"Maaf tuan. Tadi saya buru buru."
Ucap seorang pemuda yang baru saja turun dari motor. Terlihat dari wajahnya dia merasa bersalah. Lalu mengulurkan tangannya untuk membantu Felix berdiri.Sebenarnya bukan sepenuhnya salah pemuda tersebut, karena Felix berjalan sambil melamun, jadi tidak memperhatikan jalan."Tidak apa. Lagipula saya baik-baik saja."Felix menerima uluran tangan pemuda itu."Terima kasih." Felix mencoba berdiri namun kakinya sedikit terasa nyeri. Sehingga membuatnya sedikit menekuk kakinya."Sepertinya anda terluka tuan. Kalau boleh tahu anda mau kemana? Biar saya antar. Sekalian saya obati dulu lukanya." Felix diam dia bingung mau kemana sekarang. Tidak mungkin dia pulang kerumah orang tua Naya. Felix sudah bertekad tidak akan kembali lagi ke rumah itu sebelum mendapat pekerjaan baru.Felix mempertimbangkan tawaran pemuda itu. Kemudian Felix mengatakan tujuannya."Sebenarnya saya sedang mencari kontrakan. Tapi belum dapat."Pemuda tersebut mengangguk tanda mengerti. " Bagaimana kalau malam ini Anda tinggal di tempat saya sementara sekalian saya obati lukanya. Oh. Ya. Perkenalkan nama saya Ang." Pemuda yang memperkenalkan diri bernama Ang itu, kemudian mengulurkan tangan.Dengan senang hati Felix menerima uluran tangan Ang. "Felix."Felix juga memperkenalkan dirinya.Kemudian Ang mengajak Felix naik ke atas motornya. Setelah itu motor melaju ke kediaman Ang._____Berhari hari sudah Felix mencari pekerjaan namun nasib baik belum berpihak padanya. Padahal sudah banyak perusahaan yang dia datangi dan semua melonak.Kadang Felix berpikir. Apakah semua ini ada campur mertuanya?Namun Felix menepis pikiran buruk itu, bagaimana pun juga Tuan Edoardo adalah Ayah mertuanya.Di rumah besar Edoardo.Setelah kepergian Felix. Tidak ada lagi teriakan dan makian yang terdengar dari mulut Edoardo. Hari hari berjalan normal seperti sedia kala. Edoardo dan juga istrinya nampak menikmati momen ini. Momen dimana mereka tidak melihat laki laki benalu yang menumpang hidup! Laki laki sampah yang tidak berguna! Laki laki yang hanya membuatnya malu.Ah. Sungguh tidak ada yang bisa di bangga sebagai menantu.Cih!Bisa bisanya Naya putri semata wayang yang dulu dia banggakan malam memilih laki laki sampah tidak berguna itu.Berbeda dengan Naya. Dia merindukan Felix suami yang sangat dia cintai.Beberapa hari ini mereka hanya berkabar lewat telepon. Sungguh! Naya merindukan sosok itu. Sosok laki laki yang begitu sabar menghadapi sikap Naya yang terkadang seperti anak kecil yang manja.Apakah salah jika dia mencintai Felix yang hanya berasal dari keluarga biasa?Apakah orang kaya harus menikah dengan orang kaya pula?Kenapa dunia begitu tidak adil!Cinta datang tidak mengenal kepada siapa hati mereka akan berlabuh. Begitu juga dengan Naya, hatinya sudah terpatri pada sosok Felix.Hari ini mungkin hari keberuntungan untuk Felix. Lamaran nya diterima di sebuah perusahan textile yang cukup terkenal di kota X.Tidak apa menjadi karyawan pabrik. Yang penting Felix bekerja tidak di bawah tekanan Ayah mertuanya lagi. Tidak akan ada yang memarahinya walau Felix tidak melakukan kesalahan. Kemudian Felix juga sudah mendapatkan tempat tinggal untuk di tempati bersama Naya nantinya.Malam ini Felix kembali ke kediaman Edoardo untuk menjemput Naya Felix akan mengajaknya tinggal di rumah yang baru saja Felix sewa.Prok…prok…prok…"Masih berani kamu menampakan batang hidung mu disini!" Baru saja Felix melangkah masuk sudah mendapat sambutan seperti itu dari Edoardo. Suara Edoardo terdengar menggelegar seisi ruangan."Saya hanya ingin bertemu Naya Tuan."Felix menundukan kepala tidak berani menatap Edoardo yang sedang menatapnya dengan tajam.Cih!Edoardo meludah. " Ku kira kau sudah mati! Dan itu lebih baik!" Felix mendongakan kepala hendak menjawab ucapan ayah mertuanya itu. Namun Edoardo sudah berjalan menjauh.Felix mendesah pelan. Meredam semua rasa sakit yang dirasakan nya. Kemudian melanjutkan langkahnya menuju kamar."Felix kamu pulang.?"Naya langsung berlari menghambur memeluk tubuh laki laki yang di rindukannya beberapa hari ini."Tidak. Ini hanya arwahnya."Goda Felix. Tanganya membalas pelukan Naya. Pelukan yang dia rindukan beberapa hari ini.Setelah puas berpelukan melepas rindu. Felix melepaskan pelukannya mengajak Naya duduk di sofa."Naya. Aku ada kabar bahagia!"Felix sangat antusias ketika mengatakan itu pada Naya. "Kabar bahagia? apa itu Felix?"Naya begitu penasaran apalagi melihat Felix begitu antusias.Felix memegang tangan Naya."Aku di terima kerja Naya. Dan kamu tahu? Aku juga sudah dapat rumah untuk kita tempati. Kamu mau kan ikut denganku?"Saat Felix mengatakan itu. Terlihat jelas ada kekhawatiran dari nada bicaranya.Felix takut Naya akan menolak untuk tinggal bersamanya. Meninggalkan kerajaan yang selama ini di tinggalinya."Sungguh? Aku senang sekali mendengarnya. Tentu, tentu Felix kamu adalah suamiku. Jadi kemana pun kamu akan membawaku aku pasti akan ikut denganmu."Naya berkata dengan tegas tidak terdengar keraguan sama sekali."Sungguh?"Felix hanya ingin memastikan jika dirinya tidak salah dengar."Heem."Felix menarik Naya kedalam pelukannya." Terima kasih sayang. Terima kasih."Sungguh Felix sangat bahagia memiliki Naya yang dengan tulus menerima keadaannya. Felix bersumpah akan selalu mencintai dan membahagiakan Naya apapun yang terjadi. Felix tidak akan menyia nyiakan perempuan seperti Naya. Berkali kali Felix mencium pucuk kepala Naya dengan penuh cinta.Malam yang panjang menjadi saksi kedua anak manusia yang saling melepas rindu.Malam sudah berganti pagi. Matahari mulai beranjak dari tempatnya. Sedangkan sepasang anak manusia masih betah berada di balik selimut.Cahaya matahari mulai masuk menerobos celah jendela membuat Felix merasa terganggu. Matanya perlahan terbuka. Bibirnya tersenyum begitu melihat Naya yang masih tertidur pulas. Felix mencium kening Naya sebelum turun dari tempat tidur.Sekitar sepuluh menit Felix sudah keluar dari kamar mandi, di lihatnya Naya sedang duduk bersandar pada tempat tidur."Sudah bangun?" tanya Felix sambil berjalan ke arah lemari pakaian. "Heem. Baru saja."Felix mengangguk mengerti. "Mau mandi sekarang. Biar aku siapkan air hangat.""Tidak. Aku bisa sendiri."Naya turun dari tempat tidur lalu berjalan ke kamar mandi dengan membungkus tubuhnya dengan selimut.Selesai berpakaian Felix mengemas semua barang yang Felix dan Naya butuhkan.Felix tidak membawa semua barang Sebab kontrakannya kecil. Jika dibandingkan dengan kamar Naya. Sepertinya masih lebih luas kamar Naya.Seperti rencana tadi malam. Waktu sarapan tiba. Felix ikut duduk di meja makan. Felix mengabaikan tatapan sinis Nyonya Edoardo."Kau membuat selera makanku hilang!" Bentak Edoardo begitu melihat Felix duduk bergabung di meja makan."Kau!" Edoardo menunjuk wajah Felix."Tempatmu di dapur sana laki laki sampah! Tidak berguna! Membuat napsu makanku hilang!"Baru saja Felix hendak berdiri, Naya memegang tangannya."Sudah duduk disini saja. Lagipula kita harus berbicara pada Ayah bukan?"Benar apa yang Naya katakan. Felix mengangguk patuh dan kembali duduk mengabaikan tatapan sinis dari mertuanya.Suasana meja makan terasa panas. Kemudian Naya memutuskan untuk bicara sekarang pada Ayahnya.Tangannya terus menggenggam kuat tangan Felik, seolah sedang mentrasper kekuatan satu sama lain."Yah. Naya ingin bicara sebentar."Naya berbicara pelan dan hati hati, tidak ingin membuat Ayahnya marah.Anderson menatap Naya sebentar kemudian fokus kembali pada makanan di hadapanya.Begitu juga dengan Ibunya yang acuh, seperti tidak menganggap Naya dan Felix ada disana.Genggaman tangannya menguat, Naya menoleh pada Felix.Seolah mengerti Felix mengangguk pelan."Ayah. Ibu. Hari ini Naya akan ikut tinggal bersama Felix. Felix baru saja mendapat pekerjaan dan juga tempat tinggal untuk kami. Naya harap Ayah memberikan izin."Naya bicara dengan sangat hati hati.Anderson menghentikan makanya begitu juga dengan istrinya. Anderson menatap tajam Felix dam Naya bergantian."Baiklah. Silahk
Dengan langkah gontai Naya mengikuti penjaga, yang ternyata membawa Naya ke pos penjagaan.Penjaga yang baru Naya ketahui bernama Angga itu, masuk kedalam pos tidak lama sudah keluar lagi membawa kantong plastik."Silahkan. Nona bisa lihat ini untuk memastikan apakah orang yang Nona cari adalah orang yang sama dengan orang ini atau bukan."Angga mengulurkan tangan yang memegang plastik, dengan tangan gemetar Naya menerima plastik itu. Kemudian Naya membukanya, mengeluarkan satu persatu barang yang ada di dalam."Tidak! Ini tidak mungkin!"Tangis Naya pecah begitu melihat barang barang yang dikeluarkannya tadi.Baju itu! Naya masih sangat mengingat dengan jelas warna baju yang dikenakan Felix malam tadi.Baju kemeja berwarna navy, diperkuat dengan ponsel dan sepatu milik Felix yang Naya sangat kenali.Naya meraung sambil memeluk barang barang milik Felik."Felix! Kamu dimana?" "Pak. Apa yang terjadi dengan suami saya? Lalu dimana suami saya sekarang?"Naya bertanya pada Angga di sela
Nick masih ingat dengan jelas bahwa bayi mungil itu diberi tato elang sebagai tanda bahwa dia putra mahkota keluarga Glendale."A_apa pemuda ini tuan muda? Kenapa tato ini sangat mirip dengan tato milik tuan muda?"Nick masih melihat dengan teliti tato itu."Tu_tuan muda!"Nick membuka mulutnya lebar setengah tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang.Dengan sekuat tenaga Nick menggendong tubuh tak berdaya itu di punggungnya.Nick menuruni bukit dengan hati hati, setelah susah payah akhirnya Nick sampai di mobil. Dengan napas yang masih ngos ngosan Nick membuka pintu belakang mobil nya, memasukan pemuda itu dan membaringkannya dengan pelan disana.Tanpa memikirkan kondisinya Nick, langsung masuk kedalam mobil kemudian melanjutkan perjalanannya.Beberapa bagian tubuhnya terluka.Entahlah mungkin tergores ranting atau apa Nick tidak begitu peduli. Rasa sakit di tubuhnya tidak sepadan dengan gemuruh hatinya setelah melihat tato elang di tubuh pemuda yang sekarang terkapar tidak
Perlahan Felix membuka mata." Dimana ini? "Felix memperhatikan sekelilingnya, ruangan yang didominasi warna putih serta banyak alat medis yang menempel pada tubuhnya membuat Felix yakin jika saat ini sedang berada di rumah sakit. 'Siapakah yang membawanya kemari? Apakah Edoardo yang menemukannya?Felix sempat khawatir saat berpikir demikian.Entah berapa lama Felix tidak sadarkan diri sehingga membuatnya sangat merasa haus, tenggorokan nya sampai terasa sangat kering. Felix melirik meja kecil di samping tempat tidur. Ada air mineral disana. "Ahk!" Felix meringis memegangi perutnya yang terasa sakit saat bergerak. Felix mengurungkan niatnya untuk minum. Felix berharap semoga ada perawat agar Felix bisa meminta tolong. Hari berganti pagi saat seorang dokter datang bersama seorang perawat untuk memeriksanya. "Haus." Felix bersuara sangat pelan, namun perawat yang berada di sebelah Felix masih bisa mendengarnya. "Dok, pasien sudah siuman."Perawat itu memberitahu dokter, kemudian
Glendale menyambut kedatangan Felix dengan hangat. Glendale memeluk Felix erat, dengan ragu Felix membalas pelukan Glendale. "Selamat datang kembali di rumahmu cucuku." Glendale menepuk nepuk pundak Felix. "Selamat datang tuan muda."Nick mengulurkan tangan pada Felix, Felix menyambut dengan bingung. "Te..terimakasih."Glendale mengajak Felix untuk duduk santai di ruang tamu."Maaf tuan, apakah saya boleh bertanya?"Felix yang sedari tadi diam, memberanikan diri untuk bertanya, Felix sungguh bingung dengan semua ini. Glendale mengangguk, "Silahkan.""Sebelumnya saya mau berterima kasih pada anda dan tuan Nick yang sudah sudi menolong saya, saya sangat berhutang budi pada anda tuan. Seharusnya anda tidak perlu repot-repot menyambut kedatangan saya, dan satu lagi, apa anda mengenal nenek saya tuan?"Glendale sudah bisa menebak jika Felix akan menanyakan hal ini. "Nick, ambilkan album foto yang ada di meja kerjaku."Nick mengangguk patuh, Lalu pergi menuju ruang kerja Glendale yan
Nick terlihat kebingungan, kemudian mengingat hal penting apa yang kiranya dia lupakan.Setelah mengingat ingat Nick sangat yakin Nick tidak melupakan satu hal penting yang telah di susunnya terlewat. "Em. Maaf tuan, sepertinya saya tidak melupakan apapun?"" Kau yakin? "Glendale sengaja memasang wajah serius dihadapan Nick. Nick mengangguk pasti. "Nick, apa kau sudah tahu siapa nama tuan mudamu ini? Kenapa kau tidak memberitahuku. "Mendengar itu Nick menepuk dahinya pelan, lalu tersenyum. " Haha.. Maafkan saya tuan, saya pun lupa bertanya pada tuan muda."Nick menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Bagaimana Nick bisa melupakan hal sepenting itu! Dasar bodoh! Nick mengumpat dirinya sendiri. Felix yang tadi tegang kini ikut tersenyum lega. Kemudian bersuara memperkenalkan diri. "Namaku Felix, Kek""Hahaha ternyata Nera tidak mengganti namamu." Glendale tertawa bahagia begitu juga dengan Nick. "Benarkah?"Felix seolah tidak percaya dengan apa yang dikatakan Glendale."Ya,
Nick mengangguk patuh," Baiklah tuan, kalau begitu saya permisi." Felix hanya menjawab dengan anggukan, matanya masih fokus ke luar jendela dimana dia bisa melihat hiruk pikuk kota saat malam hari. Hal itu mengingatkannya pada sosok Naya, yang begitu ia rindukan.Setelah mendapatkan izin, Nick keluar dari kamar Felix sang tuan muda.Nick bersiap untuk pergi menghadiri pesta yang diadakan Edoardo.Nick menjadi tamu undangan mewakili perusahan Glendale, sebagaimana yang mereka tahu jika pemilik perusahaan Glendale yaitu tuan besar Glendale jarang menghadiri acara seperti ini, dan asisten kepercayaannya lah yang akan diutus.Jam sudah menunjukan pukul delapan malam, para tamu undangan sudah berkumpul di aula hotel berbintang lima yang disewa oleh Edoardo.Edoardo beserta keluarganya juga sudah berada di sana.Terlihat Edoardo sedang berbincang bincang dengan rekan-rekan bisnisnya, begitu juga dengan nyonya Edoardo, ia bergabung bersama para istri dari rekan bisnis suaminya yang juga tem
Hari ini jagat maya dihebohkan berita tentang presdir baru kerajaan bisnis perusahaan Glendale.Semua orang yang berkecimpung di dunia bisnis membicarakan hal ini, apalagi tidak ada data lengkap, tidak ada foto satupun tentang presdir Glendale yang baru."Siapa kira-kira presdir baru Glendale, aku kira tuan Nick yang akan menggantikan posisi tuan Glendale, karena selama ini tidak pernah mendengar ada pewaris dari keluarga Glendale, bahkan.." Edoardo menjeda ucapannya seperti sedang mengingat sesuatu."Bukankah dulu, anak, menantu serta cucu tuan Glendale meninggal dalam tragedi kecelakaan?"Edoardo bertanya pada istrinya. Nyonya Edoardo mengangguk, membenarkan ucapan suaminya."Heem, aku juga pernah membaca berita itu dulu yah." jawabnya dengan yakin.Sarapan pagi yang diselingi dengan ngobrol seperti ini biasa keluarga Edoardo lakukan, akan tetapi semenjak kehadiran menantu miskin nya itu, kebiasaan ini tidak ada lagi."Makanlah!"Edoardo memberikan piring bekas makan nya pada Feli