Share

Bab 60 : Jajan

Author: Az Zidan
last update Last Updated: 2024-01-21 22:46:37

Rasa lelah yang menggulung raga membuat Ghazi terlelap pekat malam ini. Ia tidak menyadari bahwa Divya tidak lagi berada di sampingnya. Gadis itu melamun pada kursi kepompong di ujung luar ruangan. Matanya tampak tidak berhenti meneteskan air mata. Terlalu banyak penyesalan yang dirasa olehnya.

Terlalu banyak waktu yang terbuang selama dua puluh tahun. Seharunya dia bisa lebih bijak menyikapi semua masalahnya, bukannya malah mencari pelampiasan dengan menghabiskan hari di luar rumah, malam kelayapan ke kelab tidak ada manfaatnya. Selama ini banyak orang yang telah berjuang dan berkorban untuknya— sejauh ini.

Hingga pagi tiba, suara azan pertama guna mengawali hari Divya dengar, gadis itu masih terjaga. Saat itu juga, Ghazi terbangun. Ia tidak mendapati sang istri di sisinya. Begitu bangkit, melihat Divya berdiri di pinggir pembatas kaca menikmati terpaan udara pagi yang belum terkontaminasi oleh udara buruk perkotaan.

“Pagi, Bee,” sapa Ghazi sembari memeluk pinggang Divya dan menyanda
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    bab 61 : Cukup!

    Ghazi mengambil tanah liat dari berapa gumpal yang sudah dia letakkan di meja panjang. Kemudian duduk pada kursi bulat. Terdapat meja putar berbentuk bulat pula, di hadapannya. Ia memberikan sedikit air untuk membasahi tanah yang ia ambil sebelumnya.“Duduklah!” perintah Ghazi pada istrinya yang sedari tadi hanya terpaku menatap dirinya. Divya tidak bisa membendung keterkejutan yang ia lihat saat ini.“Kamu bisa membuat kerajinan? Maksudku bagaimana bisa?” Divya mendaratkan pantat pada sofa kecil yang ada di ruangan luas itu. Ada puluhan barang yang sudah tercetak di sana, ada bejana, fas, pot, dan celengan. Divya menatap kagum sekitarnya. Rasanya tidak puas ia mengamati tiap detail guratan yang ada di sana. Namun, kakinya lelah setelah mengayuh sepeda tadi.“Kenapa tidak, Bee? Dulu— aku punya banyak waktu. Jika tidak ada job, keseharianku hanya di rumah.”“Dari mana kamu belajar semua ini. Gini— kamu seorang pembalap bagaimana bisa kamu berkamuflase sebagai pengrajin tanah liat? Apa

    Last Updated : 2024-01-22
  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 62 : Keinginan Kuat

    Ghazi mengangguk dengan pertanyaan Divya. Biasanya gadis itu tidak pernah meminta izin ketika hendak menanyakan sesuatu. Suasana hati, Ghazi sudah sedikit membaik setelah cukup lama ia mengontrol dirinya. Tidak lekas menjawab apa yang dilontarkan sang istri. Beruntung, Divya tidak menuntut cepat.“Katakan.” Ghazi berusaha untuk mengulas senyum selebar mungkin.“Sekarang kamu sudah memiliki kesempatan untuk meraih mimpi, Ghazi. Kamu sudah punya segalanya. Apakah keinginan untuk balapan masih ada? Balapan motor atau mobil yang lebih kamu inginkan?”“Kukira betul-betul satu pertanyaan, Bee,” kelakar Ghazi. Hal itu disambut kekehan kecil Divya.“Aku suka semuanya. Namun, perlombaan pertama yang aku menangkan adalah mobil.”“Ya— aku tahu mobilnya. Itu mobil yang keren. Apa masih ada?” Berkat pengambilan foto itu, Divya jadi tahu dan bisa membayangkan sekeren apa Ghazi saat duduk di balik kemudi. Dia pernah melihat Ghazi mengebut. Pertama kali saat Ghazi baru masuk dalam kehidupannya.“Buka

    Last Updated : 2024-01-23
  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 63 : Bimbang

    “Papa tahu pasti kamu menanyakan hal itu. Maafkan, Papa, Divya. Kamu tidak bisa memiliki kenangan itu. Papa minta maaf, sungguh,” sesal Hendery. Kematian Gia sungguh tidak bisa ditunda. Bahkan semua kematian tidak pernah memiliki waktu yang tepat bagi para makhluk. Datang tiba-tiba dan tanpa persiapan.“Tapi, papa punya banyak foto saat mama mengandungmu, Divya.” Hendery kembali bangkit mendekati bufet. Kali ini album foto itu tidak jauh lebih tebal dari yang dipegang oleh Divya. Hendery memberikan album bersampul emas itu pada Divya.Begitu dibuka sampulnya, Divya melihat kedua orang tuanya berpose dengan romantisnya. Menunjukkan hasil tespeck yang dipegang berdua dan saling mempertemukan bibir mereka. Kemudian senyum mengembang di wajah Gia.Tangis Divya semakin pecah, ketika terus membalik foto demi foto, Gia kian kurus dan memburuk kesehatannya seiring dengan usia kehamilan yang membesar. Wajahnya berubah pucat. Kehilangan binar diseraut muka yang cantik itu. Ini memilukan, Divya

    Last Updated : 2024-01-23
  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 64 : Multitalenta

    Sepertinya selain lapar, ada satu hal lagi yang membuat Divya tidak bisa tertidur. Pikirannya, sejak obrolannya dengan sang suami beberapa jam lalu hingga saat ini pukul empat dini hari, Divya belum kunjung memejamkan matanya. Ghazi juga tidak kembali ke kamar. Divya gusar, ia bangkit untuk mencari keberadaan sang suami.Saat tiba di ruang berlatih, mata indah Divya tidak menemukan keberadaan Ghazi di sana. Berpindah ke ruang kerjanya, pun sama. Kemudian terakhir ruangan tempat Ghazi membuat kerajinan tanah liat. Gadis itu juga tidak menemukan pria besar itu di sana. Divya kembali menuruni tangga, tiba di ruang tengah sampai dapur pun tidak kunjung melihat batang hidung pria yang menurutnya menyebalkan itu.“Bu, sudah bangun?” sapa Divya yang ketika berbalik mendapati asisten rumah tangganya hendak memulai aktivitas di rumah itu.“Iya, Non. Ada yang bisa saya bantu? Nona butuh apa?” tanyanya. Khawatir dirinya bangun terlambat kali ini.“Tidak. Ibu liat Ghazi tidak?”“Tuan” ulang wanit

    Last Updated : 2024-01-23
  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    bab 65 : Wisuda

    Hari kelulusan Divya tiba. Senyumnya merekah setelah menyampaikan sepatah dua patah kata untuk teman, sahabat, para dosen pembimbing dan sang suami. Gadis itu turun dan menemui Ghazi. Terulur satu buket bunga untuk wanita yang telah berhasil berjuang dengan keras selama empat tahun itu. Bahkan, Ghazi tidak pernah tahu bagaimana perjuangan Divya dulunya. Ia mengapresiasi ketangguhan Divya kala, gadis itu mulai rewel semenjak menikah dengannya.Divya melangkah cepat dan memeluk tubuh kokoh sang suami. Menghirup dalam aroma feromon yang bercampur dengan parfum berkelas milik suaminya. Meski harus sedikit berjinjit, tetapi Divya nyaman dengan apa yang dia lakukan.“Congratulation, Bee.”“Yeah! Nggak sabar buat honeymoon,” celetuknya. Tidak hilang senyum di wajahnya. Kemudian melepaskan pelukannya.Ghazi mengulum senyuman, ternyata Divya benar-benar menagih dan tidak lupa akan pembahasan yang sudah lebih dari satu minggu tersebut.“Sudah menemukan lokasinya?”“Serius terserah aku?” Mata D

    Last Updated : 2024-01-25
  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 66 : Hadiah Terbaik

    Sampai di bengkel, Divya menyelonong ke halaman belakang tempat Ghazi biasa menyelesaikan segala kegiatan di depan layar laptop. Sementara suaminya menatap kepergiannya dengan tetap berbincang dengan partner kerja.“Kamu bisa kasih aku saran hampers menarik untuk wisuda?” tambah Ghazi sebelum benar-benar melangkah pergi menyusul sang istri.Dua pria itu tampak mengernyit. Ini adalah kali pertama, mereka diminta pendapat tentang masalah pribadi bosnya.“Hampers bagaimana, Pak?”“Hadiah dodol! Buat istri babak ‘kan? Dia baru lulus ‘kan?” Sergah seorang pria yang dulu menjadi pengemudi pengantar mobil ke rumah Divya.“Iya itu. Jawab saja tidak perlu banyak tanya yang lain. Menyesal sekali aku bertanya pada kalian. Jomlo ‘kan?” dengus Ghazi kemudian berlalu pergi tidak lagi menunggu jawaban.“Lha? Kok—” ucapan pria itu menggantung karena tidak perlu ada lanjutannya.“Itu gara-gara kamu, makanya jangan banyak mulut jadi pria, tuh. Cowo tapi banyak omong,” celetuk rekannya.“Ya tahu, sih. T

    Last Updated : 2024-01-26
  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 67 : Ingin Anak Perempuan

    Berbalut dengan pakaian yang tampak sopan, Divya siap menghabiskan malam bersama dengan keluarga Dadang. Ghazi pun juga tampak berpakaian santai, tidak seformal biasanya. Keduanya menuruni tangga.“Sudah siap, Bu?” sapa Divya saat melihat istri Dadang berbalut pakaian terbaik yang dia miliki.“Sudah, Non. Mohon maaf, anak pertama dan kedua saya serta cucu saya boleh ikut?”“Tentu saja, Bu. Saya sudah bilang tadi ‘kan? Ibu boleh ajak sanak sodara ibu. Siapa pun itu,” timpal Divya dibarengi dengan sunggingan senyum yang merekah indah.“Terima kasih, Nona, Tuan,” ujar Dadang.“Tidak masalah, Pak. Saya sudah pesan taksi online. Apakah mereka mampir ke mari?” Keduanya lantas menggeleng. Mereka ingat pesan Ghazi tidak mengizinkan siapapun mengetahui alamatnya kecuali tanpa persetujuan darinya.“Kalau begitu kita ketemu di restoran saja. Ibu tulis alamatnya nanti kirim ke anak ibu, ya?” Wanita itu mengangguk. Kemudian Divya dan Ghazi keluar. Mengendarai mobil merah yang dulu sempat membuat D

    Last Updated : 2024-01-26
  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 68 : Pilihan Destinasi

    Bab 69Hari ini Ivy menemui Hendery. Dia akan dibimbing langsung oleh pria paruh baya itu. Kemudian dikenalkan pada seluruh staf agar mereka saling bekerja sama dengan baik tanpa ada perbedaan usia ataupun jabatan. Kendati begitu, Hendery yakin bahwa pilihan Divya tepat. Pria itu tidak akan lagi meragukan pilihan anaknya."Kamu baik-baik saja, Iv? Ada yang mengganjal pikiranmu?" tanya Hendery. Melihat raut muka Ivy yang tampak tegang. "Tidak, Tuan. Hanya efek nervous, karena baru pertama kali bekerja, Tuan," jawab Ivy dengan sopan. Iya menundukkan setengah badan sebagai tanda hormat pada atasannya.Meski dipoles dengan lipbalm, mata sayu Ivy tidak mampu menutupi seraut wajah yang pucat. Hendery masih berusaha untuk berpikir positif bahwa gadis itu tengah datang bulan. Biasanya wanita akan terlihat sangat pucat jika mengalami siklus setiap bulan itu.Asisten pribadi Hendery pun dengan telaten dan sopan memberitahu tugas-tugas Ivy. Memastikan bahwa seluruh laporan sesuai sebelum dibubu

    Last Updated : 2024-01-27

Latest chapter

  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 95 : Awal Baru

    Sepasang sorot mata yang dulunya bersinar indah dan teduh terus menyorot televisi dengan layar besar di hadapannya. Tanpa dia sadari dari pelupuk kelopak mata tetesan air mata luruh membasahi pipi.Ini bukan tangis kesedihan, ini tangis haru yang dia rasakan setelah bertahun-tahun melewati hidup dalam kesedihan yang nyata. Air mata yang tidak berkesudahan."Mom, sudah dong. Masa tiap liat aku malah nangis. Lama-lama tuh tivi kujual juga," sungut Zie. Sekarang, wanita itu tumbuh menjadi gadis ayu dengan rambut hitam yang panjang. Sama seperti Divya yang selalu menyukai rambut panjang. Berkat kelebihan yang dia miliki saat ini, bukan hanya sang ibu yang mampu memandang dengan tatapan kagum pada Liorazie Fahar Aurora. Namun, seluruh pencinta film yang dia bintangi bisa menikmati wajah yang tidak membosankan itu."Kamu tahu ini tangis bahagia, Nak. Mama bangga sama kamu, mama tidak bisa berkata-kata setiap melihatmu di balik layar.""Semua yang terjadi, semua yang Zie miliki berkat Momm

  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 94 : Sky Ahlam Gatra Fahar

    Bocah perempuan kecil dengan rambut sebahu itu meraung sangat keras, hingga hidungnya memerah. Sama halnya seperti sang kakak, ia bisa tenang setelah didekap oleh ayahnya.“Kakak siapa? Besok kita beli yang baru okey,” bujuk Ghazi seraya berjalan keluar dari kamar, membiarkan istrinya mengatur emosi serta membetulkan pakaiannya.Setelah tiba di ruang tamu, ternyata bukan hanya Ghea yang menangis, si Zie pun tidak kalah kesalnya terhadap sang kakak yang selalu usil di setiap kesempatan.“Sky, bisa jelaskan?” Ghazi menatap anak keduanya. Jelas dialah pelaku utamanya. Tidak ada yang berani mengusik si kembar jika bukan bocah itu. “Aku hanya meminjam. Aku bersumpah hanya pinjam, Yah. Dia saja yang cengeng, kalian berdua sama-sama cengeng,” efeknya pada Ghea dan Zie. Bukannya merasa bersalah bocah enam tahun itu justru menjulurkan lidahnya. Hal itu kian membuat si kembar menangis dan membuat gaduh seantero rumah. “Sky! Please, minta maaf lalu kembali ke kamarmu!” hardik Divya yang

  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 93 : Cengeng dan Centil

    Suara tangisan seorang gadis kecil terdengar sangat kencang sejak kaki kecilnya melewati pintu utama rumah. Ia meraung dan berderai air mata guna mencari keberadaan sang ayah. Tangisannya tidak akan berhenti sebelum satu ritual bersama laki-laki pertama dalam hidupnya itu merengkuh tubuh kecilnya. "Hei, ada apa, Sayang?" tanya Ghazi lembut. Ia berjongkok dan mengulurkan tangannya pada balita itu. Usianya baru empat tahun, ia telah menikmati taman bermainnya sekarang. "Huh— kumat lagi, dah," keluh Divya di belakang tubuh si gadis kecil itu. "Diam, mommy! Kamu membuat aku semakin sesak," sergahnya. "Hem— ada apa ini?" Kembali tangisannya memekikkan telinga. Divya mengerutkan keningnya untuk menghalau dengung di telinganya. "Daddy, you can dance with me?" "Oh— ss— sure, Baby." Ghazi membopong tubuh anaknya. Ya— anak keduanya yang kerap dipanggil baby, itu. Gadis kecil manja yang selalu berhasil merebut hati Ghazi dari keduanya kakaknya. Pria dewasa itu melangkah ke kiri dan ka

  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 92 : Berakhir Bahagia

    Setelah pemakaman Hendery usai, Ghazi dan Divya harus kembali ke rumah sakit. Di tengah acara pemakaman, gadis itu kembali pingsan. Beban berat yang dia tanggung mengguncang pikirannya. Hubungan Divya dengan sang ayah memanglah tidak baik di awal. Namun, ditinggal untuk selamanya tetaplah hal yang sangat menyesakkan. "Aku minta maaf, Ghaz. Aku tahu ini salahku," sesal Ivy. Dia benar-benar merasa bersalah atas segalanya. Jika tidak sibuk mengurus anaknya, Divya akan memiliki banyak waktu untuk Hendery. Bahkan di detik-detik terakhirnya, Divya bisa berada di sisi sang ayah. Akan tetapi, setelah memilih kesibukan bersama dengan kedua anak Ivy, hal itu membuatnya jauh dan mengharuskan diri menjauh dari rumah sakit. Divya tidak ingin kedua anak asuhnya terpapar penyakit dari orang-orang di sana. "Bukan salahmu. Perlu kamu tahu, selama ini ternyata Divya hamil. Sudah menginjak usia empat bulan, Iv. Bisa kamu bayangkan bagaimana lelah dan lemasnya dia?" "Apa?! Kamu serius?" Seraut wajah

  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 91 : Dua Kabar

    Ditengah kondisi, Divya yang masih sangat rapuh, gadis itu duduk di bangku mobil dengan gusar. Tidak sabar ingin bertemu dengan sang ayah. “Lebih cepat, Big. Aku takut Papa kenapa-kenapa,” cemasnya. “Ini udah cepat, Bee.” Tangan Divya terus meremas jarinya sendiri. Pandangannya kesana kemari. Wanita itu benar-benar khawatir atas mimpi yang baru saja dia dapatkan. Ia juga lupa tentang Wynne dan juga Rayyan. Begitu tiba di rumah sakit, Divya berlarian di koridor untuk menuju ke ruangan sang ayah. Jantungnya kian berdegup dengan cepat. Bahkan ia tak acuh dengan kondisinya sendiri. Banyak yang dikorbankan oleh wanita itu, sangat banyak, secara fisik, Divya sudah sangat jauh berbeda dari dulu. Ia kehilangan kebiasaannya berdandan, kehilangan kebahagiaan yang dia upayakan setiap harinya. Waktunya terus ia habiskan dengan Wynne dan Rayyan. Dia benar-benar membunuh waktu agar melupakan kesialan nasibnya. “Pelan-pelan, Bee,” pinta Ghazi yang membuntuti langkah istrinya. Meskipun, D

  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 90 : Banyak Hal

    Rengekan gadis kecil dalam gendongan Divya membuat kepalanya kian pening. Tubuhnya juga dipenuhi dengan keringat dingin dan juga dalam kondisi lemas, membuatnya seolah hampir tumbang. Namun, bocah kecil itu masih juga tidak mau terlelap. Biasanya, ketika berada dalam dekapan Divya, ia akan cepat tertidur. Hari ini sangat berbeda, dia rewel dan tidak mau berhenti diayun dalam gendongan Divya. Alhasil Divya harus menahan rasa meriang yang sudah menyerangnya sejak pagi tadi."Tenanglah, girl. Jangan rewel, please," lirih Divya. Berharap anak asuhnya mampu memahami kondisinya. Akan tetapi, bayi berusia satu tahun bisa apa? Dia akan terus menangis jika tidak menemukan kenyamanan yang diinginkan. Jarum sudah menunjukkan pukul tiga sore. Jam pulang Rayyan sudah tiba. Divya semakin kebingungan. Biasanya dia cekatan menjemput anak pertama Ivy itu. Kali ini, dia benar-benar butuh bantuan."Aku pu— Bee!" Belum usai Ghazi menyapa sang istri yang sudah dia nikahi selama dua belas tahun lalu itu

  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 89 : Pluto

    Bab 89Ghazi dan Divya segera berlari ke arah kamar, di mana Rayyan meraung-raung di sana. membuat pasangan tua, Dadang dan istrinya kewalahan. Sungguh bocah itu tidak bisa jauh dari Divya. Hanya wanita inilah yang mampu membuatnya tenang.“Sayang, anak Ibu. Kenapa nangis lagi? Ibu hanya keluar sebentar,” tutur Divya lembut. Dia merasa bersalah karena harus keluar pagi itu. Seharunya momen ini menjadi lebih indah jika saja ia tidak keluar, dia bisa menikmati pagi bersama bayi laki-laki itu.Akan tetapi, Divya juga tidak bisa membiarkan suaminya sendirian lagi. Dia sudah berjanji kalau tidak akan keras kepala atau bahkan membuat laki-lakinya kecewa. Sudah cukup keegoisan itu membuat hubungan mereka selalu dalam pertengkaran.“Dasar bocah tengil. Bisa tidak sehari kau beri istriku waktu hanya bersamaku?” Ghazi sungguh geram. Mereka sangat tampak khawatir tadi begitu melihat Dadang dan istrinya bersama-sama mendatangi mereka.Selama itulah, Rayyan menangis, selama kepergian Divya satu ja

  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 88 : Dia Mengejekku?

    Tengah malam, Rayyan menangis tidak henti, padahal suhu tubuhnya snagat normal, tetapi dia benar-benar rewel. Istri Dadang tidak lagi mampu membuatnya tenang. Sampai, Divyalah yang harus turun tangan.“Mau ke mana, Bee?” tanya Ghazi saat melihat sang istri turun dari ranjang.“Kayanya, Ray nangis, Big. Aku turun dulu, ya,” pamit Divya. Ia sudah meninggalkan bayi itu setelah makan malam tadi. Ivy pun juga sudah menyempatkan menelepon mereka. Gadis itu tempak sangat sibuk, sehingga tidak ada banyak waktu untuk menatap wajah bayinya.Sebetulnya dia enggan untuk tidur di atas. Inilah yang dia takutkan, Rayyan rewel dan menangis tidak bisa ditenangkan kecuali dengan Divya.“Sama aku, Bee.” Pria itu memutuskan untuk ikut turun tangan, takut jika sang istri kelelahan.Mereka turun dan begitu tiba di lantai bawah keduanya melihat Dadang dan istrinya kewalahan mengurus bayi yang terus menangis dengan sangat kencang itu. Divya ingat saat pertama kali mendengar tangisan bocah itu saat hari perta

  • Terjebak Gairah Sang Bodyguard    Bab 87 : Lembut

    [Aku harus keluar kota, Divya. Bisakah titip Rayyan sampai besok sore?]Sebuah pesan singkat diterima oleh Divya tepat pukul lima petang, sang ibu dari bayi itu tampak sangat sibuk.Divya justru tersenyum bahagia. Ia membalas dengan ujaran yang penuh keikhlasan. Mengatakan bahwa dirinya tidak keberatan akan hal itu. Rayyan adalah bagian dari kebahagiaan Divya saat ini.Di saat cobaan pernikahannya masalah kehamilan, Ivy justru hadir dengan bayi yang menjadi idaman gadis cantik itu.[Terima kasih, Div]Setelah itu, Divya memandikan Rayyan. Mereka tertawa dan sesekali bermain air dan bebek air dalam bak mandi."Rayyan, doakan Ibumu ini bisa memberimu teman, ya. Ibu juga pengen mengurus bayi setiap hari," lirih Divya.Namun, sambutan yang tidak disangka justru diberikan Rayyan. Dia merengek, mencelupkan tangannya ke air sangat kencang hingga menyemprot ke muka Divya."Oh, sepertinya kamu tidak setuju, ya? Cemburuan sekali kamu, hm." Divya menggosok pelan kulit Rayyan. Membaluri tubuh itu

DMCA.com Protection Status