengunjungimu istana setiap seminggu sekali, dan hari ini adalah harinya.Jika itu Mikaila yang dulu, mungkin saat ini ia sudah berjingkrak-jingkrak kesenangan karena akan bertemu Carlos di istana, ya ... meskipun berakhir dengan Carlos yang memilih bersama Helena dibanding bersama dengannya.Namun kali ini tidak lagi, melihat wajah Carlos saja ia benar-benar tidak bisa menahan hasrat ingin membunuh bajingan menjijikan itu, apalagi hari ini ia harus bersama Carlos seharian?Mikaila hanya berharap, semoga hari ini berjalan lancar tanpa ada gangguan.Jika bisa saja memilih, ia tidak ingin datang ke istana, akan tetapi mau bagaimana lagi? Peraturan tetapl
Selepas meninggalkan istana, Mikaila langsung menuju menara sihir, ia ingin menanyakan perihal rencananya dengan Anhard, dia tidak bisa menunggu lebih lama lagi, ia tidak sabar untuk membalas semua rasa sakit yang ia terima."Lady Mikaila anda datang lagi rupanya hari ini," ujar Anhard seraya tersenyum manis."Bagaimana rencananya?" tanya Mikaila to the point.Anhard tertawa pelan ketika mendengar Mikaila yang langsung ke inti, "Seperti yang diharapkan, Lady Mikaila memang bukan orang yang suka berbasa-basi.""Aku sudah memantau orang-orang itu, akan tetapi mereka belum melakukan pergerakan yang mencurigakan," lanjutnya lagi."Terus pantau orang-orang itu, mereka bermain terlalu licik dan berhati-hati bahkan pihak kuil dan kerajaan pun tidak menaruh rasa curiga pada mereka," kata Mikaila dengan datar seperti biasanya."Tenang saja Lady, aku sudah memantau mereka d
Mikaila tidak bisa menahan sumpah serapahnya ketika ia mulai memasuki kamar, air mata tidak bisa lagi ia sembunyikan.Tubuh Mikaila menyeluruh ke ubin yang dingin, sekuat tenaga ia mencoba menahan rasa sakit tepat di ulu hatinya.Mikaila mulai terisak pelan, mati-matian ia menahan tangisannya karena ia tidak ingin ada orang lain yang melihatnya dalam kondisi terlemah.Ia pikir mungkin ia sudah mati rasa, akan tetapi ia salah besar, rasa sesak nan menyakitkan itu masih terasa nyata. Sekuat apapun ia berusaha, ia tidak bisa menghilangkan bayang-bayang kematian dirinya yang begitu tragis.Setiap hari, setiap hari ia selalu merasakan bahwa dirinya tidak berharga. Sebagaimanapun perjuangan Mikaila untuk keluarganya, mereka hanya akan tetap memandang dirinya sebagai makhluk hina."Astaga Nona." Marry berteriak panik ketika melihat kondisi Mikaila yang sudah menyedihkan, hatinya ikut merasa sakit
"Nona ada kiriman surat dari Grand Duke Acherron," lapor Marry pada Mikaila yang saat ini sedang terduduk seraya membaca salah satu buku yang ia pinjam di perpustakaan."Taruh di mejaku Marry," ucap Mikaila tanpa mengalihkan atensinya dari buku yang ia baca."Baik Nona." Marry langsung menuruti perintah Mikaila, ia langsung menaruh surat itu di meja yang Mikaila suruh.Perlahan, Mikaila menutup buku yang ia baca, ia mulai bangkit dari duduknya. Lalu ia berjalan kearah meja dan mengambil surat yang dikirimkan oleh Xavier.Dibukanya surat tersebut, lalu ia mengambil isi surat dan membacanya.'Datang ke guild informasi lagi, aku sudah menemukan notaris terbaik di kerajaan ini.'Tertanda : Xavier Grizan de AcherronSenyum miring tercetak jelas di wajah cantik Mikaila, akhirnya ia menemukan satu orang lagi untuk membantunya dalam permainan balas dendam ini.
Selepas meninggalkan guild informasi Mikaila sengaja berjalan melewati pasar, ia ingin melihat secara langsung para rakyat yang tengah melakukan transaksi jual-beli.Selama bertahun-tahun ia hidup, jujur saja ia tidak pernah menginjakkan kakinya di pasar yang menurutnya sangat kotor dan menjijikan saat itu. Sebagai seorang putri bungsu Duke, meskipun ia selalu diabaikan oleh keluarganya, tentu saja semua keinginannya tercukupi. Jadi Mikaila tidak pernah menginjakkan kakinya di pasar sekalipun.Gadis cantik itu terus berjalan-jalan di sekitaran pasar, mengamati keadaan dan suasana di sana, rupanya tak seburuk yang ia duga.Melihat para penjual makanan, membuat Mikaila lapar, akhirnya gadis cantik itu berjalan kearah si penjual."Berapa satunya?" tanya Mikaila pada si penjual tersebut."5 koin tembaga," jawab si penjual.Sontak saja Mikaila merasa kaget ketika mendengar harga yang disebutkan oleh si penjual, harga makanan ringan di