Share

PERNIKAHAN DENGAN PANGERAN

"Nona, Anda mau pergi ke mana pagi-pagi begini?" tanya Ban Xia kala dia baru masuk ke dalam kamar Qiao Zhi Jing dan mendapati Qiao Zhi Jing yang telah bangun dan berdandan.

Tidak biasanya Qiao Zhi Jing bangun sepagi ini. Apalagi dia sebagai putri utama sama sekali tidak pernah menyentuh air dingin untuk digunakan mandi. Tentu saja semua peralatan mandi termasuk air hangat perlu disiapkan setiap hari. Namun kali ini, Qiao Zhi Jing telah selesai mandi tanpa dilayani oleh seorang pun pelayan.

"Kenapa? apa aku tidak boleh berdandan?" balas Qiao Zhi Jing. "Jika dilihat-lihat, Qiao Zhi Jing ini memang lebih hebat merawat tubuhnya dibanding diriku. Lihat saja kulit wajahnya ini. Sangat halus dan kenyal," gumam Qiao Zhi Jing sembari mencubit-cubit pipinya sendiri.

"Tidak, bukan begitu. Maaf, Nona." Ban Xia tampak ketakutan dan hampir saja berlutut andai saja Qiao Zhi Jing tak langsung mencegahnya.

"Eiiittt ... jangan berlutut lagi. Mulai saat ini, jangan pernah berlutut di hadapanku lagi. Tentang peraturan yang dietapkan Qiao Zhi Jing sebelumnya ... tidak, maksudku, tentang peraturanku sebelumnya, lupakan saja semuanya. Mulai sekarang, jangan pernah menyakiti dirimu sendiri," titah Qiao Zhi Jing.

Sikap Qiao Zhi Jing yang sungguh berbeda dari sebelumnya, seketika membuat Ban Xia merasa heran. Bukannya senang, Ban Xia justru takut kala Qiao Zhi Jing yang biasanya bersikap kejam dan tegas atas perkataannya, kini mulai berubah melunak.

Dengan rasa takut, Ban Xia pun angkat bicara, "Nona, jika Anda berubah sebanyak ini, saya justru lebih takut. Nona, tidak bisakah Anda bersikap seperti biasanya?" kata Ban Xia dengan suara bergetar.

Qiao Zhi Jing bangkit dari kursi rias, lalu berbalik menghampiri Ban Xia. Tatkala Qiao Zhi Jing menyentuh lengan Ban Xia, reflek Ban Xia terkejut dan menarik lengannya. Namun, Ban Xia berusaha untuk lebih tenanh dan membiarkan Qiao Zhi Jing menyentuh kedua lengannya.

Seulas senyum teduh terukir di wajah Qiao Zhi Jing. Dia menatap nanar wajah Ban Xia yang menunduk ketakutan seraya berkata, "Ban Xia, aku sudah berubah. Aku bukanlah Qiao Zhi Jing yang dulu. Mulai sekarang, aku akan menjalani hidupku yang baru. Jika dulu aku terlalu kejam kepadamu, maafkan aku. Tapi mulai sekarang, percayalah. Aku tidak akan berbuat jahat seperti dulu lagi," tutur Qiao Zhi Jing, berusaha meyakinkan Ban Xia.

Ban Xia yang awalnya menunduk, akhirnya mulai berani mengangkat wajahnya. Sekilas dia menatap wajah Qiao Zhi Jing, lalu menurunkan pandangannya lagi.

"Nona, Anda adalah Nona kami. Semua yang Anda lakukan dan perintahkan, sudah semestinya kami yang melakukan. Nona, jangan meminta maaf kepada saya. Saya tidak pantas menerimanya," balas Ban Xia.

"Sudahlah. Jika memang begitu aturannya, tidak masalah. Yang pasti, mulai sekarang aku Qiao Zhi Jing bukanlah Qiao Zhi Jing yang kejam seperti dulu," cetusnya sembari mendongakkan kepalanya.

"Ah, sampai lupa. Ada yang ingin kutanyakan. Kau bilang, terakhir kali aku terjatuh ke danau. Danau di mana itu?" tanyanya dengan netra membola karena tidak sabar mendengar jawaban Qiao Zhi Jing.

"Nona, untuk apa Anda menanyakan danau itu? sebaiknya, Anda tidak perlu mengingatnya. Saya memiliki kesan buruk tentang danau itu," balas Ban Xia.

"Aissh ... katakan saja. Tidak apa-apa. Siapa tahu aku bisa mengingat sesuatu jika datang ke sana," timpal Qiao Zhi Jing.

"Saya bisa mengatakannya, tapi Anda hari ini tidak boleh ke mana-mana," ujar Ban Xia dengan ragu.

Kedua alis Qiao Zhi Jing reflek mengernyit. Pertanyaan mulai muncul dalam benaknya.

"Kenapa?" tanyanya singkat.

"Nona pasti sudah melupakannya. Hari ini adalah hari pernikahan Anda dengan Pangeran Bai Wuxin," ungkapnya.

"Hah? Apa katamu tadi? Tunggu ... menikah? apa maksudmu, hari ini aku harus menikah? dengan siapa tadi ... pangeran Bai Wuxin? siapa dia?" Sepontan saja dia sangat terkejut dan tidak percaya dengan alur cerita yang ternyata telah berjalan jauh dari yang dia bayangkan.

Terakhir kali Qiao Zhi Jing membaca, dia belum pernah tahu bahwa ada karakter bernama Pangeran Bai Wuxin di dalam novel yanh dibacanya. Bahkan karakter itu akan menikah dengan Qiao Zhi Jing. Rasanya dia masih tidak percaya dengan segalanya.

'Sebenarnya, alur cerita ini sudah sampai mana? aku bahkan baru berusia 18 tahun. Bisa-bisanya sekarang aku harus menikah dengan seorang pria? yaampun. Takdir sial macam apa ini?' Batin Qiao Zhi Jing terus mengeluh kala meratapi kejadian aneh yang menimpa dirinya saat ini.

"Aku yakin semua ini pasti mimpi. Ini mimpi!"

PLAK!

PLAK!

PLAK!

"Nona, apa yang Anda lakukan? jangan sampai melukai wajah Anda sendiri," larang Ban Xia.

Ban Xia bergegas menghentikan Qiao Zhi Jing yang menampar wajahnya sendiri, berharap dia bisa segera terbangun dari mimpi buruknya. Namun, semuanya percuma. Bukannya terbangun, justru rasa perih dan panas yang menjalari wajahnya. Pada akhirnya, Qiao Zhi Jing sendiri menampar wajahnya.

Tubuhnya meluruh, terjatuh ke lantai dengan tatapan kosong. Ia masih tidak bisa menerima nasibnya. Tatkala dia merasakan rasa sakit yang nyata, Qiao Zhi Jing pada akhirnya percaya bahwa semua ini bukanlah mimpi.

"Apa semua ini? kenapa aku masih ada di sini?" gumamnya dengan perasaan kecewa.

Segera Ban Xia menurunkan tubuhnya dan berkata, "Nona, kenapa Anda berubah seperti ini? Saya kira Anda akan sangat bahagia karena hari ini adalah hari yang sangat Nona tunggu setiap hari. Setiap hari Nona selalu menghitung mundur demi hari pernikahan Anda dengan Pangeran Bai Wuxin. Bukankah Anda sangat mencintainya? Nona, ada ada dengan Anda sekarang?" tutur Ban Xia sembari menitikkan air mata karena rasa khawatirnya.

Sejenak Qiao Zhi Jing menghela napas panjang. Kemudian, dia bangkit dan meminta Ban Xia untuk bangkit bersamanya.

"Berdirilah," himbaunya, "kau bilang, aku harus menikah dengan Pangeran Bai Wuxin atau siapa itu. Kau tahu sendiri, saat ini aku tidak bisa mengingat apa pun. Bisa kau ceritakan sedikit tentangnya? setidaknya, aku harus mengetahui siapa pria yang akan kunikahi," pinta Qiao Zhi Jing.

"Baiklah, Nona. Saya akan menceritakannya."

Sesuai dengan gelarnya, Pangeran Bai Wuxin adalah slah satu anak dari Kaisar Negara Qing. Pangeran Bai Wuxin adalah pangeran tertampan di antara pangeran yang lainnya. Bukan hanya di antara para pangeran, tetapi dia dijuluki pria tetampan di seluh Ibu Kota. Bukan hanya tampan, Bai Wuxin pun jenius dalam berbagai hal. Sastra, beladiri, dan sebagainya. Dia menguasai banyak bidang. Itulah sebabnya, dia dikagumi oleh banyak wanita. Banyak wanita yang ingin menikah dengannya, namun hanya Qiao Zhi Jing yang berhasil mewjudkannya.

Seketika Qiao Zhi Jing meneguk salivanya tatakala mendengar Ban Xia bercerita tentang seorang pria yang terdengar begitu sempurna.

'Baiklah. Tidak masalah jika aku harus menikah. Yang terpenting dia pria tampan,' batin Qiao Zhi Jing.

"Aku sudah cukup mendengarnya. Kalau begitu, ayo kita bersiap-siap. Haha. Yang benar saja. Bisa-bisanya aku akan menikahi pria tertampan. Sungguh konyol," kata Qiao Zhi Jing sembari tertawa kecil.

Segala sesuatu masih terasa konyol baginya. Namun, jika bisa menikah dengan pria tampan, ia pun merasa tidak rugi sedikit pun. Dengan semangat tinggi, Qiao Zhi Jing bergegas merias dirinya demi melangsungkan acara pernikahannya.

"Nona, biar aku saja." Ban Xia segera merebut sisir di meja rias guna menyisir rambut panjang Qiao Zhi Jing dan membantunya bersiap-siap.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status