Pov RajaBeberapa hari ini, aku disibukan dengan kasus perampokan sekaligus pembunuhan Ayah dari istri kedua suami Abel. Bimbang ingin ku beritahu Abel atau tidak, takut menambah beban pikirannya jika aku memberitahunya.Hari ini, hari liburku. Aku akan kembali menjenguknya. Karena terlalu lelah, aku tak larat pergi ke sana selama hampir dua minggu ini, jadi kuputuskan untuk pergi siang ini juga.Satu ponsel sudah ku siapkan untuk Abel. Sejak dia kabur, dia tak berani menyalakan ponselnya. Aku bingung jika ingin menghubunginya sekedar menanyakan kabar.Mobil segera ku hentikan sejenak di depan sebuah supermarket. Aku membeli susu hamil dan beberapa kebutuhan dapur untuk Abel.Di supermarket ini, temanku Ikhsan kembali datang. Dia memberikan kunci mobil sewaanya beserta jaket, kumis palsu, topi dan kacamata. Aku segera pergi toilet untuk memakai barang-barang pemberian temanku. Ini untuk mengecoh penguntit yang diam-diam mengikutiku. Aku yakin, Heru belum menyerah juga. Dia pasti masi
Pov PutraAku tak menyangka hidupku sesial ini. Baru sehari jadi buronan polisi aku sudah kelaparan. Tak ada barang berharga apapun yang bisa ku tukar dengan uang. Akhirnya akupun terpaksa hidup jadi gembel di kolong jembatan. Hidupku makin berantakan setelah gagal merampok. Kenapa sih, aku nekad memukul penipu itu. Harusnya ku kuras saja uang gajinya, dengan mengancamnya akan menceraikan putrinya kalau dia tak mau memberikan gajinya padaku.Ingin sekali ku hubungi ibu, namun aku tak berani. Dia tinggal di kontrakan Dita. Bagaimana nasibnya dan Citra setelah Dita tahu akulah pembunuh Ayahnya. Tak terasa cairan bening memaksa keluar dari pelupuk mataku. Ini pertama kalinya aku menangis. Seandainya saja dulu aku tidak menghianati Abel hanya demi wanita murahan seperti Dita dan yang lainnya, hidupku takan serumit ini. Kurang apa coba Abel terhadapku, meski dia sering mengomeliku yang tak kunjung kerja setelah pernikahan kami, namun dia tak pernah melupakan tugasnya sebagai istri. Bahkan
Pov Author"Bang Ikhsan, tolong Abel, Bang!" ucap lemah Abel. Putra terkejut melihat Abel ternyata mengenal polisi yang ada di samping mobilnya. Karena tak mau tertangkap Putra segera kembali melajukan mobilnya tanpa peduli keselamatannya. Dia terus melajukan mobilnya dikecepatan tinggi. Satu mobil polisi dan dua motor mengejarnya."Bel, kau kenapa?"Tangan kiri Putra menyentuh lengan Abel."Bel, bangun!"Abel tak kunjung bangun, fokus menyetir Putra hilang."Bel, bangun. Asalkan kamu bisa bertahan aku janji bisa lepas dari kejaran polisi-polisi itu dan segera membawamu ke rumah sakit."Hidung dan mata Putra mendadak merah. Untuk pertama kalinya ia menyesali perbuatan kasarnya pada istrinya.Mobil masih melaju dikecepatan tinggi."Aku hanya kalap karena terlalu cemburu denganmu, Bel. Bangunlah! aku minta maaf."Air mata Putra keluar juga. Pertahaannya jebol.Mobil terus melaju, hingga saat mobil Putra sedang melintas di jembatan besar. Putra menghentikannya ditengah jembatan."Maaf, k
Pov CitraAku tak menyangka Mbak Dita tega sekali dengan keluargaku. Dulu dia tega menjadikan kami seperti pembantunya. Setelah itu dia rela melaporkan aku dan ibu ke polisi. Aku yang kesal saat itu justru membuka kedokku dan ibuku sendiri di depannya dan polisi yang sedang menyamar bersamanya. Aku baru tahu maksud ibu menamparku saat itu. Itu karena aku terus membongkar kebusukan kami yang justru membuat celaka aku dan ibuku.Tak sampai di situ saja kekejaman Mbak Dita. Dia tega merampas emas-emas ibu sampai membuat penyakit jantung ibu kumat. Ibu meninggal dan aku harus mendekap di penjara beberapa hari saat itu.Tiga hari aku di penjara, namun tiba-tiba perempuan sinting itu mencabut tuntutannya. Aku pikir saat itu dia mencabut tuntutannya karena merasa bersalah karena kematian ibu. Tapi ternyata tidak. Perempuan itu dengan tega menjualku pada lelaki hidung belang. Dan lelaki itu kini menyekapku di sebuah rumah mewah dengan penjagaan ketat karena aku terus melakukan perlawanan dan
Pov DitaWaktu berlalu, semenjak kepergian Ayahku, ibuku menjadi seperti orang gila. Tiap hari dia menangis dan tertawa seorang diri. Karena sikapnya yang seprti itu majikannya memecatnya dari pekerjaannya. Kini aku titipkan ibuku pada keluarga budhe ku.Meski aku sudah membalas dendamku pada keluarga benalu itu, aku masih sangat-sangat membenci keluarga itu. Bayangan rasa bersalah pada Ayahku terus menghantuiku. Aku menyesal telah menghadirkan menantu brengsek seperti Mas Putra pada Ayahku.Malam ini aku kedatangan tamu tak diundang. Rumah kontrakanku di datangi pereman entah suruhan siapa. Aku segera menelpon Pak Raja. Lumayankan, aku jadi bisa bertemu dengannya tanpa harus mendatangi rumahnya. Ini kesempatan emasku untuk berpura-pura menangis dan lemah padanya nanti setelah dia datang menghajar para pereman. Kemudian saat ia lengah, aku akan memasukan obat tidur dan menjebaknya hingga dia mau menikahiku.Namun semua rencana itu hanya menjadi angan-anganku saja. Lelaki tampan itu ma
Pov Author"Demi aku? jangan ngelantur lagi, dech! jangan bawa-bawa namaku lagi dalam masalahmu. Sekarang keluar dari ruanganku sebelum aku panggil polisi yang berjaga di depan untuk mengusirmu!" ancam Abel sambil mengarahkan jari telunjuknya kearah pintu keluar."Ok, aku akan keluar. Tapi ingat, Bel. Aku enggak akan menyerah cuma gara-gara kamu mengusirku.""Dasar sinting! aku rasa kau perlu ke psikiater, Mas! Jiwa dan pikiranmu pasti bermasalah. Kau perlu berobat." maki kembali Abel yang semakin jijik dengan ucapan suami temanannya itu."Terserah kamu, Bel. Mau anggap aku gila, sinting atau lainnya. Tapi tolong jangan marah-marah lagi. Kamu baru pulih dari sakitmu." ucap Heru menenangkan Abel."Makanya cepat keluar dari sini, kalau enggak mau lihat aku tambah mengamuk!"Heru mengikuti ucapan Abel, dia akhirnya mengalah keluar.Abel kembali menetralkan emosinya sepeninggalan Heru.Di dalam mobil Heru terdiam. Dia masih belum juga melajukan mobilnya. Rasanya dia sudah kehabisan akal u
Putra membuka matanya pelan-pelan. Rasa sakit di bagian lengannya cukup menyiksanya. Matanya menyapu seisi ruangan ketika baru terbuka, sepertinya seseorang telah menolongnya ketika hanyut disungai dan membawanya ke rumah sakit terdekat.Dirabanya lengan yang sudah diperban, peluru yang bersarang di sanapun sudah dikeluarkan. Entah berapa lama dia tak sadarkan diri sebelumnya, yang jelas dia merasa sangat beruntung masih di beri kesempatan untuk hidup hingga sekarang.Putra bangkit perlahan-lahan, tak ada seorangpun yang menungguinya di ruangan tempatnya di rawat, ini merupakan waktu yang pas untuknya kabur dari rumah sakit tersebut.Sebelum kabur, dia mencari dompet miliknya terlebih dahulu dalam laci meja yang ada di sebelah ranjang, dia tersenyum lega melihat dompetnya ada disana.Puluhan lembaran merah masih tersusun rapih di dalam dompet. Sepertinya warga yang menolongnya sangat jujur hingga orang itu tak mengambil sepeserpun uang miliknya.Pelan Putra mengintip ke luar ruangan,
Pov RajaSetelah kepergianku dari rumah sakit, aku mendapat laporan tentang ditemukannya jasad manusia yang sudah hangus terbakar di dalam sebuah rumah yang terletak agak jauh dari pemukiman warga. Dari hasil sementara diperkirakan itu adalah jasad dari suami Abel 'Putra'. Karena adanya tanda pengenal palsu dengan foto lelaki itu di dalam dompet yang nyaris hangus terbakar. Namun ini masih dalam penyelidikan polisi, kami masih banyak memerlukan banyak bukti lagi untuk benar-benar memastikan bahwa itu benar-benar jasad lelaki itu.Karena kasus ini aku harus lembur dan telat pulang. Alhasil ketika aku sampai di rumah sakit, Abel sudah tertidur pulas. Malam ini, dia terlihat sangat nyenyak. Aku sampai tak tega membangunkannya sekedar untuk menanyakan apakah dia sudah makan atau belum.Karena lelah, aku juga menyusul tidur. Meski hanya tidur di sebuah kursi, aku tetap bisa terlelap.Pukul lima pagi, aku kembali terbangun. Abel masih terlelap tidur. Sekali lagi aku tak berani membangunkann