Share

Bab 6

Jam menunjukkan pukul dua belas siang, waktunya untuk beristirahat dan makan siang. 

Aku mengeluarkan ponselku yang ku letakkan di laci meja, membuka pesan - pesan yang masuk dari siapapun tanpa kubaca dan balas. Kecuali, pesan dari Bernardo. 

Dia mengirimiku beberapa pesan di jam tujuh lewat empat puluh lima menit pagi, walaupun pesan yang dikirim nya hal biasa tapi, sukses membuatku tidak mampu menahan senyum di bibirku.  

[Aku sudah sampai di tempat kerja.]

[Kau, sudah berangkat kerja?]

[Jangan lupa sarapan.]

[Jika tidak ingin memakan makanan yang berat di pagi hari, beli saja roti untuk mengganjal perut.]

Aku sudah mengetik, [Maaf, aku baru melihat pesanmu, tadi aku membeli roti isi coklat] dan ingin mengklik Send tapi, dia sudah mengirimiku pesan lagi. 

[Ini sudah jam istirahat, jangan lupa untuk makan siang.]

Aku langsung mengklik Send ketikan yang belum sempat ku kirim. 

Hanya berkisar dua detik saja, dia sudah mengirimiku balasan nya. 

[Bagus!]

[Sekarang waktunya untuk makan siang.]

Bernardo mengirimiku Emoticon bergambar secangkir kopi. 

Aku membalas pesannya dengan mengirimkan Emoticon bertulisan Good Lunch!

Aku menunggu beberapa detik untuk memastikan bahwa Bernardo tidak membalasnya, setelah sudah pasti aku langsung memasukkan ponselku kedalam kantong celanaku. 

"Allea," Lauren memanggilku.

"Iya.," 

"Istirahat?"

"Ya, tunggu sebentar.." pintaku pada Lauren. 

Aku masih mengetik laporan yang akan ku serahkan ke Manajer nanti siang. 

Aku melihat ke arah Lauren, dia menaruh tangannya diatas penyekat meja ku dengan posisi menyilang, lalu pipinya ditempelkan di atas lengan nya sambil berkata, "hari ini mau ke Cafe Sun atau ke tempat lain?" 

Hana yang masih duduk di kursi pun menyahut, "Tempat biasa saja, Cafe Sun."

"Menurutmu dimana Allea..?" tanya Lauren padaku. 

"Terserah.."

"kalian mau nya dimana? Aku ikut saja."

Aku tidak mau ambil pusing, jadi aku ikuti saja mereka. 

Ketika aku sudah menyelesaikan laporan, aku langsung mengeluarkan Flashdisk dari tasku, untuk memindahkan File laporan yang baru selesai dibuat. 

Mataku tidak terlepas dari layar komputer, bahkan Hana memanggilku sampai tiga kali, aku tidak dengar suaranya. 

"Allea."

"Allea."

"Allea."

"Dia sedang memindahkan File ke Flashdisk," sahut Lauren. 

Aku sudah selesai memindahkan File laporan, memasukkan kembali Flashdisk ku ke dalam tas. 

Lalu, aku memutarkan kursi 90° ke arah meja Hana, "Ada apa Hana?"

"Sudah selesai?" 

Aku hanya mengangguk kepala kemudian memutar kembali kursi. 

Menyusun kertas - kertas dokumen yang berantakan di meja, setelah itu aku langsung berdiri, dan memasukkan kursi ke kolong meja agar terlihat rapi. 

Aku melihat ke arah Lauren yang sedari tadi menungguku. 

"Ayo," ajak ku kepada Lauren. 

"Hana..?" aku memanggil Hana yang masih membereskan File dokumen nya. 

Lauren menarik tangan ku sambil meledek Hana, "Yo, yo tinggalin Hana." 

Hana yang melihatku dan Lauren sudah menghampiri pintu, dia berteriak, "Woy tungguin lah." 

"Nunggu di depan ruangan aja, gimana?" tanya Lauren padaku. 

"Ya udah."

Lauren berteriak sambil berjalan keluar pintu, "Aku dan Allea nunggu di luar ruangan."

Di luar ruangan aku dan Lauren menunggu Hana hampir sepuluh menit. 

Hana lari keluar ruangan dengan tersenyum ria dan berkata, "Let's go, aku udah siap."

"Kau berdandan?" tanya Lauren sambil memicingkan alis tebalnya. 

"Mmm.." Lauren mengangguk.

Aku hanya bisa menggelengkan kepala. 

"Pantas saja lama," seru Lauren sambil memasang muka kesal.  

"Heheh," Hana hanya nyengir. 

"Ayo ah," aku mendorong Hana dan Lauren untuk berjalan. 

Kami bertiga keluar dari lorong, berbelok ke kanan, Lift berada disana.

"Ahhhh," aku menghela napas cukup panjang.

"Eh kita mau ke Cafe mana?" tanya Hana

"Terserah," jawabku sambil menaikan kedua bahu. 

"Bagaimana kalau kita ke Cafe Monday?" tanya Lauren 

Cafe Monday letaknya tidak jauh dari gedung kantor hanya butuh sepuluh menit berjalan kali belok ke arah kiri. 

Aku melihat ke arah Lauren, dan bertanya "Cafe Monday? kau serius?"

"Ya, memang kenapa?" 

"Ayo kita kesana," jawab Hana

"Apa kau sedang demam? Tumben sekali mau ke Cafe itu," tanya ku heran. 

Lauren hanya  menjawab, "Aku hanya bosan."

Kami sudah berada di depan Lift untuk menunggu, Lift masih berhenti di lantai nol atau Basement gedung.  

Hana menyilangkan tangan nya, lalu dia menghentakkan kaki nya sambil berkata, " Lama sekali,"

"Aku sudah lapar tau!"

"Jam istirahat, jadi wajar saja," terang Lauren. 

"Yap benar." ucapku sambil mengeluarkan ponsel dari kantong celana, belum sempat ku mengecek ponsel, hanya berselang lima detik saja pintu Lift sudah terbuka. 

"Huh," aku menaruh kembali ponsel ke kantong celana. 

"Ayo, ayo cepat!" Hana menyuruhku untuk cepat masuk ke Lift. 

Di dalam Lift kami bertiga hanya diam, tidak terasa pintu Lift sudah terbuka di lantai satu. 

Kami keluar dari Lift berjalan menuju pintu keluar. 

Di dekat pintu ada satpam, dia membukakan pintu untuk kami yang ingin keluar, "Terima kasih pak." satpam itu hanya tersenyum. 

Aku dan kedua temanku melangkahkan kaki keluar dari gedung. 

"Mendung, apakah nanti akan turun hujan?" tanya Hana

Siang ini, matahari tidak menyinari kota, dia tertutupi oleh awan - awan yang akan menghitam.

Aku memandangi langit, "Hmm.. Mungkin," 

"Kalian nanti mau memesan apa?" tanya Lauren. 

 "Aku belum kepikiran," jawabku. 

"Aku juga," sahut Hana. 

🌟🌟🌟

Kami sudah sampai di Cafe dengan cepat karena jaraknya yang tidak jauh, hanya berjalan kaki sekitar sepuluh menit saja. 

Sesampainya di Cafe, kami memilih tempat yang dekat jendela, juga tidak jauh dari pintu, sebelum menentukan tempat untuk duduk, kami sempat berdebat kecil selama lima menit. 

Ini pertama kalinya aku dan kedua teman ku ke Cafe Monday, biasanya saat jam istirahat tiba kami selalu ke Cafe Sun yang letaknya di depan gedung DEB. 

Aku dan Lauren memilih duduk dekat jendela, sedangkan Hana duduk di kursi sampingku.

Mataku melihat sekeliling, Cafe ini mengusung latar Eropa klasik. Dinding berwarna Putih, interior hiasan kuno, sofa empuk dan dilengkapi Furniture dari kayu, seperti lantai kayu, meja kayu, lemari kaca kayu yang berisikan foto, buku, dan berbagai peralatan seperti piring, gelas Eropa dulu. Terkesan sangat mewah!

Tetapi, terlihat hanya sedikit orang yang berada di dalam Cafe, padahal sekarang sudah masuk jam makan siang, mungkin karena harga nya yang begitu mahal?

Lauren membolak - balik satu persatu lembar kertas pada buku menu, "Kalian mau memesan apa?" tanya Lauren sambil melirik aku dan Hana. 

"Aku mau lihat daftar menunya," Hana mengambil buku menu dari Lauren. 

"Apa yang akan kalian pesan..?" tanya Hana sambil mengedipkan kedua matanya tiga kali secara cepat. 

Lauren menatap satu lukisan yang ada di Cafe itu, sambil berkata, "Aku ingin pesan.."

"Aku akan memesan Escargot dan Sangria," tambah Lauren. 

"Kau mau pesan apa, Allea?" tanya Hana.  

"Aku pesan minuman saja, Koffie Verkeed."

"Kau tidak ingin memesan makanan?" tanya lauren. 

"Aku tidak berselera untuk makan," jawabku dengan cepat. 

Lauren melototiku sambil berkata, "Allea, aku heran denganmu, ini sudah waktu nya makan siang, jangan diet berlebihan!"

"Kalau lapar kamu harus makan, jangan ditahan itu hanya akan  menyiksa dirimu sendiri!" tambahnya. 

Aku termenung mendengar ucapan dari Lauren, aku memang sedang diet, tapi saat aku sedang tidak berselera, akan susah untuk ku memakan makanan apapun, perut ku tidak akan menerimanya, bahkan jika dihadapkan  dengan makanan favoritku. 

"Bukan karena diet tapi, aku memang sedang tidak berselera saja," tegas ku. 

"Dasar keras kepala!" ucap Hana. 

Pelayan datang menghampiri meja kami, dia membawa sebuah buku kecil dan pulpen untuk mencatat pesanan,  "Nona, Ingin memesan apa?" 

"Kami ingin memesan makanan Escargot satu, Eclair satu," jawab Lauren. 

"Dan minuman nya, satu Koffie Verkeed, satu Sangria dan satu Aperetivo." 

Pelayan itu mengulangi, "Satu Escargot, satu Eclair, satu Koffie Verkeed, satu Sangria, dan satu Aperetivo?" 

"Ya." 

"Baik, mohon ditunggu.." 

Selagi menunggu pesanan datang, aku mengeluarkan ponsel dari kantong celana, terlihat tidak ada satupun notifikasi. 

Aku menggeletakkan ponsel di meja, mataku melihat ke arah luar jendela. 

Diluar sana ramai dengan orang yang melintas, dan kendaraan. Langit pun masih mendung tapi tidak turun  hujan. 

Disaat aku sedang melihat satu persatu orang yang berlalu lalang, mataku tertuju dengan seorang wanita yang sedang berdiri di seberang sana. 

Awalnya aku berpikir wanita itu adalah manekin dari toko pakaian yang sengaja di pajang di area luar tetapi, setelah aku memperjelas penglihatan pada mataku, di seberang sana bukan toko pakaian, melainkan toko makanan. Apakah mataku salah melihat? 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status