Esok harinya Galaksi sadar. Langit yang kemarin menggelora sekarang telah berubah cerah. Bocah itu merangkak naik dari dasar jurang yang ternyata tidak terlalu dalam. Hanya sekitar lima meteran saja.
Meskipun rasa sakit di tubuhnya sudah menghilang tapi Galaksi masih merasa letih. Bocah keluar dari hutan dengan sesegera mungkin. Ia ingin membersihkan diri dan istirahat."Ah, yang mana rumah Galaksi?" Bocah itu terlihat kebingungan. Ia hanya berjalan berputar-putar di sekitar desa.Sampai ketika seorang lelaki tua menegurnya."Lho, Galaksi mau kemana?" Tanya orang tua itu heran melihat penampilan Galaksi yang penuh lumpur kering."Anu... Mau pulang."Kening orang tua itu berkerut."Kan rumah Galaksi sudah kelewat."Galaksi tidak tahu harus merespon bagaimana. Jujur ia malu karena lagi-lagi ia pasti disangka aneh seperti Aurora kemarin."Kalau boleh tahu rumah Galaksi yang mana ya Kek?""Tuh." Kakek itu menunjukkan rumah terpencil jauh paling ujung. Rumahnya paling kecil dan tampak reyot."Oh, terimakasih Kek." Galaksi langsung putar badan berlari pulang."Huufff... Kasiannya jadi Galaksi di hajar Sam setiap hari. Saking pusingnya mungkin sampai-sampai rumah sendiri pun tak ingat."Galaksi tiba di beranda. Rumah itu lebih buruk saat dilihat dari dekat. Debu melekat dimana. Semuanya tampak kotor dan kusan."Sepi," batin Galaksi.Ia mendorong daun pintu rumah itu.GGUUBBRRRAAAAAKKKK!!!"ASTAGA!!!" Hampir saja jantung Galaksi melompat.Daun pintu yang sudah lepas dari engselnya itu hanya disenderkan saja rupanya. Harusnya Galaksi menggeser dengan sedikit mengangkat daun pintu itu untuk bisa masuk, bukannya di dorong. Yang terjadi saat pintu itu didorong maka akan seperti sekarang ini. Pintunya ambruk menimpa lantai papan di bawahnya. Siapa coba yang tak kaget."Duh, kehidupanmu ini seperti apa sebenarnya Galaksi. Pintu saja sampai copot begini dari kusennya." Galaksi membenahi daun pintu yang rungkad itu. Menyenderkan ke kusennya seperti semula.Berpindahnya Arsen ke tubuh Galaksi ini tidak hanya berdampak pada berubahnya tampilan tubuh saja. Tapi merubah segala-galanya. Termasuk status sosial dan ekonomi yang begitu jomplang.Arsen yang dari lahir hidup bergelimang harta, kemanapun ia melangkah bau uang menguar dari tubuhnya sekarang harus hidup sebagai bocah miskin di desa ini."Hmmm... Siapa itu?"Galaksi berhenti melangkah. Ia melihat seorang laki-laki umur empat puluhan tidur di atas kursi panjang dengan posisi terlentang. Sebelah kakinya menjuntai ke bawah. Sementara tangannya masih memeluk botol minum keras.Perawakan tubuh laki-laki itu mirip seperti babi. Gembot, kumisnya tebal dan penampilannya awut-awutan. Nafasnya bau alkohol yang begitu tajam. Bahkan dari jarak Galaksi berdiri bau itu tetap menusuk hidung Galaksi."Jadi inikah orang yang disebut sebagai Uncle Sam? Melihat penampilannya ia memang seperti orang yang jahat. Galaksi, jika benar sebelumnya orang ini yang telah membunuhmu maka aku akan membalaskan dendammu. Kau tenang saja di alam sana. Tugas memberikan karma pada laki-laki ini aku ambil alih dari tangan Tuhan."Galaksi mendekati Uncle Sam. Ia berdiri di atas kepala Uncle Sam yang masih terbaring dalam kondisi teler. Kedua tangan Galaksi bertelekak di pinggang."Hoe, bangun!"Uncle Sam mengeliat. Ia mengucek kedua matanya kemudian melihat siapa yang sedang berdiri. Samar Uncle Sam melihat bayangan Galaksi."Bocah tak berguna. Beraninya lo mengusik tidur gue! Lo bawa uang nggak, hah?!""Oh, jadi begini rupanya perlakuan orang ini pada Galaksi. Sungguh, kita adalah jiwa yang malang Galaksi.""Kalau ingin uang bekerja. Kau parasit tak tahu malu!"Uncle Sam tercekat. Ia buru-buru bangun. Laki-laki itu baru ingat jika Galaksi sudah ia bunuh dan jasadnya sudah ia lemparkan ke sungai sejak kemarin. Mustahil tiba-tiba bocah itu kembali lagi ke rumah ini."Si-siapa lo?!" Suara Uncle Sam bercicit ketakutan seperti melihat sesosok hantu seram. Badannya yang bongsor mulai beringsut mundur menjauhi Galaksi."Aku adalah bocah yang telah kau bunuh. Aku datang untuk balas dendam..." Galaksi menakut-nakuti Uncle Sam layaknya hantu. Kedua tangannya bahka terulur seolah ingin mencekik leher pendek Uncle Sam."Tidak! Galaksi sudah mati! Gue sudah membuangnya ke sungai. Tidak mungkin bisa hidup lagi. Lo pasti setan. Ya, lo pasti setan. Pergi! Pergi sana lo setan!!!"Galaksi terus mendekat."Hhaaaaa... Kemari kau lelaki tua bangsat. Aku akan mencincang tubuhmu lalu mengumpankannya pada burung-burung pemakan bangkai. Pembunuh sepertimu layak mendapatkan kematian yang menyakitkan."PPPYYAAARRRR!!!Uncle Sam yang ketakutan menyenggol botol minuman kerasnya hingga pecah. Laki-laki itu terus beringsut mundur, semakin ketakutan. Pikirannya yang kacau karena mabuk membuatnya semakin percaya bahwa yang ada di hadapannya sekarang ini benar-benar sesosok hantu Galaksi."Tidak! Jangan bunuh gue. Ampun! Ampuni gue Galaksi. Gue nggak pengen mati!!!" Laki-laki itu menghiba dengan wajah yang sangat melas. Tapi Galaksi tidak perduli, ia mendekatkan kedua tangannya ke leher Uncle Sam. Galaksi harus membuat perhitungan. Mulai detik ini ia tidak akan pernah ditindas oleh siapapun."To-Tolong!!!"Uncel Sam yang ketakutan berlari sempoyongan-sempoyongan.BBBRRRAAKKKK!!!Ia menabrak pintu depan hingga roboh. Laki-laki itu membawa badannya lari keluar. Ia benar-benar ketakutan oleh teror Galaksi."TOLOOONGGGH ADA HANTU!" Uncle Sam pontang-panting berlari mencari pertolongan. Ia mencegat beberapa laki-laki yang melintas di jalan depan rumahnya.Uncle Sam sampai ngesot di tanah. Kedua tangannya membuat gerakan memohon. Wajahnya panik dan ketakutan. Bahkan celananya tampak basah. Laki-laki itu pasti sudah terkencing di celana."Tolong, tolongin gue. Ada hantu di rumah gue. Galaksi jadi hantu. Dia udah mati tapi tiba-tiba dateng ke rumah gue lagi." Uncle Sam menunjuk-nunjuk ke arah rumahnya. Sementara dua orang laki-laki itu tampak kebingungan.Galaksi muncul di tengah pintu. Ia menyenderkan tubuhnya pada kusen."Li-lihat! Itu hantunya. Kalian lihat sendiri kan? Tolong! Tolongin gue dari hantu itu! Gue nggak pengen mati. Tolong!"Galaksi menyilangkan jarinya ke dahi. Menggeseknya beberapa kali. Memberi isyarat pada dua orang itu bahwa Uncle Sam sedang gila. Tak perlu menanggapi serius omongan orang gila. Terlebih orang gila yang sedang mabuk."Ah, lo Sam. Makin tua bukannya tobat makin jadi kelakuan lo. Nggak usah drama lo. Orang satu desa juga tahu kelakuan lo bagaimana. Siang bolong mabuk!""Tahu, inget umur Sam. Mati nggak nunggu lo jadi tua."Dua orang itu langsung berlalu meninggalkan Uncle Sam."Jangan pergi! Tolong gue! Hei, tunggu gue nggak mau mati. Tolong jangan tinggalin gue. Gue takut!""Buang-buang waktu doang ngeladenin lo."Uncle Sam bangkit. Ia mengejar dua orang laki-laki itu. Menarik bajunya. Namun, dua orang laki-laki yang sudah muak melihat kelakuan Uncle Sam langsung mendorong tubuh Uncle Sam. Laki-laki bongsor itu jatuh berdembam di atas tanah becek.Galaksi menyeringai puas melihat hasil kelakuannya."Ini sih baru permulaan Uncle Sam. Berikutnya aku mungkin akan membalaskan penganiayaan Galaksi satu persatu hingga kau sangat menderita. Kupastikan kau memetik semua buah yang kau tanam."Di kediaman keluarga Dadeswara terdapat dua jasad yang di jajarkan dalam dua peti megah yang berbeda. Satu jasad Mr. Daneswara dengan luka tusuk yang merobek organ hatinya. Dan satunya lagi adalah jasad King Arsen, putra semata wayang keluarga Daneswara yang mati dengan kondisi lebih mengenaskan.Jasad King Arsen dipenuhi luka-luka disekujur tubuhnya. Tapi bagian luka fatal yang menghilangkan nyawanya adalah luka tembak yang tembus dari punggung hingga ke dadanya.Selain itu jasad King Arsen ditemukan dalam kondisi kulit yang berkerut dan pucat karena terlalu lama berada di air. Jasadnya baru evakuasi dua hari setelah pengejaran anggota mafia Mata Iblis."Mrs. Daneswara, kami tutut berduka cita sedalam-dalamnya atas musibah yang menimpa keluarga Daweswara." Rekan-rekan bisnis keluarga Daweswara bergantian mengucapkan bela sungkawa pada mamanya Arsen.Wanita itu matanya telah semerah buah saga. Ratusan air matanya pasti sudah menetes sejak kematian suaminya dan kini ditambah kematian pu
Kalian tidak bosan-bosannya berurusan dengan ruangan BK?! Sepagi ini bertengkar?! Ibu benar-benar tidak habis pikir." Bu Sukma melipat kedua tangannya di depan dada. Mata elangnya memandang tajam kepada empat murid bermasalah di depannya yang duduk tepekur dengan wajah menunduk dalam. Wajahnya senantiasa galak. Seolah ingin menelan hidup-hidup bocah-bocah yang selalu bermasalah."Ezar, Rio, Seto, sok jagoan bener kalian tiap hari mem-bully Galaksi!"Tiga bocah yang kena sembur itu memasang wajah seolah menyesal. Tapi, jangankan menyesal. Tidak ada kata menyesal dalam kamus tiga geng kampret itu. Yang ada mereka justru merencanakan dendam yang lebih kepada Galaksi."Bu, jangan hanya nyalahin kami dong. Orang Galaksi juga salah. Lihat tuh tangan Ezar sampai luka begitu." Rio memulai dramanya, memojokkan Galaksi sebagai pelaku. Padahal mereka lah tadi yang memulai perkara. Sungguh sikap yang sangat memuakkan.Ezar dan Seto mengangguk kompak, mereka mendukung drama yang diuat Rio. Bahkan u
Bu Sukma menggeleng. Ia menurunkan kedua tangannya yang terlipat di depan dada."Bukan Galaksi. Aku bukan anggota mafia brengsek seperti Mata Iblis itu.""Hn, kau pikir aku akan percaya begitu saja?" Tanya Galaksi dengan ekspresi merendahkan kemampuan ekting Bu Sukma yang dinilainya buruk.Bu Sukma baru akan membuka mulut untuk menjelaskan identitas aslinya pada Galaksi ketika ia mendengar suara jerit gaduh di luar. Suara bentakan kasar dan benda-benda yang jatuh ke lantai juga tak kalah keras.Penasaran dengan hal yang terjadi di luar guru berambut keriting itu buru-buru mendekati horden, menyibakkan sedikit untuk mendapatkan celah agar bisa mengintip keluar.Di luar keadaan tampak kacau. Loker-loker yang berjejer rapi di depan kelas sudah di acak-acak. Isinya dikeluarkan secara paksa. Bahkan loker itu sendiri ada yang sudah terjungkal di lantai.Bu Sukma berbalik dengan cepat. Wajahnya berubah panik. Ia menyambar jaket kulit hitam yang tersampir di lengan kursi miliknya, melemparkan
Gawat!"Seru Galaksi panik ketika melihat di depannya muncul tiga orang anggota Mata Iblis. Kemudian di belakangnya mengejar tak kurang dari tujuh orang. Dua orang lainnya muncul dari pintu kanan dan satu lainnya muncul dari lorong sebelah kiri. Galaksi terkepung di tengah."Mau kabur kemana lo?" Para anggota mafia Mata Iblis itu merangsek maju mereka mengambil pistol dan pisau yang terselip di pinggangnya. Siap menyerang Galaksi.Galaksi berhenti. Ia memejamkan matanya."Walaupun aku bisa bela diri tapi menghadapi semua musuh bersenjata ini rasanya peluang kalahku lebih besar daripada peluang menangku. Ditambah lagi aku belum bisa mengaktifkan infinity weapon system. Bagaimana ini?" Grep!Seseorang meraih leher Galaski. Mencekiknya. Galaksi yang kaget langsung meronta."Aakhhhhh!!!" Leher Galaksi tercekik. Ia tak bisa berteriak. Kondisi ini membuat ia tak berdaya untuk melawan. Gawat! Riwayat Galaksi akan segera tamat.Disaat keadaan semakin memburuk tiba-tiba semua orang bisa meliha
Galaksi melangkahkan kakinya pulang ke kediaman Uncle Sam dengan keadaan letih. Ia memang melarikan diri dari sekolah setelah membunuh anggota Mata Iblis. Susah payah bersembunyi agar tidak tertangkap.Sesampainya di dalam rumah ia melihat seseorang tengah bertamu. Galaksi berhenti di depan pintu."Nah, itu dia anaknya. Bocah nggak berguna yang hidupnya cuma nyusahin gue!" Tunjuk Uncle Sam dengan wajah bengisnya. Ia masih marah lantaran ditipu Galaksi yang pura-pura mati dan malah menakut-nakutinya hingga ia terkencing di celana.Sampai kapan pun jika teringat kejadian itu Uncle Sam ingin rasanya menggorok leher Galaksi.Orang yang berperawakan tinggi dan berwajah tanpa ekspresi itu menatap Galaksi dengan intens, seolah sedang menyelidiki sesuatu dari Galaksi. Beruntung saat ini tubuh Galaksi terlihat normal. Warna matanya juga kembali normal. Tidak ada tanda-tanda aneh seperti saat ia di sekolah tadi."Kelihatannya biasa saja" Orang itu tampak meragukan Galaksi."Ck, apa lo masih bisa
Bu Sukma meloncat ke atas motor sport berwarna hitam metalik yang terparkir di depan rumah Uncle Sam. Tangannya cepat mengenakan helm full face."Naik cepat!" Perintah Bu Sukma.Galaksi ragu."Yang benar saja naik motor? Bu Sukma bisa mengendarainya untuk melarikan diri?""Cepat! Jangan bengong. Resna bisa pulih dan mengejar lagi!"Galaksi tersadar. Bisa mengendarai motor atau tidak terserah. Pokoknya yang penting melarikan diri dulu. Galaksi tak bisa berlama-lama disini.Galaksi naik.Bbrrummm... Brrruummmm... Bbrrruummmm!!!Bu Sukma menggeber motor sport-nya. Tak berapa lama kemudian ia menekam koplingnya. Mengoper gigi ke depan sekali, dilanjutkan ke belakang beberapa kali. Ketika kopling perlahan dilepaskan dan gas mulai ditarik, kendaraan itu langsung melesat dengan kecepatan tinggi meninggalkan kediaman Paman Ron."Woe Galaksi bocah kurang ajar! Balik nggak lo!!!"BBBBRRRUUUMMMMM!!!Motor sudah jauh saat Uncle Sam mengejar dengan badan bongsornya."Melarikan diri ya?" Resna menye
Motor Bu Rukma terus berjalan pelan melewati jalanan sepi menuju pinggiran kota. Rumah Bu Rukma memang terletak jauh dari pusat kota. Itu sih sangat jauh sekali dari wilayah pedesaan Galaksi tinggal. Kurang lebih hampir dua puluh lima kilometer jaraknya. Galaksi tidak menyangka bahwa guru berambut ikal itu menempuh perjalanan begitu jauh setiap harinya pulang-pergi untuk mengajar.Ckit!Motor sepenuhnya berhenti. Galaksi turun lebih dahulu daripada Bu Sukma."Padahal aku belum mempercayaimu. Sialnya aku justru mengikutimu sejauh ini," oceh Galaksi sembari mengitarkan pandangan kesekitaran rumah Bu Sukma.View di sekitar rumah Bu Sukma memang cukup menawan. Rumahnya dibangun di atas dataran tinggi. Di bawahnya terdapat lembah hijau yang langsung menyatu dengan danau. Sisi kirinya terdapat hamparan barisan bukit-bukit tinggi. Udara di sini sangat sejuk dan jauh dari hiruk pikuk manusia.Bu Rukma melepaskan helm dari kepalanya."Ck, kau ternyata anaknya tidak mudah percaya ya Gala."Galak
"Banyak omong!"DDOORRR!!!TTTTRRAAAANNNGGGG!!!Peluru yang Galaksi tembakkan ditangkis oleh Belinda. Peluru berbelok arah menyerempet kepala Aurota. Itu hampir saja membuat kepalanya meledak. ."Woe kalian bener-bener kek bocah ya..."BBBRRRAAAKKK!!!Galaksi menendang meja di depannya. Meja melayang cepat ke arah Belinda.CCCRRAAASSSSHHHHH!!!GGGGRUUMMPPYYAAANNNGGG!!!Meja yang terkena tebasan Renata terbelah menjadi dua bagian. Puingnya teronggok menyedihkan di lantai.Bbuuugghhhh!!! Bbbuugghhh!!!Galaksi dan Belinda terlibat baku hantam serius. Mereka saling melepaskan pukulan keras, saling menghindar dan berkelit lincah, dan saling tangkis serangan. Bisa dikatakan jika kekuatan mereka berimbang. Sesekali senjata mereka juga beradu kuat, menimbulkan suara benturan logam yang keras."Hyyattt!!!"Duuaakkkk!!!Belinda berhasil menendang dada Galaksi, membuat bocah itu terpelanting tinggi.BBBRAAAKKK!!!Tubuh Galaksi menghantam lantai papan hingga ambrol melesak ke bawah."SIAALLLL!!!"