“AAAA!!!!” Kayla berteriak kencang.
Betapa terkejut dirinya ketika membuka mata, dirinya malah melihat seorang pria asing berada di kamarnya tersebut. Langsung ia menarik selimut demi menutupi tubuhnya yang tidak mengenakan sehelai benang pun. Pria yang sedang tertidur di sebelahnya dengan posisi tertelungkup tersebut bangun.
Ia mengusap matanya sendiri sambil mencoba melihat diri Kayla yang ada di depannya. Pria tersebut mencoba untuk mengubah posisinya. Namun pikiran Kayla benar-benar sudah tidak bisa dia jernihkan lagi.
“JANGANNN!!!!” teriaknya dengan satu mata mau menutup mata, dan satunya memberikan kode berhenti kepada pria tersebut.
Pria tersebut tampak sedikit bingung. Lalu dia melihat ke bawah, dan sadar bahwa sekarang dia juga sedang tidak mengenakan apa pun di atas badannya itu. Pria itu sedikit tersenyum kepadanya, senyuman yang mesum sekali.
“Kenapa? Kamu bahkan sangat menyukai-“
“HENTIKANN!!” Kayla berteriak sekali lagi, menghentikan kalimat si pria.
Dirinya tidak mau mengingat dan tidak mau mendengar apa pun yang mau dikatakan oleh pria itu. Rasanya pikirannya tercampur aduk oleh memori tak jelas yang ada di kepalanya. Karena pulang dalam keadaan mabuk, ingatan Kayla jad samar-sama.
Kayla melihat sekitar, dan mendapati pakaiannya berserakan di bawah. Namun, matanya tertuju pada interior kamar tersebut. Ini bukan kamarnya, dan dirinya tidak tahu ini ada dimana. Tidak seperti kamar apartemen miliknya. Dirinya celingak-celinguk melihat sekitar, merasa bingung.
“Ini kamarku. Kemarin kamu masuk dalam kondisi mabuk dan langsung menyerangku,” ucap pria tersebut.
Menoleh Kayla ke arah pria tersebut. Wajahnya merah padam dan bahkan kelihatan jelas bahwa dirinya merasa sangat malu mendengarnya. Menyerang? Jadi tempat ini bukan lah miliknya, melainkan pria ini?
Segera dirinya bangun dan mengambil semua pakaian yang berserakan tersebut. Dengan membelakangi pria yang masih ada di atas kasur tersebut, Kayla buru-buru mengenakan pakaiannya dan terus menghindari untuk melirik ke arah pria tersebut.
‘Bodoh Kayla!!!’ batinnya mengatai dirinya sendiri.
Dia mengambil tasnya segera, dan berusaha menuju ke arah pintu keluar.
“Hei,” panggil pria tersebut.
Langkahnya terhenti, dan melihat ke si arah pria. Dia tersenyum lebar dengan wajah cengengesan, dengan wajah berantakan selayaknya orang yang baru saja bangun.
“Namaku Kenzo. Lain kali, kalau kita bertemu lagi, kita bicara lagi,” ucapnya.
Langsung memasang wajah sinis Kayla saat mendengar ucapannya. Siapa juga yang masih mau bertemu dengan pria ini? Melengos dirinya keluar dari ruangan tersebut. Langkahnya makin dipercepat saat berada di lorong. Ketika melihat di arah lift, dia sadar bahwa dirinya berada di lantai yang salah.
Makin malu dirinya. Segera naik ke dalam lift diri Kayla tersebut, dan bergerak menuju tempatnya. Rasanya seluruh badannya mati rasa saat tahu bahwa dirinya sudah salah memasuki kamar. Sungguh, dia benar-benar malu sekali. Bahkan, sampai di tempatnya, Kayla memilih merendam tubuhnya karena merasa jijik kalau tahu apa yang sudah terjadi pada dirinya.
‘Kenapa aku ceroboh sekali?’
Setelah kejadian tersebut, dirinya tidak pernah bertemu dengan pria yang bernama Kenzo lagi. Bahkan, setelah 3 bulan lamanya. Ia tidak pernah menemukan batang hidungnya di dalam apartemen mereka yang sama. Itu membuat Kayla lega. Karena ia tidak mau mengingat hari itu.
Hari ini keluarganya memintanya bertemu. Setelah sekian lama dirinya tidak pernah diundang, akhirnya ada undangan untuk dirinya pulang. Tapi, ada apa? Pasti ada yang mereka mau makanya sampai akhirnya memilih memintanya pulang.
Di depan rumahnya, ia melihat ada mobil asing yang tengah terparkir di sana. Heran rasanya, karena tidak ada satu pun dari penghuni rumah yang memiliki mobil semahal itu. Karena kebanyakan dari mereka memilih hidup dengan pandangan orang lain.
Masuk ke dalam rumah, Kayla melihat orang ramai berada di ruang tamu. Seluruh mata tertuju padanya, dan itu membuat Kayla tidak nyaman. Langkahnya perlahan-lahan menuju ke dalam. Ia melihat ayah ibunya, bersama dengan seorang pria sebayanya, dan…, Kenzo?!
Kayla terbelalak melihat pria yang duduk di sofa kamar tamunya tersebut. Pria yang selama ini dirinya harapkan untuk tidak pernah bertemu lagi, sekarang malah berkumpul bersama keluarganya. Itu membuatnya merasa sangat dan amat canggung sekali.
Duduk lah dirinya di dekat sang ayah. Tampak mereka memberikan seluruh pandang kepadanya, seolah Kayla adalah orang yang memang sengaja mereka tunggu daritadi.
“Jadi, begini Nak Kayla. Kedatangan kami ke sini sudah sempat dibicarakan sebelumnya, dengan negosiasi yang akhirnya kami sepakati,” Pria paruh baya yang seumuran dengan ayahnya mulai berbicara.
‘Hah? Negosiasi? Sepakati? Apa yang mereka bicarakan?’ batinnya, bingung.
“Karena di awal kami hendak meminta Reva, namun pihak keluarga menolak dengan sopan, dan menyerahkanmu sebagai gantinya. Jadi, tujuan kami ke sini untuk mengambilmu sebagai ganti dari pinalti hutang yang tidak bisa dibayar ayahmu,” sambungnya.
Terkejut tentunya Kayla mendengar apa yang dikatakan oleh pria tersebut. Ia terbelalak dan langsung menoleh ke ayahnya. Tidak ada pembicaraan apa pun sebelum dirinya ke sini. Bahkan ayahnya tidak mengatakan ada pertemuan seperti ini.
Dan sekarang dengan tiba-tiba diri Kayla mau diambil?! Apa mereka pikir Kayla ini barang? Melotot langsung Kayla ke arah keluarganya yang tampak sedikit acuh tersebut. Sang ayah juga sampai dengan sengaja menghindari tatapan matanya ini.
Rasa kaget tersebut berubah menjadi rasa tidak percaya. Keluarga yang memang dari awal mencoba menyisihkannya, sekarang benar-benar membuangnya dan mencoba menjual dirinya hanya karena tidak bisa membayar hutang? Tega! Kayla merasa sakit hati.
Air matanya terasa tertahan. Wajahnya panas membara dan dadanya sesak sekali. Selama ini, rasa mengalah dan juga penurut yang selalu dirinya lakukan, bahkan tidak pernah mengadukan perbuatan mereka, dibalas dengan ini saja? Benar-benar menyedihkan.
“Jadi, kami meminta pendapatmu, apa ka-“
“Ya, aku setuju,” Kayla tanpa pikir panjang langsung menjawab saat kalimat tersebut belum selesai.
Tentu saja mereka yang ada di sana tampak kaget mendengar ucapannya. Dari pihak tamu merasa tertegun dengan rasa percaya dirinya saat menjawab. Sementara keluarganya, merasa senang mendengar jawaban setuju itu. Terutama kakaknya, Reva, dia seperti berkata ‘mampus’ kepada dirinya dari sorot matanya yang buruk.
“Tapi, aku meminta surat perjanjian,” pintanya.
Sang pria yang tua tersebut tengah senang, dia pun bertanya kepada Kayla, “Tentu saja. Apa yang kamu inginkan di surat perjanjianya?”
“Ada banyak! Tapi, yang paling aku inginkan, setelah nantinya aku diambil oleh kalian, keluargaku tidak boleh meminta apa pun dariku, baik benda, harta, maupun kehendak dari keputusanku,” tuturnya.
Kali ini justru keluarga Kayla yang syok mendengarnya. Mereka tampak tercengang dengan bagaimana Kayla sangat percaya diri memintanya. Ini dirinya lakukan demi keuntungan dirinya sendiri tentunya. Kalau keluarganya saja bisa membuangnya demi membayar hutang, jadi, Kayla juga punya hak untuk meminta persyaratan, kan?
Pria tersebut tersenyum tipis dan membalas ucapannya, “Tentu saja, kam-“
“Tidak! Kami tidak setuju!” Keluarganya justru menolak.
Kayla yang sekarang kaget mendengar ucapan itu. Mereka yang menggunakan Kayla sebagai alat untuk ditukarkan karena tidak bisa membayar hutang, sekarang mereka malah tidak setuju dengan apa yang diminta oleh dirinya. Kan tidak masuk akal sekali.Keluarga dari Kenzo juga tampaknya tidak terlalu kaget mendengarnya. Mereka seperti tenang sekali dan sudah tahu kalau akan ada keberatan yang diajukan. Kenzo tidak banyak bicara, hanya pria tua yang merupakan ayahnya saja yang mengeluarkan suara.“Apa sekarang kalian mau mengulang seperti yang pertama?”Tertegun ayah Kayla mendengar ucapannya. Pasti begitu. Awalya Reva yang diminta, tetapi ditolak. Sekarang sudah Kayla yang diserahkan, malah diberikan kesulitan. Memang rada-rada sekali orantuanya ini.“Kami minta kompensasi sebesar 300 juta, kalau kalian mau mengikuti permintaannya,” ucap sang ayah.Gila! Orang tuanya ini benar-benar menjual Kayla kepada orang lain dengan harga yang ditentukan! Tak sedikit pun dari wajah salah satu keluarganya
Diketuknya pelan pintu tersebut oleh Kayla. Dengan cepat pintu itu dibukakan oleh Kenzo, pria yang memang tinggal di dalam sana. Senyumnya sangat lebar dan hangat sekali untuk dilihat. Kayla segera sadar bahwa ia tidak boleh terpesona dengannya!‘Jangan Kayla!! Itu hanya senyuman maut yang membawamu ke dalam api neraka!’ batinnya berusaha mengingatkan.Ia yang tadinya mendadak membuang muka tersebut, mencoba menarik napas, dan kembali menghadap ke arah Kenzo. Kayla ikut memberikan senyuman manis sebagai bentuk salam pertama kali setelah kejadian terakhir mereka bertemu waktu itu.“Ayo masuk, aku sudah menyiapkan makanan,” ajaknya.Kata makanan yang disebut oleh Kenzo, membaut Kayla merasa sedikit lapar. Perutnya berbunyi, untung saja bunyinya tidak keras. Jadi Kayla tidak merasa malu sama sekali. Ketika masuk ke dalam sana, Kayla merasa cukup terpesona dengan interiornya.Mungkin karena waktu dirinya kemari, ia sama sekali tidak memperhatikan sekitar, jadi dia tidak tahu kalau di dal
2. Kayla tidak akan menuruti apa pun permintaan dari keluarga lagi, karena sudah adanya transaksi pembayaran pinalti beserta kompensasi.3.Tidak ada pemerasan. Kayla tidak akan memberikan uang kembali sebagai bentuk bakti, terbukti dari Kayla yang sudah tinggal terpisah, dan tidak menerima tunjangan apa pun karena semua tanggungan dia dapatkan dari beasiswa.’Keluarganya kaget mendengar permintaan yang ketiga. Ya, Kayla menjelaskan kepada keluarga Kenzo bahwa selama ini, selain rumah, makanan, deterjen, dan pembersih badan serta pakaian, Kayla tidak menerima uang apa pun. Berkat dirinya yang dari awal memang tidak mau merepotkan, beasiswa adalah pilihan satu-satunya yang bisa dirinya ambil untuk meringankan bebannya.Ayahnya tampak langsung menatap Kayla dengan pandangan mendelik tajam. Kayla tidak gentar. Karena sudah diserahkan kepada orang lain demi membayar hutang, seharusnya ayahnya sudah paham bahwa dia secara tidak langsung telah memutus tali keluarganya.‘4. Kayla masih bisa b
Kayla yang mendengarnya langsung merah merona. Wajahnya seperti tomat dan merasa kepanasan setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Kenzo. Kayla merasa malu, seolah mendapatkan pujian atas apa yang telah ia lakukan kepada Kenzo.Saat melirik ke arah pria yang ada di depannya, Kayla mendapati Kenzo sedang tersenyum tipis kepadanya. Dia tampak sangat bahagia menunjukkan dirinya yang sangat mempesona. Pria ini benar-benar pandai memikat seorang wanita.Tetapi, Kayla dengan segera mencoba menghilangkan perasaannya yang berdebar serta terus mengusap wajahnya agar bisa mereda dari panas membara akan perasaannya yang terasa menggebu tersebut. Sudah tidak etis baginya merasakan perasaan seperti itu di saat seperti ini.‘Tapi…, kenapa Kenzo bisa berkata begitu dengan mudahnya?’ batinnya merasa penasaran.“Saat kamu bertemu Reva, apa kamu tertarik padanya?” tanya Kayla.Kalimatnya seperti mencoba memancing keributan dengan Kenzo. Terlebih lagi, secara tidak langsung kalau sampai Kenzo salah me
Kenzo yang dari awal hanya diam dan menatap ke arah buku yang dia pegang membuat Kayla merasa sedikit risih. Ia tidak tahu harus membicarakan apa, dan juga tidak mengerti harus melakukan apa. Tidak ingat kapan terakhir kalinya ia berinteraksi dengan seorang pria, membuat Kayla jadi wanita yang sangat kaku dan membuat sesiapa akan menjadi tahu bahwa ia sangatlah aneh untuk saat ini. Kakinya tak bisa tenang, tatapan matanya melihat ke segala arah, mencoba mencari kesibukan. Berkali-kali ia mencoba untuk bisa membuka obrolan, namun tidak ada satu pun topik pembicaraan yang dirinya miliki di dalam dirinya tersebut. “Ada apa? Daritadi kuperhatikan kamu seperti sedang gelisah,” tanya Kenzo, yang langsung menutup bukunya. “O- Oh, masa? Haha, aku- aku, itu makanannya sudah datang,” Ia merasa sangat gugup. Untung saja makanan yang mereka pesan sudah tiba, jadi Kayla masih bisa sedikit mengalihkan perhatian yang tidak nyaman tersebut. Namun, bukannya makin terasa, suasana malah jadi makin
Esok harinya, Kayla harus tetap bekerja seperti bagaimana biasanya. Ia harus mencari uang untuk bisa ia kumpulkan kedepannya. Siapa lagi yang akan menafkahi dirinya kalau bukan dirinya sendiri? Sambil menunggu lift sampai di bawah, Kayla masih merasa biasa saja. Namun, ketika ia keluar dari dalam gedung, Kayla melihat bahwa Kenzo sudah berdiri di luar sana sambil menatap ke arah jalanan. “Kenzo?” Kayla menyapa. “Oh, sudah turun? Pagi juga kamu berangkatnya,” ucap dari Kenzo. Kayla tidak paham. “Maksudnya? Memang kenapa?” Bingung dirinya. “Ayo, aku antarkan kamu ke tempat kerjamu,” ucap Kenzo. Langsung gemetar rasa kaki Kayla saat mendengarnya. Entah kenapa tawaran dari Kenzo tidak membuatnya merasa senang atau pun merasa aman. Namun, di sisi lain dia sangat bingung harus menerimanya atau menolaknya. Sedari awal Kenzo memperhatikannya, ia bisa melihat dengan jelas bahwa Kayla begitu kikuk. Dari arah matanya yang ti
Kayla setelah mendengar suara dari Reva dengan segera langsung mematikan panggilan tersebut. Ia merasa tidak senang mendengar suara saudarinya tersebut. Merinding sebadan-badan rasanya ia mendengarnya.Ia mengabaikan semua panggilan dan pesan yang dikirim oleh Reva pada saat itu. Namun, sayang sekali, karena Reva sendiri tahu dimana dirinya tinggal, dengan berani ia mendatangi Kayla yang esoknya mau berangkat kerja tersebut.Langkah kakinya langsung berhenti saat melihat sosok dari Reva yang sedang berdiri di sana, sambil membawa tas kecil dan melihat ke arahnya sambil tersenyum. Wanita yang seumur hidupnya selalu menatap tajam dan selalu bersikap kasar, sekarang menggunakan topeng tepat di depannya.Tidak peduli sama sekali, Kayla berjalan melewatinya tanpa menyapa terlebih dahulu meski sudah didatangi begitu. Baru saja lewat di depannya, Reva berusaha menghentikannya dengan memegang tangan Kayla.“Tunggu, tunggu Kay, dengarkan aku dulu,” pintanya.Kayla memang berhenti, namun tidak
Akhirnya Kayla dan Kenzo pergi ke salah satu unit bersama. Bukan ke tempat Kenzo, melainkan kali ini mereka pergi ke tempat Kayla sendiri.Dirinya menyediakan teh hangat untuk Kenzo, dan tidak lupa menyiapkan sedikit camilan untuk bisa dijadikan teman hidangannya. Suasana hening, Kayla sendiri tidak tahu harus membicarakan apa pada Kenzo pada kala tersebut.“Sebenarnya, ada yang ingin aku sampaikan,” Kenzo membuka obrolan.Dengan kedua tangan masih memegang cangkir, Kayla menengok ke arah Kenzo yang melihatnya dengan sangat serius sekali. Sepertinya ini adalah alasan kenapa dia menunggu Kayla pulang dari kerja.“Sebenarnya ini cukup lancang, tetapi, demi menjaga kamu supaya lebih aman lagi, bagaimana kalau kita pindah, dan tinggal bersama?”Langsung mengerut kedua alisnya saat mendengarnya. Tinggal bersama? “Bukannya terlalu cepat?!” Tentu saja Kayla kaget.Kenzo mengangguk, “Aku tahu. Tapi, memangnya kamu sanggup menahan keluargamu? Mereka pasti tidak akan diam seperti sebelum-sebelu