Share

Penyamaran Mayleen

Mayleen sudah siap di depan pintu ruangan Devin. Dia mengenakan masker dan kacamata hitam untuk menutupi wajahnya.

Saat ini, Mayleen terlihat seperti pelancong asing yang hendak berjalan-jalan di pantai!

Tok... Tok... Tok...

Setelah mendapat izin dari Devin, melalui sekretarisnya, Mayleen mengetuk pintu ruangan Devin dengan penuh hati-hati.

"Masuk!" Terdengar seruan Devin dari dalam ruangan itu.

Dengan hati yang masih gugup karena takut ketahuan, Mayleen melangkahkan kakinya pelan-pelan menuju ruangan itu.

"Emm... Saya perlu approval Anda untuk proyek terbaru departemen pemasaran..." Tak lupa Mayleen membuat suaranya terdengar serak agar tidak mudah dikenali oleh Devin.

"Ngapain kamu?" Devin menjawabnya dengan ketus.

"Seperti yang saya bilang. Saya ingin minta persetujuan Anda." Tegas Mayleen.

"Bukan itu. Ngapain kamu pakai kacamata dan masker seperti itu di kantor?!"

Devin mempertanyakan penampilan Mayleen yang terlihat aneh di matanya. Masker dan kacamata hitam tidak termasuk dalam item aksesoris yang umum di pakai oleh pegawai kantoran. Malah, itu terlihat sangat aneh.

Pegawai disini bekerja di dalam ruangan, aneh rasanya melihat seseorang mengenakan kacamata hitam bahkan di dalam gedung seperti ini.

"Oh!" Mayleen sedikit terkejut dengan pertanyaan tidak terduga itu. Tapi dia berusaha keras untuk keluar dari krisisnya dengan mengatakan, "saya sedang batuk, karena takut akan menyebarkan virus ke orang lain, jadi saya menggunakan masker." Mayleen menjelaskannya dengan nada yang dibuat-buat, supaya terdengar seolah-olah dirinya memang sedang batuk.

"Lalu, kacamata itu?"

"Ini karena mata saya sedikit bengkak," Mayleen berusaha sekeras mungkin untuk menyembunyikan identitas dirinya di kantor, utamanya di hadapan Devin.

Semalam, Devin berhasil mengetahui nama lengkap Mayleen. Akan berbahaya jika identitasnya terungkap disini.

"Mana berkasnya?"

Untung saja Devin tidak terlalu ambil pusing soal penampilan Mayleen. Dia langsung percaya begitu Mayleen menjelaskan alasannya.

Sebenarnya dia ini orang yang seperti apa? Kenapa citranya jauh berbeda daripada yang Mayleen temui semalam? Mayleen jadi penasaran, sosok Devin yang asli itu seperti apa. Tadi malam, dia menunjukkan sikap gilanya, sekarang, dia jadi orang yang acuh.

Mayleen menyerahkan berkas proposal yang sudah dibawanya untuk mendapatkan tanda tangan dan persetujuan dari Devin.

Untunglah proses ini tidak memakan banyak waktu. Setidaknya, Mayleen jadi bisa bernapas lega karena kedoknya tidak ketahuan disini.

"Ada hal lain lagi?" Tanya Devin begitu dia menyelesaikan proses approval dokumen proposal itu.

"Tidak ada. Kalau begitu saya permisi dulu. Terimakasih," tak lupa Mayleen sedikit membungkukkan tubuhnya untuk menunjukkan hormatnya pada atasannya itu.

Mayleen langsung berjalan keluar dari ruang itu secepat yang dia bisa. Dia harus buru-buru keluar sebelum Devin menyadari siapa dia yang sebenarnya.

"Tunggu dulu!" Sampai ketika Mayleen memegang gagang pintu itu, Devin mencoba untuk menghentikannya.

Jatung Mayleen saat ini berdegup dengan sangat kencang. Dia pikir, penyamarannya sudah ketahuan.

Gawat! Apa yang harus Mayleen lakukan sekarang? Kalau Devin sampai tahu Mayleen bekerja di perusahaan ini, bisa hancur karir Mayleen nanti!

Tubuh Mayleen rasanya kaku dan tidak bisa bergerak sama sekali di sana. Pikirannya ikut blank. Memikirkan kemungkinan penyamarannya terbuka membuatnya gugup bukan main.

"Duduk dulu sebentar!" Kata Devin lagi. Dia meminta Mayleen untuk duduk di sofa yang ada di dekat pintu keluar ruangan kerjanya.

Mayleen masih diam saja. Dia benar-benar kehilangan akal sehatnya saat ini.

Yang ada dipikirannya saat ini adalah dia sudah ketahuan oleh Devin. Mayleen berusaha untuk menemukan solusi atas masalahnya, tapi semua solusi itu selalu berakhir buntu. Apa yang harus Mayleen lakukan sekarang?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status