Ardhi masuk ke unit apartemennya yang berada di lantai 22 dengan langkah gontai. Begitu ia masuk, ia langsung disambut oleh kegelapan. Tangannya kemudian meraba-raba tembok untuk mencari saklar. Saat tangannya sudah menmukan apa yang dia cari, beberapa detik kemudian lampu menyala terang. Mmebuat Ardhi leluasa melihat sekitar.
Setelah melepas sepatu dengan asal, Ardhi kembali melangkahkan kaki dengan gontai, langsung menuju ke tempat tidur.
Berbeda dengan apartemen super mewah yang ditempati Sera, apartemen ini bertipe studio. Apartemen yang tidak cukup luas itu hanya terdiri dari satu ruangan tanpa tembok pemisah kecuali untuk kamar mandi. Ruangan itu cukup sempit dengan posisi ranjang berada di dekat tembok lalu diberi sekat lemari untuk memisahkan area tempat tidur dengan ruang TV. Di sebelah ruang TV terdapat pantry yang menyatu dengan dapur mini. Dapur yang nyaris tidak pernah Ardhi gunakan. Ardhi hanya sering menggunakan pantry untuk menyeduh teh atau meracik kop
Hari Kamis tiba dan ini adalah hari pertama Sera akan mengunjungi panti jompo. Terbangun dengan tanpa Ardhi di sisinya setelah dua hari berturut-turut tidur di atas ranjang yang sama membuat perasaan aneh di hati Sera menguat.Menyebalkan sekali rasanya ketika tahu bahwa perasaan aneh itu adalah bagian dari sedikit rasa kehilangan yang sempat hadir saat Ardhi pamit pergi entah ke mana.Sera turun menuju lobi apartemen. Menuju sebuah mobil yang disiapkan oleh Adi lengkap dengan supirnya, yang akan mengantarkan Sera pergi.“Selamat pagi, Bu Sera,” sapa supir yang tampak seusia Ardhi. Masih muda dan gagah.Laki-laki itu bersikap sangat sopan dengan membukakan pintu belakang untuk Sera dengan gerakan yang luwes. Tampak sangat terbiasa.Sera masuk dengan kikuk setelah menjawab sapaan itu dengan ramah. Meski suasana hatinya sedang aneh, ia tidak akan memperlakukan orang yang sudah baik padanya dengan bersikap sebaliknya.“Ke pant
Tidak sesuai waktu yang disebutkan Sera tadi pagi, wanita itu baru keluar dari gerbang panti jompo Mawar Melati saat sudah menunjukkan pukul lima sore. Satu jam lebih lambat dari yang seharusnya karena ada perayaan ulang tahun salah satu penghuni panti dan acara berlangsung lebih lama dari yang telah diperkirakan.Mobil yang tadi mengantarkan Sera sudah stand by di seberang jalan. Dan saat Sera menyeberang, Yuanda keluar dari mobil. Membukakan pintu mobil untuk Sera, masih dengan gerakan luwes yang Sera kagumi.“Kamu sampai sini jam berapa, Yuanda? Nunggu lama?” tanya Sera begitu sudah menemukan posisi duduk yang nyaman dan mengenakan sabuk pengaman.“Saya tidak menunggu lama, Bu,” jawab Yuanda sambil tersenyum kecil. Kemudian melajukan mobil dengan kecepatan sedang untuk keluar dari jalanan yang tidak terlalu lebar itu untuk menuju jalan besar dan ikut berbaur dalam kemacetan dengan kendaran-kendaran lain.Sera tahu kalau
Ardhi yang sempat berkata, “Saya nggak akan ke sini selama beberapa hari,” itu berlarut menjadi satu minggu. Satu minggu berganti menjadi dua minggu.Selama itulah Ardhi belum menyambangi Sera ke apartemen lagi. Semuanya kembali seperti di awal. Sera tidak tahu apa-apa. Sama sekali tidak tahu Ardhi ada di mana dan sedang sibuk apa.Padahal sebenarnya mudah saja bagi Sera kalau ingin menemukan keberadaan Ardhi. Ada Adi yang masih intens menghubunginya. Mengirimkan pesan-pesan larangan dan peringatan yang dititahkan langsung oleh Ardhi. Adi juga rutin menanyakan kebutuhan sehari-harinya meski Sera sudah berkali-kali mengatakan kalau ia bisa mengurus semuanya sendiri.Dari sekian banyaknya pesan yang Adi kirimkan, tidak ada satu pun yang menginformasikan tentang keberadaan maupun kesibukan Ardhi. Sera menyimpulkan bahwa Adi memang diperintahkan Ardhi hanya untuk memantau Sera. Sedangkan Sera dibiarkan menjadi satu-satunya yang dipantau kegiatan sehari-h
Sera menyalakan TV yang selama lebih dari satu bulan itu tidak pernah menyala. Selama tinggal di apartemen itu, ini baru pertama kalinya Sera menonton TV. Ia sedang sangat bosan. Hari ini ia memang tidak ada kegiatan ke mana-mana. Sera juga sedang tidak berminat mencoba resep baru. Membersihkan apartemen pun sudah ia lakukan tadi meski apartemennya tidak begitu kotor. Sera terlalu sering membersihkannya.Yang pertama keluar saat TV menyala adalah sebuah tayangan drama korea yang sudah pernah ia tonton. Sera langsung mengganti channel. Mencari-cari acara TV yang sekiranya menarik. Namun, tidak ada satu pun yang membuatnya berminat. Sera sudah berniat untuk mematikan TV saat sebuah tayangan yang membahas tentang bisnis menghentikan gerakan jari Sera memencet remote.Dalam tayangan itu, ada Ardhi Prasetyo di sana.Di sebuah acara TV yang khusus mengundang pengusaha-pengusaha sukses. Laki-laki itu saat ini sedang diwawancarai oleh presenter yang cukup terkenal di Indonesia.
Sera tersenyum sekilas meski tahu kalau Ardhi saat ini sedang marah kepadanya. Namun, rasa lega di dada membuat Sera mengabaikan itu sejenak. Sera akan urus nanti untuk menenangkan Ardhi. Rasanya, Sera akan baik-baik saja setelah ini karena ia menaruh sedikit harap kalau Ardhi memang pulang karena dirinya. Karena mengkhawatirkan dirinya.Sera ingin menyakini itu.Kalau Ardhi tidak benar-benar khawatir, laki-laki itu mungkin sudah akan pergi lagi, bukan malah masuk ke dalam kamar dan tidak keluar-keluar.Setelah cukup lama termenung, wanita itu memilih untuk menyusul Ardhi masuk ke dalam kamar. Saat sampai di kamar, tidak didapati Ardhi di mana-mana lalu ia mendengar suara air mengalir dari arah kamar mandi.Ardhi sedang mandi, batin Sera. Sera dapat mengambil kesimpulan kalau Ardhi tidak akan ke mana-mana setelah ini.Ya, biasanya setelah mandi, Ardhi tidak akan ke mana-mana dan langsung istirahat. Setidaknya itu yang Ardhi lakukan selama
Makan malam yang tak disangka Sera akan berjalan dengan lancar−meski sempat diwarnai perseteruan kecil karena kesalahpahaman Sera−berakhir dengan tenang. Tidak ada tarik ulur urat yang tidak terselesaikan. Sera cukup bersyukur karena Ardhi lebih mudah diajak bicara meski tetap dengan nada-nada keras dan dingin saat berbicara dengannya.Setelah makan malam usai, Sera langsung mencuci piring dan membereskan kekacauan di dapur. Yang mengejutkan adalah … Ardhi ikut turun tangan membantu Sera. Laki-laki itu mendapat tugas mengeringkan piring sebelum diletakkan di rak. Benar-benar sebuah progress yang sangat menakjubkan. Sera akan menandai hari ini sebagai hari baik dalam pernikahan mereka berdua yang sudah berjalan satu bulan lebih.“Mau nonton TV?” tawar Ardhi setelah keduanya menyelesaikan kesibukan di dapur.Sera terkejut untuk yang ke sekian kalinya. Ia merasa kalau orang yang ada di hadapannya itu bukanlah Ardhi yang selama ini ia
Berbeda dengan suasana pagi suram yang Sera lalui selama dua minggu terakhir, pagi hari ini suasananya cukup berbeda. Tidak lagi suram, melainkan terasa damai dan cerah meski masih begitu pagi.Secerah suasana hati Sera pagi ini, yang terbangun dengan hati ringan. Ada Ardhi di sampingnya yang masih tertidur lelap. Sungguh, melihat Ardhi berada di sisinya, Sera merasa lega dan juga ada banyak rasa yang sulit diungkapkan. Sera bertanya-tanya, apakah kelegaan di hatinya itu akan berlangsung lama. Atau mungkin, Sera hanya boleh merasakan itu sebentar saja.Sera memandangi wajah Ardhi yang begitu damai dalam tidurnya dengan perasaan yang meletup-letup. Saat ini, rasanya seperti begitu mudah untuk menggapai laki-laki itu. Yang dulunya tak tergapai dan begitu jauh, kini amat sangat dekat. Sera bisa menyentuh lai-laki itu. Rambut, wajah, dan semua bagian tubuh laki-laki itu, Sera bisa menyentuhnya dengan mudah. Karena Ardhi yang telah memberi izin. Ya, mereka dekat secara raga
Sungguh, Ardhi tidak bermaksud membuat Sera semarah itu. Hari ini rencananya Ardhi hanya ingin menghabiskan waktu bersama Sera, karena ia merasa bersalah sudah menghilang tanpa kabar selama dua minggu terkahir.Kemarin, selama dua minggu ia tidak pulang ke apartemen, Ardhi memikirkan banyak hal di kepalanya. Setelah menganalisis perasaan aneh di hatinya saat berjauhan dengan Sera, Ardhi mengambil langkah baru yang sudah mantap. Pada akhirnya, ia hanya tidak ingin terus bersikap buruk kepada Sera, karena wanita itu hanyalah korban dari keegoisan dirinya. Ardhi kembali untuk memperbaiki sikap. Ia tidak ingin memenjarakan Sera seperti burung di dalam sangkar yang tidak mengenal dunia. Ia ingin Sera tetap bisa bebas meski sudah terikat dengannya.Ia bersungguh-sungguh ingin memperbaiki hubungannya dengan Sera.Selain itu, Ardhi juga ingin perlahan menjadi pasangan yang normal. Ya, terlalu muluk kalau Ardhi tiba-tiba berubah menjadi baik. Ia hanya ingin setidaknya bi