Share

Di Ruangan Dosen (1)

Kannaya tak menjawab, dia berusaha untuk memikirkan cara yang mungkin bisa berguna. Pria ini harus dikasari supaya dia tahu kalau apa yang dia mau tidak semudah itu. Tetapi ketika dia sedang berpikir, Dean malah membuka jasnya masih sambil mencium bibir Kannaya. Dia melepaskan kancing kemejanya membuat Kannaya membulatkan matanya.

"Mas mau apa?" tanya Kannaya susah payah diantara ciumannya yang belum usai.

"Apalagi?" Dean terengah pelan dan menatap mata Kannaya dengan tatapan penuh nafsu. "Aku akan memberikan hukuman karena kamu tidak masuk ke kelasku, tidak menjawab pertanyaanku dan tidak menjawab penawaranku, kamu hanya diam saja. Maka dari itu aku akan menghukummu sekarang," ujarnya lalu menekan sandaran kursinya hingga menjadi lurus untuk telentang.

Setelahnya dia mendorong Kannaya, lalu menaiki tubuh gadis itu dan menatap wajahnya dengan serius sebelum memagut bibirnya lagi. Kannaya memberontak tak senang, mau sampai kapanpun dia tidak akan mau mengulang malam itu lagi.

"Apa yang mau Mas lakukan? Jangan lakukan-"

Ucapannya terhenti ketika Dean meremas dadanya dengan sensual. Kannaya menggigit bibirnya menahan desahan tapi Dean malah semakin bergerak menciumnya dengan dalam dan membuat Kannaya sesak napas.

"Mas, berhenti ..." lirihnya penuh permohonan.

Dean tak menjawab, dia kembali memagut bibir gadis itu di dua sisi, meraup kenikmatan dari mana saja dan membangkitkan gairahnya semakin besar dengan aroma tubuh Kannaya yang terasa begitu tenang dan nyaman.

"Mas ..."

Kannaya bersuara, berontak sekuat tenaga namun tenaganya tak ada bandingannya dibandingkan dengan Dean yang dengan santai tetap berada di atas tubuhnya dan terus mencumbui, meremas buah dadanya, mencium bibirnya dan mengasak tubuhnya hingga benar-benar terhimpit.

"Mas, lepaskan aku!"

Dean terengah pelan, bergerak menuju lehernya dan menciuminya dengan penuh nafsu. Dia menahan rontaan istrinya, dia takkan pernah berhenti karena dia sudah menebalkan tekad kalau dia akan berusaha untuk medapatkan gadis ini selamanya.

"Mas-"

"Nikmati saja, Sayang. Kamu istriku, tidak salah kalau kita melakukannya," ujar Dean dengan napas terengah-engah.

Kannaya memberontak tapi Dean menahannya semudah bulu. Gigitan dan kecapan yang dilakukan oleh Dean membuat Kannaya mendesah tertahan tapi dia dengan cepat menggelengkan kepalanya. Dia tidak bisa terperdaya disini!

"Berpikir Kannaya! Jangan sampai dia menguasaimu lagi. Pria ini tidak sepadan denganmu!"

Walaupun merasa tak mampu menahan dirinya akibat gairahnya yang mulai terpancing atas perilaku lembut pria ini yang masih mencumbunya, tapi Kannaya tidak akan membiarkan dirinya terus-menerus terjebak begini.

Dia ingin bercerai dua belas bulan lagi! Bukan malah begini!

Tanpa dia sadari dengan cepat pakaian atas di tubuhnya sudah terlepas dan hanya menyisakan bra yang dia pakai.

"Mas! Apa-apaan kamu! Kembalikan pakaianku!" Kannaya memberontak, bersiap untuk mengangkat tubuhnya tapi Dean malah tersenyum dan menatap tubuh sintal dan buah dada bulat milik istrinya yang ada di depan matanya itu.

Bagaimana bisa akan dia lepaskan? Tatapannya berubah menjadi lebih ganas dibanding ketika semalam dia mabuk saat melakukannya. Kanaya bahkan ketakutan melihat tatapan itu tapi dia berusaha untuk tenang dan bangkit tapi tubuhnya yang hanya kecil itu jadi bisa benar-benar menjauh dari pria yang bernama Dean Richard Agnajaya yang sedang di atas tubuhnya saat ini.

"Mas, lepaskan aku!"

Dean mencekal tangannya, lalu menatap wajah gadisnya itu dengan tatapan penuh perasaan. "Mau kemana? Aku mau kita bercinta dulu hari ini. Menolak permintaan suamimu adalah hal yang terlarang, Sayang," ujarnya membuat Kannaya membulatkan matanya.

"Aku tidak mau! Aku tidak bisa melakukannya! Semula kita bukan suami istri yang sungguhan, Mas! Sadarlah, apa yang bisa kamu dapatkan dari seorang gadis miskin sepertiku?!" Kannaya masih memberontak karena dia tidak akan pernah mau membiarkan Dean melakukannya hal yang lebih jauh.

Dean mendekati wajahnya, mencium bibirnya dengan lembut sementara tangannya yang sebelah lagi sudah mulai meremas buah dada istrinya itu hingga Kannaya meringis menahan gairahnya yang terpantik.

"Aku nyaman denganmu makanya aku memutuskan untuk tidak mengakhiri semua ini." Dean berkata dengan tatapan penuh perasaannya yang membuat Kannaya membeku. "Mungkin itu adalah awal dari aku yang akan mencintaimu, Kannaya. Aku nyaman denganmu dan aku tidak akan membiarkanmu pergi jauh dariku."

Kannaya masih diam dengan perasaan tak percaya mendengar ucapan itu. Bagaimana bisa Dean merasa nyaman dengannya padahal dia tidak melakukan apapun? Di apartemen jika mereka sedang berdua dia hanya bergerak seperti angin yang tidak begitu terlihat. Karena dia takut dan enggan untuk berhubungan dengan pria ini dalam hal yang lebih jauh selain merapikan apartemennya dan memasak makanan untuknya.

Lebih dari itu, dia bahkan enggan untuk menatap wajah Dean. Lalu bagaimana bisa pria ini merasa nyaman dengannya? Bagaimana bisa Dean merasa nyaman dan mengatakan tentang semua itu?

"Aku akan terus membiarkan perasaanku bertumbuh untukmu. Kamu adalah gadis single dan aku menikahimu, kita adalah suami istri dan aku tidak salah bila harus mengikat dan menjagamu dengan pernikahan dan cinta yang kumiliki. Sebagai seorang gadis yang kuinginkan, kamu hanya perlu menerimaku," ujarnya seraya kembali membenamkan bibirnya dan memagut Kannaya dengan nafsunya yang benar-benar memuncak.

Kannaya Sudah terlambat untuk menolak dan tak bisa lagi melakukan apapun. Tubuhnya melemas dengan segala pikiran yang dia lakukan. Seolah-olah buntu dia tidak memiliki jalan keluar dan tidak memiliki jawaban atas apa yang sudah dilakukan oleh pria ini padanya.

Melihat keterdiaman Kannaya, dengan menggunakan kesempatan untuk terus memasukinya lebih dalam dan mencumbuinya semakin besar. Kannaya baru sadar ketika tubuhnya benar-benar polos dan dia melihat Dean yang sudah meloloskan celananya sendiri hingga tubuh mereka benar-benar tidak memakai pakaian lagi selain Dean yang hanya memakai pakaian dalam.

"Tidak usah masuk ke kelasmu nanti," ujar Dean dengan napas memburu sambil kembali menindih tubuh Kannaya dan menatapnya yang sudah menggigit bibir bawahnya dengan seksi. "Kita bercinta di sini dan soal nilai dari pelajaran yang kamu tinggalkan, aku akan mengurusnya untukmu."

Setelah mengatakan semua itu Dean mulai memasukinya sambil memagut bibir Kannaya. Istrinya itu terdengar mendesah sambil memegang pinggiran dari kursi yang ada di sisi tubuhnya. Kannaya terdesak, miliknya kembali dipenuhi oleh sesuatu yang keras dan besar seperti yang dia rasakan tadi malam.

Belum lagi, ciuman yang dilakukan oleh Dean menimbulkan rasa geli dan nikmat yang tak bisa dia bantah. Dada Kannaya berdebar, dia sungguhan merasa tidak sanggup menahan semua ini. Sedangkan Dean, dia menarik napas beberapa kali dan menetralkan sesak napasnya sebelum menatap wajah istrinya memerah dengan gairah yang tertahan. Cantik sekali ...

Mereka sudah menyatu sepenuhnya sementara Dean meraih satu buah dada gadisnya itu dan meremasnya hingga Kannaya menggelinjang.

"Aahh, Mas ..."

Panggilan itu tentu saja membuat Dean merasa tertantang dan juga senang bukan main. Dia perlahan menunduk, mencium bibir Kannaya dan mulai menggerakkan pinggangnya hingga hentakan pelan yang memicu kenikmatan mulai menjalar di seluruh tubuh Kannaya yang menegang sempurna merasakan hujaman dalam dan keras itu di dalam miliknya yang rapat.

"Ahhh ..."

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Teh Yeyin
bacaan khusus untuk dewasa ,hhhmm ok bnget ya
goodnovel comment avatar
Welhelmina Poeloe
bagus utk dewasa
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status