Share

Bab 5

Esok harinya Galaksi sadar. Langit yang kemarin menggelora sekarang telah berubah cerah. Bocah itu merangkak naik dari dasar jurang yang ternyata tidak terlalu dalam. Hanya sekitar lima meteran saja.

Meskipun rasa sakit di tubuhnya sudah menghilang tapi Galaksi masih merasa letih. Bocah keluar dari hutan dengan sesegera mungkin. Ia ingin membersihkan diri dan istirahat.

"Ah, yang mana rumah Galaksi?" Bocah itu terlihat kebingungan. Ia hanya berjalan berputar-putar di sekitar desa.

Sampai ketika seorang lelaki tua menegurnya.

"Lho, Galaksi mau kemana?" Tanya orang tua itu heran melihat penampilan Galaksi yang penuh lumpur kering.

"Anu... Mau pulang."

Kening orang tua itu berkerut.

"Kan rumah Galaksi sudah kelewat."

Galaksi tidak tahu harus merespon bagaimana. Jujur ia malu karena lagi-lagi ia pasti disangka aneh seperti Aurora kemarin.

"Kalau boleh tahu rumah Galaksi yang mana ya Kek?"

"Tuh." Kakek itu menunjukkan rumah terpencil jauh paling ujung. Rumahnya paling kecil dan tampak reyot.

"Oh, terimakasih Kek." Galaksi langsung putar badan berlari pulang.

"Huufff... Kasiannya jadi Galaksi di hajar Sam setiap hari. Saking pusingnya mungkin sampai-sampai rumah sendiri pun tak ingat."

Galaksi tiba di beranda. Rumah itu lebih buruk saat dilihat dari dekat. Debu melekat dimana. Semuanya tampak kotor dan kusan.

"Sepi," batin Galaksi.

Ia mendorong daun pintu rumah itu.

GGUUBBRRRAAAAAKKKK!!!

"ASTAGA!!!" Hampir saja jantung Galaksi melompat.

Daun pintu yang sudah lepas dari engselnya itu hanya disenderkan saja rupanya. Harusnya Galaksi menggeser dengan sedikit mengangkat daun pintu itu untuk bisa masuk, bukannya di dorong. Yang terjadi saat pintu itu didorong maka akan seperti sekarang ini. Pintunya ambruk menimpa lantai papan di bawahnya. Siapa coba yang tak kaget.

"Duh, kehidupanmu ini seperti apa sebenarnya Galaksi. Pintu saja sampai copot begini dari kusennya." Galaksi membenahi daun pintu yang rungkad itu. Menyenderkan ke kusennya seperti semula.

Berpindahnya Arsen ke tubuh Galaksi ini tidak hanya berdampak pada berubahnya tampilan tubuh saja. Tapi merubah segala-galanya. Termasuk status sosial dan ekonomi yang begitu jomplang.

Arsen yang dari lahir hidup bergelimang harta, kemanapun ia melangkah bau uang menguar dari tubuhnya sekarang harus hidup sebagai bocah miskin di desa ini.

"Hmmm... Siapa itu?"

Galaksi berhenti melangkah. Ia melihat seorang laki-laki umur empat puluhan tidur di atas kursi panjang dengan posisi terlentang. Sebelah kakinya menjuntai ke bawah. Sementara tangannya masih memeluk botol minum keras.

Perawakan tubuh laki-laki itu mirip seperti babi. Gembot, kumisnya tebal dan penampilannya awut-awutan. Nafasnya bau alkohol yang begitu tajam. Bahkan dari jarak Galaksi berdiri bau itu tetap menusuk hidung Galaksi.

"Jadi inikah orang yang disebut sebagai Uncle Sam? Melihat penampilannya ia memang seperti orang yang jahat. Galaksi, jika benar sebelumnya orang ini yang telah membunuhmu maka aku akan membalaskan dendammu. Kau tenang saja di alam sana. Tugas memberikan karma pada laki-laki ini aku ambil alih dari tangan Tuhan."

Galaksi mendekati Uncle Sam. Ia berdiri di atas kepala Uncle Sam yang masih terbaring dalam kondisi teler. Kedua tangan Galaksi bertelekak di pinggang.

"Hoe, bangun!"

Uncle Sam mengeliat. Ia mengucek kedua matanya kemudian melihat siapa yang sedang berdiri. Samar Uncle Sam melihat bayangan Galaksi.

"Bocah tak berguna. Beraninya lo mengusik tidur gue! Lo bawa uang nggak, hah?!"

"Oh, jadi begini rupanya perlakuan orang ini pada Galaksi. Sungguh, kita adalah jiwa yang malang Galaksi."

"Kalau ingin uang bekerja. Kau parasit tak tahu malu!"

Uncle Sam tercekat. Ia buru-buru bangun. Laki-laki itu baru ingat jika Galaksi sudah ia bunuh dan jasadnya sudah ia lemparkan ke sungai sejak kemarin. Mustahil tiba-tiba bocah itu kembali lagi ke rumah ini.

"Si-siapa lo?!" Suara Uncle Sam bercicit ketakutan seperti melihat sesosok hantu seram. Badannya yang bongsor mulai beringsut mundur menjauhi Galaksi.

"Aku adalah bocah yang telah kau bunuh. Aku datang untuk balas dendam..." Galaksi menakut-nakuti Uncle Sam layaknya hantu. Kedua tangannya bahka terulur seolah ingin mencekik leher pendek Uncle Sam.

"Tidak! Galaksi sudah mati! Gue sudah membuangnya ke sungai. Tidak mungkin bisa hidup lagi. Lo pasti setan. Ya, lo pasti setan. Pergi! Pergi sana lo setan!!!"

Galaksi terus mendekat.

"Hhaaaaa... Kemari kau lelaki tua bangsat. Aku akan mencincang tubuhmu lalu mengumpankannya pada burung-burung pemakan bangkai. Pembunuh sepertimu layak mendapatkan kematian yang menyakitkan."

PPPYYAAARRRR!!!

Uncle Sam yang ketakutan menyenggol botol minuman kerasnya hingga pecah. Laki-laki itu terus beringsut mundur, semakin ketakutan. Pikirannya yang kacau karena mabuk membuatnya semakin percaya bahwa yang ada di hadapannya sekarang ini benar-benar sesosok hantu Galaksi.

"Tidak! Jangan bunuh gue. Ampun! Ampuni gue Galaksi. Gue nggak pengen mati!!!" Laki-laki itu menghiba dengan wajah yang sangat melas. Tapi Galaksi tidak perduli, ia mendekatkan kedua tangannya ke leher Uncle Sam. Galaksi harus membuat perhitungan. Mulai detik ini ia tidak akan pernah ditindas oleh siapapun.

"To-Tolong!!!"

Uncel Sam yang ketakutan berlari sempoyongan-sempoyongan.

BBBRRRAAKKKK!!!

Ia menabrak pintu depan hingga roboh. Laki-laki itu membawa badannya lari keluar. Ia benar-benar ketakutan oleh teror Galaksi.

"TOLOOONGGGH ADA HANTU!" Uncle Sam pontang-panting berlari mencari pertolongan. Ia mencegat beberapa laki-laki yang melintas di jalan depan rumahnya.

Uncle Sam sampai ngesot di tanah. Kedua tangannya membuat gerakan memohon. Wajahnya panik dan ketakutan. Bahkan celananya tampak basah. Laki-laki itu pasti sudah terkencing di celana.

"Tolong, tolongin gue. Ada hantu di rumah gue. Galaksi jadi hantu. Dia udah mati tapi tiba-tiba dateng ke rumah gue lagi." Uncle Sam menunjuk-nunjuk ke arah rumahnya. Sementara dua orang laki-laki itu tampak kebingungan.

Galaksi muncul di tengah pintu. Ia menyenderkan tubuhnya pada kusen.

"Li-lihat! Itu hantunya. Kalian lihat sendiri kan? Tolong! Tolongin gue dari hantu itu! Gue nggak pengen mati. Tolong!"

Galaksi menyilangkan jarinya ke dahi. Menggeseknya beberapa kali. Memberi isyarat pada dua orang itu bahwa Uncle Sam sedang gila. Tak perlu menanggapi serius omongan orang gila. Terlebih orang gila yang sedang mabuk.

"Ah, lo Sam. Makin tua bukannya tobat makin jadi kelakuan lo. Nggak usah drama lo. Orang satu desa juga tahu kelakuan lo bagaimana. Siang bolong mabuk!"

"Tahu, inget umur Sam. Mati nggak nunggu lo jadi tua."

Dua orang itu langsung berlalu meninggalkan Uncle Sam.

"Jangan pergi! Tolong gue! Hei, tunggu gue nggak mau mati. Tolong jangan tinggalin gue. Gue takut!"

"Buang-buang waktu doang ngeladenin lo."

Uncle Sam bangkit. Ia mengejar dua orang laki-laki itu. Menarik bajunya. Namun, dua orang laki-laki yang sudah muak melihat kelakuan Uncle Sam langsung mendorong tubuh Uncle Sam. Laki-laki bongsor itu jatuh berdembam di atas tanah becek.

Galaksi menyeringai puas melihat hasil kelakuannya.

"Ini sih baru permulaan Uncle Sam. Berikutnya aku mungkin akan membalaskan penganiayaan Galaksi satu persatu hingga kau sangat menderita. Kupastikan kau memetik semua buah yang kau tanam."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status