Share

Bab2. Salah Paham

"Akting yang sangat bagus sayang," ucap Angga begitu Siska sudah keluar.

"Terima kasih sayang untuk pujiannya," ucap Riska lalu memukul dada Angga main-main.

"Tunggu, kenapa kamu tidak memakai lingerie tadi, dan malah memakai kemejaku?" tanya Angga penasaran.

"Menurutku ini lebih baik, aku nggak mau ya, pakai pakaian kurang bahan seperti itu," jawab Riska bersungut-sungut.

"Kenapa aku malah merasa kamu jadi jauh lebih seksi saat memakai kemejaku," batin Angga. Tidak mungkin Angga menyuarakan pikirannya, bisa-bisa dia akan kena pukul Riska lagi.

Sedang asyik-asyiknya mereka bercanda. Pintu apartemen Angga dibuka dari luar, sontak suara pintu yang terbuka, membuat mereka menoleh bersamaan.

"Kakek," ucap mereka bersamaan, begitu melihat jika ternyata Kakeknya lah yang datang.

"Angga, Kakek datang," teriak Kakek.

Angga buru-buru menyembunyikan Riska, agar tidak terlihat oleh Kakeknya. Suara Kakek menghentikan Angga yang sedang sibuk menyembunyikan Riska.

"Kalian," ucap Kakek bingung.

"Kakek, Angga bisa jelasin Kek," ucap Angga, tidak sengaja mendorong Riska ke samping.

Kakek menatap keadaan Angga dan Riska. Keadaan Riska yang berantakan dengan memakai kemeja Angga, lipstik yang belepotan di pipi, sedangkan Angga hanya memakai celana saja. Mau tidak mau Kakek berpikir yang macam-macam tentang apa yang sudah mereka lakukan. Siapapun yang melihat keadaan mereka sekarang, pasti akan berpikir hal yang sama.

Saat Angga ingin menjelaskan kepada Kakeknya, sahabatnya Fajar, juga datang di saat yang tidak tepat.

"Angga, ini pesanan kamu," teriak Fajar, menyusul Kakek.

"Lho, Riska sudah disini?" Fajar menatap Riska yang berdiam diri di samping Angga. Riska menundukkan kepalanya dan memakai kemeja Angga.

"Tunggu, kemeja Angga. Riska memakai kemeja Angga," batin Fajar.

"Ada apa ini Ga? Kenapa Riska bisa memakai kemeja mu?" Fajar meletakkan ayam goreng yang dibawanya di meja, lalu berjalan mendekati kedua sahabatnya.

Fajar meneliti sikap Riska yang hanya menunduk, apalagi dengan keadaan mereka yang membuat orang pasti salah paham.

"Angkat kepalamu Riska Anindita," sentak Fajar.

Riska yang mendengar nada bicara Fajar yang kasar, merasa takut. Seumur hidupnya Fajar selalu berkata lembut, tidak pernah menaikkan suaranya.

Riska tanpa sadar berlindung ke belakang Angga. Tangannya gemetar saat memegang tangan Angga.

"Apa-apaan ini Riska? Ganti baju kamu, cepat!" Fajar kembali berteriak.

"Jangan membuatnya takut Jar," kata Kakek sambil menepuk pundaknya.

"Riska, kamu ganti baju dulu, setelah itu, kita bicara!" Perintah Kakek.

"Baik Kek." Riska langsung berlari ke dalam kamar Angga.

Fajar yang melihat Riska masuk ke dalam kamar Angga, langsung melotot pada Angga.

Angga menjadi kikuk sendiri, di tatap Kakek dan sahabatnya, apalagi dia tidak memakai baju.

"Pakai bajumu!" Perintah Kakek.

"Iya, Kek." Angga berjalan menuju ke kamarnya. Sontak saja Fajar langsung berteriak marah padanya.

"Apalagi? Tadi disuruh pakai baju," kata Angga.

"Riska di dalam," kata Fajar singkat.

Angga melotot kaget. Sungguh dia lupa, jika Riska masih berada dalam kamarnya.

Perasaan jengkel kembali dirasakan Fajar. Sedari kecil mereka sepakat untuk melindungi Riska, sampai nanti Riska menemukan laki-laki yang bisa melindunginya. Tapi apa yang  dilihatnya sekarang benar-benar membuatnya marah.

Bukan berarti Fajar menyukai Riska, hanya saja, mereka tumbuh besar bersama. Fajar dan Angga selalu melindungi Riska, bahkan mereka dulu pernah menghajar teman sekelasnya, yang menjadikan Riska bahan taruhan mereka.

Di ruang tamu, Fajar masih menatap tajam Angga. Sedangkan Kakek hanya diam, larut dengan pikirannya sendiri.

Selesai Riska berganti baju, Riska takut untuk keluar kamar. Biar bagaimanapun di luar ada Kakek dan juga sahabatnya.

Riska malu setengah mati, saat tadi mereka melihat keadaannya yang sangat memalukan. Memakai kemeja Angga dan hanya bisa menutupi setengah pahanya. Rasanya, Riska benar-benar ingin bersembunyi di lubang semut.

Riska mondar-mandir di dalam kamar Angga, masih merasa takut untuk bertemu mereka.

"Riska, ayo keluar, ditunggu Kakek sama Fajar." Angga memanggil Riska yang dari tadi tidak keluar kamar.

Riska berlari kecil mendekati pintu kamar. "Apa Kakek dan Fajar marah?" tanya Riska hati-hati.

"Tidak. Ayo keluar dulu, baru kita jelaskan kepada mereka." Riska lalu membuka pintu kamar. "Angga aku takut, tadi saja Fajar sudah marah," ucap Riska pelan.

Angga menatap Riska, merasa bersalah, biar bagaimanapun ini terjadi karena permintaanya. "Tidak apa-apa, aku yang akan jelaskan pada mereka," kata Angga meyakinkan.

Angga menggenggam tangan Riska, niatnya ingin menenangkan Riska yang masih merasa takut, karena tadi di bentak Fajar.

Beda dengan pandangan Kakek dan Fajar, mereka mengira Angga benar-benar memiliki hubungan dengan Riska.

Kakek yang merasa bahagia, karena berfikir, akhirnya cucunya yang selama ini tidak tertarik pada perempuan, mempunyai orang yang dicintai. Apalagi itu wanita itu tumbuh besar bersamanya.

Beda dengan Fajar, dia merasa kesal dengan Angga. Jika memang dia bersama Riska, seharusnya Angga menjaganya. Melihat penampilan Riska tadi, Fajar yakin, mereka sudah melangkah lebih jauh.

Angga dan Riska duduk berdampingan. Riska tidak mau melepaskan genggaman tangan Angga, karena masih merasa takut.

"Jelaskan!" kata Kakek dan Fajar bersamaan.

Angga menatap mereka sebentar, lalu mulai menjelaskan, "Kakek, Fajar, kalian salah paham. Aku dan Riska tidak melakukan apa-apa," jelas Angga.

Fajar berdecak sebal, tentu dia tidak percaya kata-kata Angga begitu saja, setelah apa yang dilihatnya tadi.

Melihat reaksi Fajar yang tidak percaya, Angga kembali menjelaskannya. Namun menurut Fajar, semakin Angga menjelaskan, itu malah terkesan sebagai pembelaan diri.

"Diam." Fajar yang kesal, melempar Angga dengan bantal sofa di belakangnya.

Lemparan Fajar tidak hanya bantal sofa saja, tapi juga ada satu barang yang ikut terjatuh di hadapan mereka.

Melihat adanya benda kecil yang ikut terjatuh, membuat mereka sontak melihat benda itu secara bersamaan.

Fajar yang memang paling dekat, langsung mengambilnya, setelah melihat benda itu, Fajar menatap Angga marah.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status