Aku mengendap-endap dan meminta tolong pada tetangga seberang rumah untuk mengantarku ke rumah eyang. Aku kenal betul beliau, salah satu karyawan pemetik teh di perkebunan eyang.“Stop Pak, Bapak kembali saja ke rumah. Tolong jangan bilang siapa pun kalau Bapak mengantar saya kemari!”“Mang Udin mengerti Neng. Permisi dulu. Hatur nuhun uang bensinnya ya.” Pak Udin meninggalkanku.Berjalan dalam keadaan sedikit gelap sungguh tidak nyaman, feeling-ku mengatakan ada yang tidak beres. Selama ini terbukti, tidak pernah meleset. Aku berjalan pelan hingga melipir ke joglo. Kakiku sedikit tremor saat melihat ternyata ada tiga mobil terparkir di halaman rumah eyang. Salah satunya Alphard hitam suamiku.Suamiku sampai memegang kaki papa mertuaku. Ada apa sebenarnya? Kuberanikan diri semakin mendekat.“Kamu ini anakku Vriel. Apa yang sudah kamu lakukan pada Renata. Kamu nggak punya hati nurani. Kamu memaksanya menikahimu dengan keadaan seperti itu?”Suamiku diam tak bergeming…..Ia masih saja ber
Gavrielle’s POVHari itu, hari dimana aku melakukan pengakuan atas semua kesalahan dan dosa yang sudah kulakukan. Papa mendadak jatuh pingsan setelah mendapat telefon kalau Renata tidak ada di rumahku. Aku membawa papa ke rumah sakit. Ku tinggalkan Eyang Kinarsih bersama mama, aku meminta Mbok Sumi untuk menemani mereka.Aku tak akan mengelak dari hukuman yang papa berikan nantinya. Apapun akan kujalani. Renata pergi dengan keadaan yang lemah dan ia membawa anakku. Tuhan mungkin sedang menghukumku atas semua perbuatanku di masa lalu. Di saat aku menemukan wanita yang sesungguhnya sejak lama kucintai, Tuhan justru mengujiku dengan banyak hal. Salah satunya adalah kepergiannya.Satu jam berlalu, sampailah kami di rumah sakit. Perawat berlarian mendorong papa untuk ke ICU. Aku sangat khawatir kalau papa kena serangan jantung. Dua jam lamanya papa ada di ICU. Hatiku benar-benar tidak tenang. Bersyukur ada Pak Khamdan yang sangat cekatan. Ia tetap tenang menghadapi suasana pelik ini.“Saya
Sudah satu tahun lebih, aku bekerja untuk Dubai Corp cabang Singapura. Aku tak mengakses dunia luar. Hanya berita bisnis, itu pun asistenku yang mengakses. Hidup tanpa medsos. Tak perlu lagi memusingkan banyak hal, seperti haters, fans fanatik, juga buzzer dari perusahaan atau artis.“Miss Syaqiella, di tunggu untuk meeting bersama investor baru.”Suara sekertarisku mengagetkanku. Aku benar-benar tak menyangka bisa menjalani kehidupan baru dengan identitas baru meskipun awalnya aku sangat terseok-seok, tertatih-tatih melewatinya. Tapi berkat dukungan Meira, aku bisa melewatinya.“Baiklah, Sania. Lima menit lagi aku akan keruangan meeting.”Laba Dubai Corp dua kuartal setelah ku pimpin meroket tajam. Pak Abdulloh Yousuf sangat bahagia karenanya. Meira sibuk menemaninya. Sahabatku itu pontang-panting demi kesehatan Pak Abdulloh. Berjalan meninggalkan ruangan, aku melenggang ke ruang meeting
Gavrielle’s POVSurat gugatan cerai yang sudah kuterima, kurobek. Anggap saja aku tak menerimanya sama sekali. Toh seluruh anggota Baskoro sudah setuju, kalau aku akan tetap akan mempertahankan pernikahanku dengan Renata. Setelah melihat rekaman Gala dinner yang di hadiri Sintia, juga Dito dan Hendra. Aku meyakinkan diriku agar datang melihat sendiri bagaimana paras Syaqiella Yousuf yang di bilang Sintia mirip Renata. Bahkan dengan terang-terangan Sintia mengatakan Syaqiella itu Renata.Aku sudah tak bisa lagi berlama-lama berpisah dengan Renata. Bayiku, bagaimana dengan mereka? Aku yakin Renata sudah melahirkan anakku. Pesawat yang membawaku, landing dengan safety di bandara Changi. Tak lama kemudian aku membawa koperku turun. Sengaja aku tak memakai fasilitas perusahaan, aku ingin melihat dunia luar juga hiruk pikuk keadaan bandara. Melihat berbagai peristiwa secara langsung lebih bisa kupercaya daripada mendapat informa
Gavrielle’s POVKutatap wanita yang memakai baju pasien ini. Terbaring lemah dengan selang infus juga ventilator. Monitor jantungnya kulihat stabil. Wajahnya sungguh wajah milik Renata. Kugenggam tangannya dan kucium punggung tangannya. Mataku sudah basah, buru-buru kubersihkan dengan sapu tanganku.Aku mendekat ke arahnya. Kulihat tangannya mengenakan cincin pernikahan. Jari-jari lentik itu mengenakan cincin kawin bertahtakan berlian, yang kuyakin harganya bisa setara dengan mobil sport yang ia kendarai. Sebelum bodyguard datang, aku terlebih dulu keluar.“Thanks, Sir. Semoga Mrs. Syaqiella segera sehat.” Aku melenggang hendak pergi. Namun, sang bodyguard menghentikanku.“Saya harus memeriksa Anda terlebih dahulu, anda benar-benar sahabat Miss. Maira atau mantan kekasih Mrs. Syaqiella?”Mulut bodyguard itu begitu pedas. Bisa-bisanya bertanya seperti itu padaku. Mereka seles
Gavrielle’s POVBenar kata bijak, kalau kita akan merasakan kehilangan saat sosok yang kita abaikan itu pergi meninggalkan kita. Hampir dua tahun kepergian Renata. Aku benar-benar merasakan nelangsa. Isteriku yang dulu kusia-siakan. Kurang kuhargai, dan tidak kuperjuangkan sepenuhnya. Bagaimana dengan anak-anakku? Pasti Renata kerepotan mengurus dirinya sendiri tanpa kehadiranku, bayangan saat ia sakit, badannya yang lemas dan pucat. Bahkan saat ia hampir pingsan di kamar mandi saat di Jogja masih saja menghantui pikiranku. Betapa kejamnya diriku, aku sudah berusaha mencarinya sebisaku, sekuat tenaga. Bahkan semua anggota keluarga Baskoro terlibat untuk mencari keberadaan Renata.Hari menjelang sore dan mereka meninggalkan penthouse. Yang ada di benakku adalah bagaimana bisa mendapatkan akses masuk ke penthouse Renata. Aku tak ada ide sama sekali untuk itu. Sejenak mengistirahatkan diri. Aku kembali terpekur menatap foto Renata yan
Pagi ini aku ada janji dengan Syaqiella untuk membahas masalah prospek kerjasama kami ke depannya. Mr. Lee mengatur banyak hal sebagai rasa terimakasihnya padaku.Dubai Corporation menginvestasikan sebagian kecil dana untuk pembuatan perumahan elite di Serpong, Bogor. Setelah adzan, aku segera mandi. Mengalirkan air dingin dari shower. Kepalaku sangat mendidih, selalu teringat akan Renata. Bahkan aku jadi susah tidur semenjak menempati penthouse. Hari ini aku harus berpenampilan keren. Sempurna, tentu saja menurut versiku. Bagaimanapun Syaqiella sedang berada di puncak popularitas.Sebagai CEO wanita di negara modern ini. Berurusan dengannya bisa jadi panjang buntutnya. Penampilan, performa bahkan berapa assetku bisa di kulik lebih dalam oleh paparazzi. Tak berselang lama, ponselku berkedip. Mr. Lee mengirim pesan, rupanya ia sudah sampai di depan penthouse.“Permisi Tuan.” Pintu penthouse di ketuk. Kutarik handle.“Silahkan Tuan. Sudah di tunggu.” Ucapnya dengan sopan.Aku keluar dar
Apa alasan Syaqiella menerima ajakan makan malam private denganku. Ia masih saja terlihat angkuh. Padahal kami sempat sangat intim saat pertemuan di pelelangan lukisan di museum.Pukul 20.00 Waktu Singapore. Syaqiella datang, ia berjalan dengan pelan setelah turun dari mobil sport. Ia terlihat luwes. Benar-benar gesture Syaqiella tak terlihat menggoda kaum Adam, namun aura wajah dan tubuhnya sungguh membuat kami panas dingin. Ia mengenakan pakaian tertutup berlengan pendek. Gaun panjang itu menutupi mata kaki jenjangnya.Perlahan ku berjalan menjemput Syaqiella. Naluriku mengatakan kalau dia memang isteriku. Sehingga aku benar-benar memperlakukan kalau ia adalah Renata versi baru. Renata yang di lahirkan kembali.“Good night, Mrs. Syaqiella.” Sapaku.Ku ulurkan tanganku untuk menjabat tangannya. Ia menerima uluran tanganku. Ku tarik perlahan, dan ia sangat kaget. Setelah itu, ku cium lembut punggung tanganny