Nama bapaknya Jackson Chen Lee yah, jadi kadang dipanggil dua-duanya, Chen atau Lee
"Saya bersedia," ujar Lyra tegas. Kesungguhan Lyra membuat semua orang pun tidak bisa menganggapnya enteng. Jackson juga terlihat tidak melepaskan tatapan ke arah sang calon istrinya seolah ia sudah menempatkan hatinya padanya. Itu menjadi pusat perhatian seluruh keluarga dan juga sahabat Jackson yang diundang. Tindakannya membuat orang-orang yang tau karakter Jackson keheranan, bagaimana bisa seorang Jackson yang biasanya dingin terhadap wanita sekarang menatapnya dengan penuh cinta, apalagi dulu pengalaman pernikahan pertama Jackson. Mereka terlihat saling sayang tetapi tidak seposesif sekarang. Sekarang terlihat sekali bahwa Jackson l sangat mencintai Lyra dengan tulus tanpa pengaruh dari pihak manapun. Keduanya malu-malu, terasa alami membuat orang lain tidak berani curiga. Apalagi Jackson terlihat ingin melindungi calon istrinya, itu terlihat alami. Terbukti ketika acara itu belum diadakan, Jackson sudah memperingati seluruh keluarga agar tidak mengkritik calon istrinya dalam
Lyra bingung dengan pertanyaan wanita itu, ia tak mengerti apa maksudnya. Wanita itu terluhat berusia 30an tahun, ia masih cantik dan terlihat familiar, atau mungkin ia seorang yang terkenal. "Maaf, Tante, saya gak paham apa maksud Tante,x ujar Lyra hati-hati. "Tante?!" kesal wanita itu melotot. Lyra langsung menunduk, "Maaf, Kak. Saya gak tau, kalau boleh tahu, Kakak siapa ya?" tanyanya. Wanita itu mendengus, "Heh, gue mau memperingatkan lo akan suatu hal, bukan mau kenalan." "Maaf, ya boleh kalau Kakak mau kasih wenjangan." "Dih PD! Pokoknya gue mau bilang sama lo, hidup lo gak akan tenang di keluarga ini, ngerti?!" Lyra yang posisinya lemah saat ini pun hanya bisa mengangguk, "Iya, Kak." "Iya iya, nyebelin banget sih lo anjir!" "Ehem!" Lyra dan wanita itu terkejut mendengar suara itu, Jackson muncul di ambang pintu toilet wanita dan menatap mereka berdua. "Udah, Yang?" tanya Jackson. Lyra menoleh ke arah wanita itu lalu mendapatkan tatapan seolah ia tidak boleh mengaduka
Interaksi Lyra dan Jackson membuat Daniel merasa terusik. Apakah ayahnya benar-benar melakukan ini padanya? Ia belum mempercayai semua kejadian ini, tiba-tiba dan membuatnya sesak. Jika mereka sampai menikah, ia akan terus bertemu dengan Lyra, orang yang ingin Ia hindari. Namun sekarang, ia tidak memiliki pilihan lain. Sebab ayahnya juga mengancamnya, kalau sampai Daniel tidak mau menurutinya dan mencoba menghalangi mereka seperti membuat keributan, tidak menurut padanya, ia akan hidup sendiri dengan usahanya sendiri. Ia mengaku salah bahwa ia menyeret Lyra pada masalahnya, gara-gara kesalahannya yang salah pergaulan. Namun, kini ia juga sudah berusaha untuk keluar dari sana. Meskipun sulit, namun ayahnya malah terus membuatnya stress sendiri, apalagi semenjak Jackson menyatakan ingin menikahi mantannya itu. Bahkan Jackson lebih sering pergi menemui gadis itu. Ia jadi merasa cemburu dengan Jackson tapi, ia jadi bingung sendiri. Entah ia cemburu kepada Jackson atau kepada mantan pac
Sementara itu, begitu tiba di mobil, Prio berkata pada Lyra tentang sikap keluarga Jackson."Bapak nggak ngira kalau keluarga mereka bukan keluarga yang sombong, meskipun kelihatan banget kaya raya." Lyra tersenyum, "Iya. Nggak semuanya, Pak. Ada yang mungkin kurang sreg, cuma gak diperlihatkan aja." "Iya sih, tapi yang penting nenek dan kakeknya sebagai pusat interaksi keluarga itu, baik sama kamu. Makanya, kamu harus deket sama mereka, setidaknya kamu harus punya backing yang kuat. Calon suami kamu juga kelihatan orang yang paling mengendalikan, Bapak lihat ... di antara yang lain, orang-orang kayak segen sama dia, padahal keluarga, dia baik kan sama kamu?" tanyanya. "Iya dong, Pak," ujar Lyra menenangkan. Maka setelah salat subuh, Lyra mendapatkan telepon dari Jackson. ia bertanya bagaimana keluarganya. Kemudian Lyra menjawab kalau orang tuanya sudah pulang ke kampung karena tidak tega meninggalkan adik-adiknya terlalu lama. "Terus gimana, tiketnya kamu yang beliin kan?" "Iy
"Setahuku sih mereka udah cerai lama," ujar Lyra tak bisa mengendalikan diri.Namun, entah kenapa setelah mengatakan itu ia jadi merasa tindakannya salah. Ia melirik Vita dan terlihat menatapnya dengan aneh, tidak biasanya Lyra menjadi orang yang menyampaikan informasi. Biasanya, ia akan tutup mulut dengan apapun yang ia tahu, tapi sekarang Vita merasa bahwa Lyra sedang tidak beres. "Wah coba gue lihat dulu." Salah satu dari mereka pun Googling tentang mereka dan ternyata apa yang dikatakan Lyra benar. "Wah iya bener, mereka udah cerai guys!" "Jadi sekarang berarti bokapnya Daniel hot duda dong, ya. Mana hot banget lagi kelihatannya, duh jiwa sugar babyku merontah." "Mulai deh, ih!" ujar Vita yang kesal melihat temannya heboh itu. Semakin didengar, entah kenapa Lyra malah semakin sebel. Akhirnya ia pamit, disusul Vita yang menyadari kegelisahan sahabatnya itu.Mereka pun berhenti di kantin dan Vita langsung bertanya pada Lyra."Ra, lu kenapa sih hari ini, kayak nggak bersemanga
Jackson sengaja pulang dari kampus anaknya langsung ke apartemen yang ditempati oleh Lyra. Namun ketika ia ke sana justru yang ia lihat hanya Bi Wati, ia mengatakan kalau Lyra belum pulang, ia bilang ada acara makan-makan bersama di kampus, karena jadwalnya memang begitu. Jackson jadi menyesal karena tadi menolak ajakan para dosen untuk makan bersama, tetapi sepertinya ia harus ke sana memantau bagaimana calon istrinya berbaur dengan teman-temannya. Sampai di kampus lagi, Jackson melihat anak-anak yang sudah melewati sidang skripsi mereka makan bersama dengan teman-temannya. Acara seperti itu adalah budaya dari kampus tersebut. Maka bagi yang belum ikut sidang skripsi pun bisa ikut, intinya acara itu diperuntukkan untuk angkatan yang akan segera lulus. Jadi tidak ada deskriminasi di sana, hanya saja mungkin ada tekanan pribadi para mahasiswa yang belum berhasil menyelesaikan skripsinya, sehingga belum ikut sidang. Namun hikmahnya, hal itu bisa jadi motivasi agar mereka merasa malu j
Setelah itu Jackson pulang dan meninggalkan Lyra yang merasa bersalah dan ingin menangis. Ia juga tidak tahu kenapa perasaannya jadi emosional, hanya karena Lyra tidak membalas pesannya. Apakah sikapnya itu bisa dikatakan normal? Ia harusnya bersikap dewasa sebagai orang yang lebih dewasa dari Lyra tapi, hanya karena sebuah pesan ia jadi emosional seperti itu. Apalagi ia malah bersikap seolah ia menegaskan kalau mereka hanyalah bawahan dan atasan, sehingga tidak ada hak bagi Lyra untuk melakukan sesuatu sesuai kehendaknya sendiri. Sementara itu, Lyra langsung mencuci piring dan menenangkan diri agar tidak sampai menangis. Mungkin ini salahnya karena terlalu berharap pada Jackson, harusnya ia tidak terbawa suasana saat Jackson bersikap baik padanya. Ia harusnya sadar di mana posisinya dan tidak merasa aman ketika bersama Jackson. Jackson bisa saja berubah pikiran, berubah sikap dan ia bisa saja jadi orang yang sangat mengerikan. Harusnya ia mengingat lagi, bagaimana awalnya mereka
Tidak, Jackson tidak sedang tertawa bersama mantan istri dan anaknya, tapi Ia hanya tersenyum tipis menanggapi candaan mereka berdua. Pikirannya tidak ada di sana. Ia terus memikirkan bagaimana Lyra memandangnya seperti melihat monster? Apa karena ia galak padanya? Namun, entah kemapa tatapan itu sangat menyakitkan, sepertinya Lyra menghindarinya. Jackson terus bertanya-tanha, apa yang membuatnya begitu. Akan tetapi, saat ini ia hanya bisa berpikir bahwa mungkin ada hal yang mengganggu Lyra. Mungkin itu masalah kedua orang tuanya atau ada masalah lain. Ia terus menatap layar ponsel menunggu balasan dari Lyra tapi, gadis itu tidak membalas pesannya, sehingga ia langsung menelepon tetapi tidak ada yang mengangkat. Ia langsung menelpon Bi Wati dan bertanya padanya, "Apa yang terjadi?" Lalu Bi Wati menjawab kalau Lyra sedang istirahat, mungkin Lyra ketiduran saat akan membalas pesannya. . Sore harinya, Prio dan Sulastri langsung pulang kembali ke kampung halaman, sementara Lyra mas