Olivia membalik badannya dan ia melihat Shasha yang sedang berdiri. Rupanya Olivia terlalu asik memainkan ponselnya sampai lupa dengan Shasha dan meninggalkannya di belakang. Olivia langsung menghampiri sahabatnya itu dan menggandeng tangannya. “Dengan begini, kamu tidak akan tertinggal,” ucap Olivia sembari berjalan menuju mobilnya bersama Shasha. Mereka hendak kembali ke apartementnya. Mereka sampai di sebuah tempat parkiran yang ada di universitas itu. Kemudian mereka masuk, dan Shasha masih tetap duduk di kursi kemudi.“Kamu bisa telepon dia sekarang,” Shasha mengawali obrolan sambil menyetir mobilnya.Olivia yang tengah bengong di kursi penumpang itu seketika terkejut.“Sha! Kamu mengagetkanku! Aku tidak mau terburu-buru, mau kirim pesan saja,” jawab Olivia sembari melirik ponselnya.Namun belum sempat ia mengirim pesan ke George, tiba-tiba ia mendapat telepon masuk dari seseorang di Whatsapp nya. Betapa terkejutnya Olivia saat melihat nama kontak pemanggil itu. Rupany, Geor
Setelah mengurung diri di dalam kamar, akhirnya suasana hati Olivia sudah cukup tenang. Terlihat hari sudah mulai gelap, ia pun kemudian membuka pintu kamarnya dan berniat mencari George di ruang tamu. Saat hendak berjalan ke ruang tamu, Olivia mendapati George tengah tertidur di atas sofa besar di sana.“Jangan tidur di sini, pintu kamar sudah aku buka,” ujar Olivia lemas.George yang mendengar suara kekasihnya itu langsung bangkit dari sofa.“Bagaimana aku bisa tidur sehabis melihatmu menangis?” jawab George lirih sambil memandang wajah Olivia.“Aku minta maaf ya , sayang, aku akan berusaha untuk menerima keadaan ini dan mencoba untuk menjadi seorang ayah yang baik,” sambung George pelan.Olivia seakan tersentuh mendengar ucapan dari kekasihnya itu. Ia kemudian ikut duduk di sofa dan memeluk George dengan erat. “Aku memaafkanmu, tapi mohon jangan kecewakan aku lagi,” ucap Olivia di pelukan George. George begitu tenang dan lega ketika permintaan maafnya diterima oleh kekasihnya itu
“Bayi kita pasti lucu pakai baju ini,” George menunjukkan baju bayi berwarna biru muda.Olivia begitu senang saat membongkar peralatan bayi yang dibawa George.“Dia juga pasti sangat bahagia punya ayah sepertimu,” sahut Olivia lembut.Mereka pun kemudian merapikan dan perlengkapan bayi itu di kamar khusus yang akan dijadikan sebagai kamar bayi untuk anaknya nanti.**** Waktu berlalu dan jarum jam menunjukkan hampir tengah malam. George masih berada di studio pribadi miliknya, sedangkan Olivia terdiam di kamarnya. Ia memikirkan sesuatu tentang masa depannya dengan George, ia masih heran kenapa sampai detik ini George tidak juga memberikannya cincin pernikahan untuknya padahal Olivia sendiri sudah mengandung bayi darinya. Namun, semua itu ia tepis karena berpikir George akan serius padanya suatu saat nanti, mungkin butuh waktu untuk George memikirkan rencana pernikahannya dengan Olivia.'Tok! Tok! Tok!' Terdengar suara ketukan pintu kamar dari luar. Rupanya George masuk ke dalam k
“George! George!” teriak Olivia dari dalam kamar mandinya. Teriakan itu seketika mengagetkan George yang tengah tertidur pulas di tempat tidurnya, ia kemudian bergegas bangun dan menemui istrinya di dalam kamar mandi. Saat masuk ke kamar mandi, betapa terkejutnya ia saat melihat darah yang bercucuran di kaki Olivia. Tanpa basa-basi George langsung merangkul tubuh Olivia yang sedang pendarahan itu untuk dibawa ke rumah sakit. Dengan tergesa-gesa George menyetir mobilnya dan sesekali ia memastikan kondisi Olivia saat itu, ia juga mengambil ponselnya dan mengabari Shasha akan kondisi Olivia.**** Shasha yang masih tertidur pulas setelah bercinta semalam, tiba-tiba terkejut saat mendapat panggilan telepon dari George. Ia pun langsung mengangkat telepon itu dan betapa kagetnya dia saat mendengar ucapan George yang sudah tersengal-sengal. Shasha tanpa pikir panjang langsung turun dan pergi ke rumah sakit mengendarai mobilnya. Situasi saat itu benar-benar mengkhawatirkan bagi mereka bertiga,
“Shasha! Kamu tahu betapa besar harapanku dengan bayiku ini,” Olivia dengan penuh tangisan menjawab perkataan Shasha.George yang melihat kondisi Olivia yang seperti itu, berusaha untuk menenangkannya.“Sayang, kita harus kuat ya,” sambung George sembari terus memeluk kekasihnya itu.Olivia tidak bisa berkata-kata, ia hanya menagis kencang di dalam ruangan itu sambil memeluk George.**** Waktu pun berlalu, Olivia sudah kembali berada di rumahnya dan kembali melalukan aktivitasnya seperti semula. Ia kembali pergi ke universitasnya untuk melanjutkan gelar S2 nya, walaupun ia masih sering merasa sedih setelah kepergian bayi yang ia kandung itu. Namun, setelah kepergian bayinya, masalah kembali menimpa Olivia. Ia merasa jika George mulai berubah dan jarang berada di rumahnya. Dan hingga suatu hari, Olivia mendapatkan rasa sakit hati yang luar biasa dirasakannya. Ketika ia kembali ke rumahnya setelah jam kuliah, betapa terkejutnya Olivia saat mendapati George sedang bermain cinta di
Olivia menangis dengan rasa sakit hati yang ia rasakan setelah perlakuan George padanya. Ia begitu tidak menyangka akan perlakuan dan sikap George yang berubah drastis seperti itu. Di tengah rasa sakit hatinya itu, tiba-tiba mobil Shasha sudah tiba untuk menjemputnya. Shasha kemudian memberhentikan mobilnya, lalu turun dan memeluk sahabatnya yang tengah dalam perasaan sedih tidak karuan, kemudian mereka segera masuk ke dalam mobil sekaligus dengan barang-barang yang sudah dibawa Olivia. Shasha mengemudikan mobilnya. “Aku sudah memberitahumu dari dulu untuk jangan mudah percaya dengan pria di club malam,” ujar Shasha sambil menyetir mobilnya.“Aku tidak pernah menyangka hal ini akan terjadi,” jawab Olivia yang masih menangis terisak-isak.**** Singkat cerita, mereka pun akhirnya tiba di apartmentnya yang dulu mereka tempati bersama. Sambil menangis Olivia masuk ke apartmentnya dengan Shasha, ia senang bisa kembali berada di apartmentnya itu namun tetap saja sedih saat mengingat k
Olivia menerima tawaran Cooper untuk mengajaknya makan siang bersama di sebuah restaurant Asia. Restaurant Asia itu berada tidak jauh dari tempat Olivia, saat ia minum kopi berasama Shasha. Olivia mengajak Cooper untuk berjalan kaki sampai di restaurant itu. Selama berjalan kaki, Olivia dan Cooper hanya diam dan sesekali melirik satu sama lain karena merasa sedikit canggung. **** Akhirnya mereka tiba di restaurant Asia yang dituju itu. Suasana di restaurant saat itu tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa meja yang terisi pelanggan. Olivia dan Cooper duduk di meja makan yang letaknya dekat dengan jendela. Dari jendela itu, terlihat jelas pemandangan taman yang indah, mendukung suasana mereka saat itu. Mereka kemudian memesan makanan. “Kamu sering makan di sini?” Cooper mencoba mengawali obrolannya dengan Olivia, walaupun sedikit canggung. “Tidak juga, aku hanya ke sini beberapa kali bersama Shasha,” jawab Olivia. “Apa kamu sudah memberitahu pacarmu, jika kita makan siang bersam
Di satu sisi, George yang sudah kehilangan Olivia merasa menyesal dan terpukul. Ia terus memikirkan dan tidak bisa melupakan mantan kekasihnya itu. Begitu banyak cara dilakukannya agar bisa lupa dengan kenangannya, mulai dari pergi ke club setiap malam, berkencan dengan banyak wanita, hingga meniduri wanita lain juga. Namun, semua itu tidak ada artinya. Olivia masih saja berada di ingatan George hingga kini. **** George mencoba menghubungi Olivia dengan ponselnya. Namun, tidak ada jawaban sedikit pun dari Olivia. Lalu, ia akhirnya menghubungi Shasha dengan mengirimkan pesan. George memberitahu Shasha jika dirinya tengah menrindukan Olivia dan tidak bisa melupakannya. Shasha yang membaca pesan dari George itu merasa ada yang aneh. Pasalnya, George sudah mengkhianati, bahkan mengusir paksa sahabatnya itu. Namun, mengapa ia kembali merindukan Olivia? Apa yang diinginkannya? Begitulah pikiran Shasha setelah membaca pesan dari George.**** Olivia pun sampai di apartmentnya, setela