Share

Terperangkap Cinta Janda Perawan
Terperangkap Cinta Janda Perawan
Author: Winufi

Bab. 1 Hai, tante Helena.

"Sial!" umpat Ezra, di atas ranjang. 

Meski sudah ditepisnya, entah mengapa Helena terus saja menari-nari di pikirannya. 

Parasnya yang cantik dengan hidung bangir itu, tak jarang masuk ke alam mimpi Ezra. Bahkan ia terpesona dengan bentuk tubuhnya yang tidak seperti wanita berusia 39 tahun pada umumnya. Tidak ada garis keriput sama sekali di sekujur tubuhnya, kalah dengan gadis-gadis kembang desa di sana. 

“Ahh ... tante Helena, kenapa kamu begitu cantik, sih? Aku, ‘kan jadi pengen!”

Ezra semakin menggila. Bahkan pria itu sudah berandai-andai menikahi ibu dari sahabatnya. Tak peduli umur berselisih 15 tahun, yang penting ia harus mendapatkan hati wanita yang mengelabui pikirannya.

'Pokoknya aku harus mendapatkan tante Helena,' pikirnya.

Diambilnya, ponsel lalu mengirimkan pesan pada Helena.

[Tepat jam 8 malam, aku tunggu di Restoran biasa kita bertemu.]

Di sisi lain, Helena mengulas senyumnya kala membaca pesan dari seorang yang tidak dikenal. Meski demikian, ia yakin bahwa sang kekasih yang mengajaknya pergi karena Helena tidak pernah keluar rumah dengan pria lain, selain dengan pujaan hatinya.

Dengan cepat, Helena segera mengganti pakaiannya— meninggalkan secangkir teh hangat yang baru saja di buat.

"Nah, perfect!" Helena bercermin sembari berputar, ia merasa dirinya cantik sekali.

Wanita keturunan Belanda–Indonesia itu sudah menggunakan dress selutut berwarna putih, membiarkan rambut hitam sebahunya tergerai rapi. Kecantikannya tak kalah dengan ratu Istana yang ada di buku-buku dongeng. 

Heels berwarna hitam mengeluarkan suara ke anggunan langkah kaki Helena, mengiringinya berjalan sampai ke depan mobil hitam. 

****

“Pokoknya, ke tampananku ini hanya untukmu, Tan!”

Ezra berkaca ditemani jas dengan dasi hitam panjang. Ia terlihat gagah sekali apalagi rambutnya sudah tertata rapi. Ketampanannya selalu membuat daya tarik wanita-wanita seusianya, tetapi entah kenapa Ezra memilih wanita yang mulai menua.

Sesampainya di restoran, ternyata wanita itu belum tiba, akhirnya ia memesan meja nomor 16 ditemani lilin menyala di tengah-tengahnya. 

Di sisi lain, setiba di restoran tersebut, tempat ia sering bertemu dengan kekasihnya, Helena celingukan mencari keberadaan Nico— kekasihnya. 

"Hai, Tan!" Helena membalikkan badan, saat seseorang menepuk pundaknya. 

"Ezra?" gumamnya. Ia tertegun mendapati anak kekasihnya.

Helena memundurkan langkah, menjauh dari Ezra. "Kenapa kamu ada di sini?" 

"Apa Tante tidak sadar siapa yang mengirim pesan itu?" tanya balik Ezra dengan santai.

Helena terbelalak sambil menggeleng. Ternyata ia salah dugaan. Anak dari kekasihnya yang mengajaknya dinner malam ini.

Akhirnya ia membalikkan badan kembali, melangkah keluar dari restoran itu, tetapi Ezra segera meraih pergelangannya. 

"Mau pergi ke mana, Tan?" tanya Ezra, "Kita duduk dulu, yuk?" 

Helena menghentakkan tangannya hingga terlepas dari cengkeraman Ezra. Bahkan enggan untuk menoleh padanya. 

"Kenapa kamu mengajak Tante ke sini? Memalukan sekali!"

Ezra mengernyitkan kening, perlakuan wanita itu jauh dari ekspektasinya. 

"Tante tidak suka? aku sengaja mengajak Tante ke sini, karena sudah lama aku menyimpan perasaan kepada Tante."

Tak peduli banyak mata yang menjurus pasangan beda usia itu yang berdiri di tengah-tengah. 

Helena menoleh cepat ia menatap tajam padanya. "Banyak wanita yang lebih pantas denganmu. Memangnya kamu tidak tahu jika Tante menjalin hubungan dengan Ayahmu?" 

"Jelas saja aku tahu," jawab Ezra santai.

"Apa kamu pun tahu jika Ayahmu sudah janji akan menikahiku bulan depan. Ezra, anak tante saja belum berpikir tentang pernikahan. Bisa–bisanya kamu suka sama Tante, ibu dari sahabatmu sendiri?" cecar Helena. 

Ezra yang masih bersikap tenang menghadapi Helena. “Ikut Ezra dulu, yuk?”

Ezra meraih jemari lentik wanita itu kembali. Menuntunnya untuk duduk di kursi yang sudah ia pesan. Rasanya tidak nyaman karena sampai saat ini mereka menjadi pusat perhatian pengunjung lain.

Tak banyak mengulur waktu, Ezra mengambil sebuah kotak kecil perhiasan di kantongnya. Itu adalah sebuah cincin yang tak kalah bagusnya dengan yang di pakai oleh wanita berhidung bangir itu.

"Aku tidak peduli jika nantinya aku bersaing dengan Ayahku sendiri, Tan. Terimalah ..." Ujar Ezra menyodorkan kotak berwarna merah kepadanya.

Helena menolak, ia menggeleng bahkan dengan cepat segera menarik tangannya saat sahabat anaknya akan melingkarkan cincin di jemari yang lain.

"Aku tidak mungkin menerimamu. Sebaiknya kamu cari wanita yang lebih pantas untukmu. Kamu sangat tampan. Tante yakin kamu mendapati wanita yang tak kalah cantiknya dengan Barbie," celetuk Helena bangkit, kemudian berjalan keluar dari restoran itu meninggalkan makanan yang tak secuil pun dinikmatinya.

“Tante!”

Ezra diam. Ia hanya bisa menatap punggung Helena yang terus menjauh dari pandangan. Sulit di percaya yang ternyata wanita pujaannya itu memilih untuk berhubungan dengan sang ayah. 

'Tidak. Tante Helena harus menjadi milikku. Jangan sampai dia masuk ke dalam perangkap Ayah!'

"Tante ... Tunggu!" teriaknya.

Ezra mengusap wajah kasar. Berharap Helena masih ada di sekitar restoran itu, ia berlari keluar meninggalkan kotak beserta cincinnya di atas meja.

“Kau benar-benar membuatku, gila!” teriak Ezra frustrasi.

Malam hari yang di sambut cuaca dingin, tidak mengubah kesedihan Ezra. Ia membelah jalan ibu kota dibarengi berpikir keras mencari solusi untuk menjauhi Helena dengan Ayahnya.

"Astaga ... Apa yang harus aku lakukan? Masa aku terang-terangan bilang kalau Ayah tukang selingkuh?" Ezra memukul-mukul setir mobil karena frustrasi. Pikirannya sedang kacau sekali.

Pria muda itu sering mendapati Nico— Ayahnya di sebuah club malam, dikelilingi wanita. Sebenarnya Ezra sudah muak melihat tingkah laku sang Ayah, tetapi mau bagaimana lagi, karena ia selalu kalah dengan kekuasaannya.

“Ok, Ezra. Sekarang kamu harus bertindak! Jangan sampai kalah sama pak Tua itu!” gumamnya. Persetan yang merasuki tubuh Ezra kali ini sangat mendukung amarah yang sudah memuncak. ia melajukan mobil dengan kecepatan tinggi.

Ciiiiittt!

"A–ayah?" gumam Ezra mendadak menekan pedal rem. Saat mendapati sosok pria yang persis sekali dengan ayahnya di seberang jalan.

“Dasar, pak Tua sialan!” tanpa sadar, jemari kekarnya mengepal. Melihat sang Ayah menggandeng seorang wanita bertubuh seksi.

Ia berjalan dengan hati menggebu-gebu. Ini bukan kali pertamanya ia memergoki Nico berganti-ganti pasangan.

"Ekhem!" 

Hanya sekali deheman dari Ezra, mampu membuat pria paruh baya dan wanita seksi di sampingnya menoleh.

"Ini wanita yang ke berapa, Yah?" tanya Ezra dengan tatapan sinis. 

Pria yang masih menggunakan jas kantor itu memang benar ayahnya. Ia tertegun mendapati Ezra yang sudah penuh kebencian padanya, sementara wanita seksi itu bersembunyi di belakang tubuh Nico.

"Sejak kapan kamu peduli sama Ayah?" tanya Nico berusaha untuk tenang. Baginya Ezra adalah putra tunggal yang cuek. Karena tidak biasa Ezra marah saat memergokinya sedang berdua dengan wanita.

"Stop menyakiti hati wanita, Yah! Karena ada pria lain yang menyayangi wanita itu!" Sindiran dari Ezra membuat sang ayah mengernyitkan kening karena kebingungan. 

"Maksudmu?"

"tante Helena," jawabnya singkat.

Nico tertawa kecil, ia menepuk pelan bahu sang anak dan berbisik padanya. "Dengar Ezra, di Indonesia ini sudah menjadi rahasia umum jika pria menikahi wanita lebih dari satu!" 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status