Jacob hendak berdebat, tetapi pada akhirnya dia hanya menatap Sienna.Sienna membantu Jero berdiri dan terus menanyakan kondisinya, tetapi Jero tetap menggeleng. Darah di telapak tangannya mengalir ke ujung jarinya dan menitik ke lantai. Melihat ini, Sienna tidak berani menunda lebih lama lagi. Dia berkata, "Biar aku antar ke rumah sakit."Malam ini, Jero datang kemari sendirian, jadi dia memang perlu bantuan Sienna untuk menyetir. Dia sudah lama tidak melihat darah. Kala ini, dia menggenggam telapak tangannya, tetapi dia malah merasa darahnya mengalir makin deras. Sienna segera melepaskan syal dari lehernya, lalu segera membalut telapak tangan Jero.Sejak awal, Sienna memang tidak peduli dengan kondisi Jacob. Jacob awalnya terlihat seperti singa mengamuk yang sangat ingin mencabik-cabik Jero. Kini, dia malah hanya berdiri termenung.Wiandro tahu Jacob tidak ingin berbicara, jadi dia yang mewakilkan. "Kalian mau ke rumah sakit, 'kan? Sekalian antar kami juga. Luka Jacob harus segera di
Setibanya di luar rumah sakit, Sienna memarkirkan mobil, lalu berjalan ke sisi lain mobil dan membukakan pintu untuk Jero. Dia memapah Jero berjalan masuk ke rumah sakit.Jacob masih duduk di dalam mobil sambil memandang Sienna dari belakang. Dia merasa pemandangan ini sangat menyakitkan.Wiandro segera membukakan pintu untuk Jacob, lalu menariknya keluar. Ketika masuk ke ruangan, dia berseru, "Dokter, cepat periksa lukanya."Jero dan Jacob berada di ruang rawat yang bersebelahan. Dokter sedang memeriksa luka mereka. Leher Jacob masih mengeluarkan darah, dadanya juga tergores. Terlihat jelas bahwa Jero juga menghajarnya dengan kejam. Dokter menghentikan pendarahan dan membersihkan luka Jacob. Setelah itu, dokter membalut leher dan dada Jacob dengan perban. Di ruangan sebelah, telapak tangan Jero juga sedang dibalut perban. Luka luarnya tidak separah Jacob, tetapi goresan di telapak tangannya sangat dalam dan hampir menembus tulang. Sienna agak terkejut melihat luka ini. Bagaimana jika
Jacob menatap Sienna dengan mulut ternganga, tampak tidak percaya akan mendengar kata-kata menyakitkan itu dari bibirnya. Dia ingin mengatakan sesuatu, tetapi tiba-tiba kehilangan ide apa yang hendak dikatakannya. Sepertinya tidak ada gunanya lagi mengatakan apa pun. Akhirnya, dia menundukkan pandangan sambil menahan emosinya, lalu mengusir Sienna.Sienna juga tidak ingin lebih lama di sana. Saat melihat leher Jacob yang berdarah, dia berkata pada Wiandro, "Minta dokter untuk membalut ulang lukanya."Jacob duduk kembali ke ranjang. Kedua tangannya diam-diam mencengkeram tepi ranjang saat dia berkata, "Aku tidak butuh perhatianmu. Pergi sana."Wiandro mengomel sambil menarik lengan bajunya, "Jacob, jangan banyak omong." Jacob terlalu keras kepala untuk jujur dengan isi hatinya. Seperti saat ini, dia jelas terluka oleh ucapan Sienna, tetapi dia malah berpura-pura membencinya.Jacob tidak mengatakan apa pun lagi dan hanya memejamkan matanya. Hati Sienna juga terasa sedikit rumit. Belum la
"Itu nggak ada hubungannya denganmu," ujar Sienna.Ini terasa menggelikan bagi Jacob. Dia hanya tahu para pria bisa bersikap tanpa perasaan dengan menggantungkan wanita yang dikencaninya. Tak disangka, wanita bisa bertindak lebih kejam.Mereka sudah berulang kali bercinta, Jacob bahkan sudah hafal berapa banyak tahi lalat di tubuhnya. Selain mantan suami wanita itu, dia mungkin adalah pria yang paling mengenal tubuhnya. Jacob juga mengetahui setiap titik sensitif tubuh Sienna."Apa itu yang kamu pikirkan saat kamu tidur denganku?" tanya Jacob dengan sorot mata dingin. Dia tampak begitu marah, seakan-akan dia hendak mencekik Sienna hingga mati jika wanita itu mengiakan pertanyaannya.Sienna tidak tahu harus bagaimana menjawab Jacob. Pria itu melangkah hingga ke hadapannya dan bertanya lagi, "Apa sama sekali tidak ada perasaan suka saat kamu memelukku sambil menangis di Kabupaten Armana waktu itu? Apa kamu sama sekali tidak menyukaiku saat kamu mendesah nikmat di bawah tubuhku?"Aura dom
Sienna mengembalikan mobil Jero, lalu pulang ke Vila Cahwana. Sebelum tidur, dia menerima telepon dari Willow."Hei, ada apa antara Jero dengan Jacob? Semua orang heboh mengatakan mereka berkelahi karena kamu. Sienna, apa jangan-jangan memang ada sesuatu antara kamu dan Jacob?" tanya Willow, berniat untuk bergosip."Nggak ada," sahut Sienna.Menyadari nada lelah Sienna, Willow pun mengalah dan berkata, "Kita sudah lama nggak makan bareng. Gimana kalau kita ketemuan besok?""Willow, besok aku ada urusan," jawab Sienna."Oke, deh. Lain kali saja," balas Willow.Sienna berencana untuk pergi menemui Darwo di Kediaman Yuwono. Dia benar-benar takut Daria akan mengusiknya lagi.....Di sisi lain, Jacob sedang duduk di dalam mobil dengan ekspresi yang sangat masam. Sony tidak berani memancang amarah si atasan. Jadi, dia hanya diam dan tidak bertanya apa pun.Namun, kejadian malam ini memang terlalu menghebohkan. Darwo bahkan telah mendengarnya. Saat mobil Jacob masih di dalam perjalanan, Darwo
Saat ini, Darwo tidak ingin bicara panjang lebar pada Jacob. Dia berdeham, lalu mengibaskan tangannya dan berkata, "Aku berjanji untuk mengajak Sienna makan bersama kapan-kapan. Kamu harus datang."Meski berniat tidak peduli, pada akhirnya Darwo tetap berusaha mendekatkan Jacob dengan Sienna. Apa boleh buat, terlalu banyak rumor yang beredar tentang hubungan keduanya belakangan ini.Berhubung Darwo tidak membahas tentang Penny lagi, Jacob tidak ingin membuat kakeknya kembali marah. Dia menyanggupi dengan berkata, "Aku mengerti, Kakek."Setelah meninggalkan Kediaman Yuwono, Jacob duduk di mobil sambil memandang ke luar jendela dengan tatapan muram. Sony tidak tahu apa yang sedang dipikirkan atasannya. Namun, dia sedikit terkejut karena Jacob tidak dihukum kali ini.Begitu Jacob sampai di Royal Estate, seorang pelayan bergegas menyambutnya sambil menyerahkan sebuah hadiah yang dibungkus rapi. "Tuan, ini hadiah yang dikirimkan Tuan Wiandro untukmu," ujar pelayan itu.Jacob langsung mengam
Sienna segera bangun dari ranjang, lalu turun ke lantai bawah untuk sarapan. Namun, dia bahkan tidak bisa menyantap sarapannya dengan tenang. Saat sedang makan, Daria menelepon dan kembali mencacinya. Sienna hanya mendengar kalimat pertama, lalu langsung menutup telepon.Ketika keluar, mobil Sienna diapit dua mobil di persimpangan yang sibuk. Jendela mobilnya diketuk, lalu sosok Cedric terlihat begitu dia menurunkan jendela. Cedric pernah memberi Sienna sebotol obat dan menyuruhnya menyingkirkan Jacob. Namun, setelah menerima 600 miliar, dia hanya pernah satu kali menghubungi Cedric. Tampaknya pria itu sudah tidak sabar untuk menagih janji."Pak Cedric," sapa Sienna sambil tersenyum.Cedric bertanya dengan nada dingin, "Nona Penny, apa kamu sudah lupa dengan perintahku?""Mana mungkin aku berani lupa? Hanya saja, belakangan ini aku nggak enak badan dan kurang bertenaga. Aku akan menemui Jacob nanti dan melaksanakan perintah Pak Cedric," jawab Sienna.Cedric memicingkan mata dan mulai m
Yasmin menjelaskan, "Tania bilang, waktu itu penculik memilih dia dan Sienna. Tapi, Sienna malah meninggalkan Tania sendirian dan bersembunyi. Jadi, Tania .... Intinya, masalah ini membuat Tania trauma. Sekalipun Ayah sangat sayang kepada Sienna, dia tetap orang luar. Kalau Sienna nggak memberi penjelasan, takutnya Tania akan terus merasa sedih.""Aku pergi lihat kondisi Tania dulu," ucap Darwo. Dia yang awalnya berencana untuk mengasingkan diri menjadi terganggu karena banyak masalah terus terjadi. Darwo dan Yasmin segera pergi ke tempat tinggal Tania.Sesuai dugaan, begitu membuka pintu ruang tamu, suara tangisan Tania langsung terdengar. Tania juga terus meracau, "Ini semua salah Sienna. Kalau bukan karena Sienna, aku nggak mungkin mengalami masalah seperti ini. Sienna pasti sengaja karena Kak Jacob mengabaikannya selama 3 tahun. Jadi, Sienna mau membalas dendam kepadaku. Aku nggak mau hidup lagi."Selama di rumah sakit, Tania mengira dirinya akan merasa senang jika dia melemparkan
Di ruangan lain, Jacob kembali menyelinap ke dalam saluran ventilasi. Dia terus menjelajahi area itu, tetapi dia menyadari tempat itu hanya memiliki tiga titik yang tersambung tidak peduli seberapa keras pun dia mencarinya. Sharon selalu mengawasinya saat pagi hari, sehingga dia tidak masuk ke saluran ventilasi saat hari masih terang.Sekarang, Jacob kembali menjelajahi setiap area dan akhirnya menemukan Bukti. Kamar yang dihuni Bakti berada tepat di bawahnya, sepertinya Bakti juga menyamar sebagai salah satu pegawai tingkat bawah. Memang paling mudah untuk menyamar sebagai pegawai tingkat bawah di sini karena semuanya mengenakan pakaian pelindung yang tebal.Saat ini, Bakti sudah melepaskan pakaian pelindungnya. Meskipun tidak ada lubang yang tersambung di sana, dia bisa mendengar suara Jacob yang mengetuk bagian atas saluran ventilasi karena ada beberapa celah kecil. Dia pun mengangkat kepala dan melihat ke arah datangnya suara itu.Jacob bertanya, "Mana Arlo?"Jika bukan karena memi
Ed mengepalkan tangannya yang terkulai di samping dengan makin erat. Jika sesuai dengan pemikirannya yang sebelumnya, dia akan langsung menyetujui permintaan Mae. Pentingnya posisi ketua ini setara dengan kekayaan sebuah negara dan dia bisa bebas menggunakan obat-obat dari markas penelitian untuk mencapai tujuannya.Ini adalah ambisi yang selalu diinginkan Ed, tetapi sekarang dia malah ragu selama beberapa detik. Sepuluh detik kemudian, dia baru mengangkat kepalanya dengan lembut dan menatap Mae. "Guru, aku mengerti."Mae pun tersenyum. Dia tahu Ed adalah orang yang selalu tidak segan untuk melakukan apa pun demi mencapai tujuannya. Lagi pula, Hans ini hanya seorang kerabat saja. Keberadaan Hans juga tidak begitu penting, sama sekali tidak perlu dipikirkan.Dia mengangkat tangan dan menepuk bahu Ed. "Pergi lanjutkan pekerjaanmu."Ed berbalik, tetapi ekspresinya masih agak muram. Pada saat itu, pandangannya tiba-tiba tertuju pada Jacob.Namun, Jacob tidak menatap Ed, melainkan berjalan
Setelah memastikan beberapa titik yang terhubung dan perkiraan lokasinya, Jacob kembali ke kamarnya dan masuk ke kamar mandi untuk mandi. Saat membuka lemari, dia menemukan beberapa set pakaian pelindung yang baru di dalamnya. Dia langsung mengernyitkan alis dan secara refleks melihat ke sekeliling kamar.Saat tadi baru masuk ke kamar, Jacob tidak membuka lemari itu. Oleh karena itu, dia tidak tahu apakah pakaian itu memang sudah ada di dalam lemari sejak awal atau doktor wanita itu masuk ke kamarnya saat dia pergi. Meskipun pintu kamar terkunci dari dalam, wanita itu pasti memiliki kunci juga. Namun, dia tetap merebahkan diri di atas tempat tidur dan memejamkan mata untuk istirahat.Keesokan paginya, Jacob mengenakan pakaian dan kacamata pelindung sebelum keluar.Sharon sudah berdiri di depan meja penelitian dengan berbagai macam reagen di tangannya. Dia menyodorkan salah satu nampan dan berkata dengan nada yang datar, "Antarkan semua ini ke luar dan serahkan pada orang yang ada di de
Jacob mengalihkan pandangannya, lalu lanjut berjalan. Akhirnya, dia berhenti di aula yang terletak di bagian tengah.Jacob bisa melihat kondisi di aula itu dari beberapa celah. Sekelompok staf penelitian sedang mengurus berbagai data."Mana data fisik monster itu?""Bagaimana kondisi objek di kamar nomor 1? Apa perkembangbiakan hari ini berhasil?""Objek di kamar nomor 3 sudah mati. Suruh orang bereskan mayatnya."Bagi para staf penelitian, orang-orang yang dikurung bukan manusia, melainkan bahan eksperimen. Mereka melanjutkan pembahasan."Kulit objek di kamar nomor 5 sudah membusuk. Virus kali ini sangat berhasil. Selanjutnya, kita bisa menyebarkan virus ini.""Ah! Aku nggak tahan lagi! Biarkan aku mati! Aku nggak mau menggunakan manusia sebagai bahan eksperimen lagi! Tuhan, aku memang manusia berdosa! Aku pantas masuk neraka setelah mati!"Setelah itu, tidak terdengar suara lagi. Suasana di aula menjadi tegang. Kemudian, pintu terbuka. Seorang pria yang memakai seragam berjalan masuk
Jacob mengernyit. Suara pria ini sedikit familier, mirip Ethan. Namun, seharusnya dia bukan Ethan, melainkan saudara kembarnya.Apa mereka juga datang ke markas penelitian? Jacob tidak berlama-lama di tempat itu. Meskipun bisa mendengar suara, dia tidak bisa melihat situasi di dalam ruangan dengan jelas.Sebagian besar tempat tertutup rapat. Jacob hanya bisa melihat ke luar dari celah. Selain itu, dia tidak menemukan titik penghubung di tempat ini sehingga tidak ada jalan keluar. Dia hanya menemukan titik penghubung di kamar yang ditempatinya.Jacob terus berjalan. Akhirnya, dia menemukan titik penghubung lain yang bisa dibuka. Namun, Jacob tidak langsung membukanya. Dia melihat ke bawah.Jacob melihat kamar yang dikelilingi dinding kaca. Seorang pemuda yang berusia sekitar 18 tahun berbaring di lantai kamar itu.Rambut pemuda itu agak panjang sehingga menutupi sebagian wajahnya. Jacob tidak bisa melihat wajah pemuda itu dengan jelas. Namun, Jacob bisa melihat kalung giok di lehernya.
Sharon mengabaikan sanjungan para staf dan menghampiri orang-orang yang terpilih. Beberapa orang ini sudah kehilangan kesadaran.Sharon sangat puas, lalu tatapannya tertuju pada Jacob. Staf bertanya, "Bu Sharon, ada masalah apa?"Sharon menunjuk Jacob dan menyahut, "Suruh dia ikut aku."Staf tampak dilema. Seharusnya, para staf tidak boleh berpindah ke area lain. Sharon bisa datang karena diberi kebebasan oleh petinggi. Sekarang, Sharon ingin membawa pergi seorang staf."Bagaimana?" tanya Sharon dengan aura yang mengintimidasi.Staf itu berkeringat dingin. Dia menunduk dan menjawab, "Oke. Ini permintaan Bu Sharon. Aku akan segera suruh orang ini ikut kamu."Sharon menegaskan, "Aku mau dia ikut aku sekarang."Staf tersebut tampak ragu-ragu. Akhirnya, dia tidak berbicara lagi. Tatapan Jacob menjadi dingin saat dia mengikuti Sharon. Sepertinya, jabatan Sharon di markas penelitian cukup tinggi.Jacob merasa mengikuti Sharon pergi ke area lain adalah kesempatan yang bagus. Mereka melewati b
"Ed, jangan marah," ucap Hans. Dia tidak tahu kesalahan apa yang diperbuatnya. Hans hanya ingin menyenangkan hati Mae. Dengan begitu, Ed juga ikut senang.Apa Hans membuat masalah lagi? Dia tidak tahu harus berbuat apa. Hans tiba-tiba panik, sepertinya dia akan dimasukkan ke dalam ruang penelitian lagi.Hans memanggil, "Ed ...."Ed merasa suara Hans sangat memusingkan. Dia menarik tangan Hans dengan ekspresi marah. Ed tidak pernah marah kepada Hans, tetapi kali ini dia tidak bisa menahan amarahnya.Ed bertanya dengan ketus, "Kamu berhubungan intim dengannya? Apa yang kamu pikirkan?""Aku ... cuma mau kamu senang," jawab Hans."Kamu merasa aku akan senang?" tanya Ed.Hans tampak kebingungan. Dia terus bertanya-tanya apa Ed tidak senang? Ed tiba-tiba merasa malu. Ekspresinya tidak terlihat lembut lagi.Ed sudah tinggal di ibu kota selama bertahun-tahun. Dia pernah melihat dunia yang penuh dengan intrik. Ed sering menghadapi orang-orang yang licik, tetapi sekarang dia tidak mampu menghada
Ed bertanya, "Bu Mae, markas penelitian membutuhkan genius seperti Luna. Kenapa para petinggi mengizinkannya pergi?"Mae meminum teh, lalu menyahut dengan ekspresi bingung, "Sampai sekarang aku juga nggak paham kenapa Luna bisa pergi. Bahkan, Fredie juga nggak mampu bawa Luna keluar dari markas penelitian. Jadi, aku penasaran dengan Fredie."Mae menambahkan, "Jabatan Fredie di markas penelitian nggak terlalu tinggi. Dia bukan petinggi di sini. Jabatannya hampir setara denganku."Mae hanya termasuk anggota inti markas penelitian. Dia belum mencapai posisi petinggi. Mae tidak bisa membawa seseorang keluar, apalagi Fredie.Ed tidak bisa mencampuri masalah ini, tetapi dia mendengarkan ucapan Mae dengan serius. Mae memijat keningnya dan melanjutkan, "Sharon juga terus mencari masalah denganku. Kali ini, hanya dia yang menolak kamu diangkat menjadi ketua. Bahkan, dia meremehkanku waktu di telepon."Sharon sangat disukai para petinggi. Dia bisa bertindak sesuka hatinya di markas penelitian. S
"Aku memang menginginkannya, tapi saran ketua belum diterima," sahut Ed. Jika dia memiliki senjata mematikan ini, menghabisi Jacob dan lainnya sangat mudah.Hans juga berdiri di depan dinding kaca yang tebal. Dinding kaca ini tidak bisa ditembus peluru. Segala sesuatu yang berada di dalam ruangan bisa diamati dari setiap sisi.Bahkan, para staf langsung mengamati proses perkembangbiakan antara 2 manusia. Semua manusia yang berada di dalam ruangan tidak mempunyai harga diri lagi. Mereka bagaikan hewan yang dikurung di dalam kandang.Bisa dibilang, mereka lebih rendahan daripada hewan. Mereka hanya bahan eksperimen.Ed datang melihat senjata mematikan ini beberapa jam sekali. Setiap kali, keinginan Ed untuk memiliki senjata mematikan ini makin besar.Senjata mematikan ini memakai kalung giok kecil. Katanya, dia sudah memakai kalung itu selama bertahun-tahun. Itu adalah giok biasa, jadi para staf tidak mengambil kalung itu.Kalung tersebut membuat senjata mematikan ini berbeda dengan yang