Share

Lamaran

"Kamu suka warna apa, May?"

Suara bariton Mas Gun sedikit tenggelam oleh kebisingan sekitar. Entah di mana dirinya menelepon sekarang.

"Merah, Mas."

Makin seenaknya dia menghubungiku saat berjibaku dengan kertas-kertas laporan. Hanya untuk menanyakan warna kesukaan.

"Melambangkan diri kamu, ya, May?"

"Bukan, Mas. Melambangkan kertas merah dengan nominal yang paling disukai wanita."

Realistis, Cuy!

"Berarti untuk seserahan kamu memilih mentahnya saja, May?"

Ooh. Jadi ada hubungannya dengan barang seserahan nanti. Merasa berdosa asal jeplak pilih warna. Padahal aku suka segala sesuatu yang bernuansa peach.

"Terserah Mas Gun saja. Mau mentah atau matang, insyaa Allah saya terima dengan sepenuh hati." Sudah terlanjur malu, ya, sudah ceburkan sekalian.

Kekehan ala suami Raisa menjadi penutup percakapan. Belum kuletakkan lagi benda di tangan, notifikasi pesan masuk muncul di display layar.

'Maaf, ketinggalan, May.'

Yang dimaksud ketinggalan adalah emotikon kepala gundul yang memon
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status