“Hari ini juga aku akan pergi dari sini." Freya berucap tegas sambil menyodorkan kopi pada Alex. Wanita itu memandang tajam suaminya yang terlihat enggan menatap balik.
Alex terlihat bugar dan tampan seperti biasanya. Berbanding terbalik dengan dirinya yang semalaman tidak bisa tidur tanpa Alex di sisinya. Tak ingin tidur seranjang dengan suaminya, Freya memutuskan untuk tidur di kamar lain.“Baiklah, kalau itu maumu. Aku akan memberikan uang kompensasi atas semua yang telah kau lakukan selama menjadi istriku,” sahut Alex enteng, sembari menyeruput kopi buatan Freya. “Tidak perlu! Semua yang kulakukan adalah kewajibanku sebagai istrimu. Kamu tidak perlu memberikan uang kompensasi apapun untukku,” kilah Freya yang tidak ingin menerima apapun dari Alex. Ia tak sudi menerima belas kasihan dari pria yang telah mengkhianati ketulusannya.Namun, Alex mengabaikan perkataan istrinya. Pria itu sudah memiliki rencana untuk memberikan beberapa asetnya pada Freya bila mereka bercerai. Mungkin dia akan langsung memberitahukan rencananya kepada pengacara yang mengurus perceraian mereka. Tentu saja semua akan dilakukan secara diam-diam, agar kakek mereka tidak tahu.Freya menaikkan alisnya ketika suaminya menanyakan kembali keputusannya. “Freya, apa kau yakin dengan keputusanmu? Haruskah kita bercerai?” tanya Alex dengan wajah serius. ‘Mengapa dia terus menanyakan ini, sih? Jadi kesal aku!’ gerutu Freya dalam hati. “Ya, aku tidak pernah seyakin ini dalam memutuskan sesuatu. Aku ingin kita mengakhiri hubungan tidak sehat ini,” jawab Freya dengan mantap. Dia sudah memikirkan segalanya, Freya tidak ingin terbelenggu dengan pernikahan yang semu ini. Alex mengeraskan rahangnya, tak menduga akan keteguhan hati Freya. Akan tetapi, pria itu dapat kembali menahan dirinya sendiri. “Baiklah, aku akan mengabulkan keinginanmu. Aku akan segera memproses perceraian kita,” timpal Alex tak berniat untuk membuat Freya membatalkan niatnya.“Ya, aku sudah tak sabar untuk menandatangani dokumen perceraian kita. Tak hanya kau yang akan bebas untuk kembali kepada mantan tercintamu itu, akupun bebas mencari pasangan baru,” balas Freya dengan senyum tersungging lebar di wajahnya. Dia mengira suaminya akan membujuk atau merayunya agar Freya mengurungkan niatnya bercerai. Namun, semua itu hanya berada dalam angan-angan Freya.Saat bangkit dari duduknya, Alex bertanya, ”Ke mana tujuanmu? Di mana kamu akan tinggal nanti?” tanya Alex penasaran. Bagaimanapun sebalnya dia terhadap Freya, pria itu tak mau wanita itu menjadi gelandangan, atau berada di tempat yang tidak seharusnya.“Sudahlah, Alex! Banyak tempat yang bisa menampungku, aku tidak akan mati kelaparan. Jangan banyak tanya tentang urusanku! Kamu urus saja dokumen perceraian kita secepatnya, nanti kau bisa menghubungiku bila membutuhkan tanda tanganku,” sergah Freya yang tak ingin Alex mengetahui keberadaannya nanti.Freya sudah memutuskan akan menemui sahabatnya. Semalaman, Freya menangisi pernikahannya dengan Alex yang berada di ujung tanduk. Di keputusasaannya dia telah menghubungi sahabatnya, Renata. Sore hari ini, mereka janji untuk bertemu karena Renata harus bekerja terlebih dahulu. “Apa aku perlu mengantarmu ke tempat tujuanmu?” tanya Alex pada Freya. Wanita itu langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat. “Tidak perlu. Aku bisa pergi sendiri. Terima kasih atas dua tahun ini, Alex. Aku harap dengan perpisahan kita, kamu dapat berbahagia karena tidak ada lagi yang akan menghalangi hubunganmu dengan wanitamu itu,” sindir Freya sekali lagi. Alex menautkan kedua alisnya. Ternyata Freya yang ia kenal lembut, bisa berbicara sepedas itu. “Ya, baiklah, terserah kamu saja Aku akan segera menghubungimu bila dokumen perceraian kita telah siap,” sahut Alex pasrah. Ia berbalik tanpa melihat Freya dan berjalan keluar rumah.Tidak ada jabatan tangan ataupun kecupan perpisahan. Freya menatap pria itu dengan sedikit gamang, hatinya masih terpaut pada Alex. Namun, dirinya tidak bisa lagi menahan rasa sakit yang terus tumbuh dalam dirinya. ‘Aku harap kita tidak akan pernah bertemu lagi, Alex. Aku tak mau cinta yang telah kupupus itu tumbuh kembali jika kita bertemu lagi,’ batin Freya menatap punggung Alex yang berjalan menjauhinya.Menjelang sore, Freya memasukkan kopernya ke dalam mobil miliknya. Sebelum kepergiannya, dia memandangi rumah yang memiliki kenangan pernikahannya dengan Alex. Freya tersenyum dan melangkah menuju mobilnya, “Selamat tinggal, Alex!” gumam Freya lalu masuk ke mobilnya dan melaju menuju restoran untuk bertemu dengan Renata. Ternyata Renata sudah terlebih dahulu sampai, dan menunggunya. Freya menepuk pundak Renata, “Hai, kamu sudah lama menungguku?” sapa Freya sembari tersenyum kepada sahabatnya itu.“Hai, Frey! Belum lama aku menunggumu, tenang saja. Bagaimana kabarmu?” jawab Renata. Ia memperhatikan mata sahabatnya yang terlihat sedikit sembab.“Kamu habis nangis?” Renata segera bertanya, tak sanggup menutupi keheranannya. Saat menghubunginya, Freya terdengar baik-baik saja. Dia tidak mengetahui keadaan sahabatnya karena tidak melihat wajahnya secara langsung.Freya terdiam sesaat, dia menganggukkan kepalanya. “Aku akan bercerai dari Alex,” cetus Freya mengawali ceritanya. “Apa? Bagaimana bisa? Apa yang dilakukan Alex hingga kamu ingin bercerai darinya?” cecar Renata pada sahabatnya. Dia tidak pernah mendengar keluhan dari sahabatnya itu tentang pernikahannya dengan Alex. Selama ini, Freya selalu mengatakan bahwa dia bahagia bisa menikah dengan Alex walaupun pernikahan itu diawali dengan perjodohan. “Alex tidak pernah mencintaiku. Dia memiliki wanita idaman lain. Aku sudah lelah terus bersabar dan berjuang selama ini, tapi tak ada balasan darinya,” tutur Freya pedih. “Bukankah dari dulu sudah pernah kukatakan? Seharusnya kamu mencari tahu dahulu tentang Alex. Jangan langsung menerima perjodohan itu dan menikah dengannya. Zaman sekarang tidak ada cinta seiring berjalannya waktu, Frey! Apalagi kalian menikah karena perjodohan, tentu saja tidak ada cinta di antara kalian!” geram Renata setelah mendengar penuturan sahabatnya. Mata Freya kembali memerah karena teguran sahabatnya itu. Dia tidak pernah menyesali pernikahannya dengan Alex. Hingga detik ini, cinta Freya kepada Alex belum lenyap sepenuhnya. Namun, mengetahui Alex memiliki wanita idaman lain membuat Freya kehilangan seluruh harapannya.“Aku kira aku bisa membuatnya mencintaiku. Aku tidak menyangka sangat sulit mendapatkan hatinya.” keluh Freya sambil menahan tangisnya.“Apa? Kamu mau nangis lagi? Sudah cukup kamu menangisinya! Frey, kamu itu cantik, pintar, selepas bercerai dari Alex, kamu pasti bisa menemukan pria yang seratus kali lebih baik darinya. Buat dirinya menyesal telah melepaskanmu! Jangan lembek dan terus menangisi pria tidak tahu diri itu!” omel Renata sebal ketika melihat sahabatnya itu hendak mengeluarkan air matanya lagi.Freya memanyunkan bibirnya karena mendapatkan omelan dari Renata. Lalu ia teringat wanita idaman Alex yang dielu-elukan oleh suaminya itu.“Ya, aku tidak boleh menjadi lemah seperti ini. Untuk apa menangisi pria yang tidak pernah menghargai usahaku selama ini? Seharusnya sudah sejak dulu aku meminta cerai dari Alex. Memang dasar, Alex lelaki brengsek!” umpat Freya merutuki pria yang masih menjadi suaminya itu.“Ya. Teruslah mengumpat, keluarkan semua makianmu! Jangan memendamnya, dan jangan tangisi pria bajingan seperti Alex! Seharusnya, kita merayakan perceraianmu dengan lelaki itu.” imbuh Renata mengompori Freya. Freya langsung mengerti arti senyuman Renata. Sahabatnya itu sangat gila berbelanja, itulah 'perayaan' yang dimaksudnya. Ketika salah satu dari keduanya memiliki masalah, mereka melampiaskannya dengan shopping. Maka, berakhirlah hari itu dengan kedua sahabat itu berbelanja hingga kalap. Freya merasa perasaannya menjadi sedikit lega. Ia tersenyum pada Renata ketika mereka selesai bersenang-senang dengan membeli barang yang bahkan tidak penting. “Terima kasih karena telah menghiburku, Ren.”"Dengan senang hati, besti!" sahut Renata riang. Lalu dia mengucapkan hal yang membuat Freya melongo. "Besok kita akan memulai rencana kita untuk mencarikanmu pria pengganti Alex."“Apa-apaan kamu Ren? Aku itu belum bercerai dari Alex. Bagaimana mungkin kamu memintaku untuk mencari pria lain?” sungut Freya mendengar usulan gila sahabatnya. Luka di hati Freya belum mengering, sahabatnya malah ingin menghadirkan pria baru dalam hidupnya. Dia saja masih berjuang untuk move-on. Freya tidak ingin menambah luka dengan mencari pengganti Alex secepat itu.“Hahaha." Renata malah tertawa keras. Freya yang gemas pun menumpuk lengannya sampai wanita itu meringis."Santai saja, Frey, aku hanya bercanda. Jangan terlalu serius, kamu itu harus menikmati hidup!” sahut Renata sembari mengibaskan tangannya.Bibir Freya mencibir, matanya melirik sebal. “Dasar Renata! Kukira kamu benar-benar memintaku untuk mencari pria lain. Rasanya aku masih belum sanggup bahkan untuk sekadar berkenalan dengan seorang pria, Ren,” tutur Freya yang masih diliputi kegalauan. “Makanya tadi aku mengusulkan untuk mencari pria baru, maksudku aku ingin kamu tampil kinclong, cantik memukau, bukan seperti
“Ren, carikan aku suami baru!" celetuk Freya sembari menatap Renata dengan wajah serius.Mata Renata melotot tak percaya. "Kamu salah makan atau memang sudah gila karena tak lagi bersama Alex?" Dengan main-main disentuhnya dahi Freya yang tak sedang demam.Freya terkekeh dan menepis tangan sahabatnya itu. "Canda, Ren! Maksudku carikan aku pekerjaan. Aku sudah tak sanggup menjadi pengangguran terlalu lama,” terang Freya meralat ucapannya.Dua minggu setelah meninggalkan rumah Alex, Freya merenung, memikirkan masa depannya. Dia memutuskan untuk kembali bekerja. Freya ingin kembali sibuk, dan tak menjadi benalu bagi Renata.“Ide bagus! Kalau begitu kamu bekerja saja di perusahaanku. Kebetulan kami membutuhkan seorang arsitek lagi untuk menangani proyek baru,” usul Renata yang senang Freya mengambil langkah untuk maju.Setelah tinggal di apartemennya Freya sering terlihat melamun dan tidak bergairah. Renata berpikir mungkin sahabatnya masih belum bisa melupakan Alex. Keputusan untuk beker
"Ih, apaan sih? Tidak ada dalam kamusku untuk kembali pada Alex. Lagi pula, kami akan segera bercerai," bisik Freya pada sahabatnya yang masih tersenyum menggodanya. Renata masih saja tersenyum pada Freya. "Ya, coba saja kamu lihat. Alex selalu menatapmu," ucap Renata sambil melirik pada pria yang dari tadi menatap Freya intens. Freya menengadahkan kepalanya melihat Alex yang menatapnya. Mata mereka bertemu, tetapi Freya segera mengalihkan pandangan. Alex mengamati wajah istrinya dengan cukup lama, ada setitik kerinduan dalam hatinya. Beberapa hari yang dia rasakan tanpa Freya, membuatnya sadar arti keberadaan istrinya. "Ehm, bisa kita mulai rapatnya?" tanya Alex pada semua orang yang berada di ruangan rapat. Dia harus bersikap profesional walaupun ada Freya dalam ruangan yang sama dengannya. Ketegangan mulai terjadi, tim Freya melakukan presentasinya. Kini, giliran Freya menjelaskan tentang rancangan desain yang telah dia buat untuk pembangunan resort Perusahaan Kingston. Terliha
"Tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan!" Freya mendorong tubuh Alex dengan sekuat tenaganya. dia berlari sekuat tenaganya menjauhi Alex.Alex hendak mengejar Freya, tetapi langkahnya dihentikan oleh Renata yang sudah keluar dari ruang rapat. "Hentikan, Pak! Aku mohon jangan mengejarnya lagi! Tolong biarkan Freya menata hatinya kembali!" pinta Renata menatap Alex dengan tajam. Renata tidak ingin mendapati sahabatnya kembali sedih karena dibayangi oleh Alex. Freya pasti terkejut karena perusahaan tempatnya bekerja sama dengan perusahaan Alex. Ternyata, langkah Freya bekerja kembali dapat menjadi bumerang baginya. "Jangan ikut campur masalah rumah tanggaku! Kamu tidak tahu apa pun tentang hubungan kami!" tegas Alex pada Renata yang mendengus mendengar pernyataan Alex. Alex segera mengejar Freya, tetapi wanita itu telah lebih dulu pergi menggunakan mobilnya. "Sial! Seharusnya aku mengejarnya lebih cepat!" gerutu Alex mengepalkan tangannya. Sekretaris Alex yang bernama Felix mengham
"Bagaimana keadaan Kakek? Mengapa bisa hal ini terjadi padanya?" tanya Freya pada Alex yang sedang berdiri di luar ruangan ICU dengan cemas. Alex menolehkan kepalanya menatap Freya. "Aku tidak tahu, dokter mengatakan sakit jantungnya kambuh. Pelayan menemukannya di dalam kamarnya," jawab pria yang masih memandangi wajah Freya dengan intens. Freya melirik Alex yang terus menatapnya. "Ada apa? Apa ada yang salah dengan wajahku?" tanya Freya melihat pandangan mata Alex tertuju padanya. "Kamu habis menangis? Apa ini semua karenaku, Frey?" Alex mengatakannya dengan penuh percaya diri. Dia yakin kejadian di ruang rapat menjadi alasan Freya menangis. Alex menyadari kalau perbuatannya mencecar Freya dengan berbagai pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu. Tindakannya sangat kekanakan karena melihat Freya ada dihadapannya. Bahkan, bekerja di perusahaan kecil. Alex tidak menyukai Freya bekerja, dia terlihat begitu cantik dan mandiri sehingga membuat beberapa pria tertarik pada istrinya. "Ja
"Apa yang tadi kamu ucapkan?" tanya Freya tiba-tiba menghadap ke arah Alex yang berada di sampingnya. Alis wanita itu naik ke atas, sekilas Freya mendengar perkataan suaminya. Alex yang ditanyai Freya sedikit gelagapan, tetapi dengan cepat dia menetralkan raut wajahnya. "Aku tidak mengatakan apa pun, Sayang. Mungkin kamu salah mendengarnya," kilah Alex menjawab pertanyaan Freya. Alex mengalihkan pandangannya menuju Kakek Brian, dia mendekat pada Kakeknya. Alex mengucapkan perkataan yang membuat Brian dipenuhi harapan. "Aku akan terus berusaha untuk membuat cicit untuk. Oleh karena itu, Kakek harus sembuh dari penyakitmu dan melakukan operasi pemasangan ring di jantungmu. Aku berjanji padamu, Kek. Kami akan memberikan cicit yang lucu untukmu," janji Alex pada Kakek Brian.Freya tersenyum kecut mendengar perkataan Alex. Dia ingin menolak permintaan Brian, tetapi tidak tega karena kondisinya. Hatinya dipenuhi oleh kegundahan tentang cara memenuhi permintaan Brian. "Baiklah, terima kas
"Aku melakukan sesuatu yang mungkin tidak dapat kamu terima dengan baik," ucap Freya menatap Alex dengan pandangan yang berbeda. Alex terdiam mendengar perkataan Freya, hatinya berdebar takut dengan hal yang akan diucapkan oleh Freya. "Apa yang sudah kamu lakukan?" tanya Alex yang isi otaknya sudah dipenuhi dengan pikiran liarnya. Alex membayangkan kalau Freya ternyata tidak lagi mencintainya sehingga dia berselingkuh di belakangnya. Bila istrinya melakukan hal yang sama dengan mantan kekasihnya dulu, entah harus siapa lagi yang dia percayai. "Selama ini aku meminum pil pencegah kehamilan, sehingga selama dua tahun pernikahan kita aku belum kunjung hamil. Maafkan aku, yang melakukan hal tersebut tanpa izin darimu, aku memiliki alasan sendiri hingga tidak dapat mengatakannya padamu," ungkap Freya pada suaminya. Tubuh Alex seketika membeku, dia tidak menyangka Freya melakukan hal tersebut. Dulu, Freya beberapa kali mengatakan ingin memiliki anak, tetapi Alex tidak menggubris pernyat
"Aku ... aku jelas merindukanmu. Kehilanganmu beberapa hari saja sudah membuatku merasa resah," ungkap Alex dengan jujur. Freya melepaskan pelukannya pada pria yang masih mengisi hatinya. Alex tetap memaksa Freya dan memeluknya, dia sangat rindu dengan wangi manis yang tercium dari badan Freya.Freya menyejajarkan badan mereka, dia ingin melihat dengan jelas wajah Alex saat mengatakan rindu padanya. "Katakan sekali lagi kalau kamu merindukanku!" pinta Freya dengan wajah yang sumringah. Alex membuang mukanya dan menatap pada Brian yang tertidur lelap. Dia malu untuk menatap Freya yang masih menunggunya mengucapkan perkataan rindu. "Sudahlah, Frey. Aku hanya akan mengatakannya sekali saja dan tidak mengulanginya lagi. Kau pun sudah mendengar perkataanku, bukan?" ucap Alex dengan mata yang tidak tertuju pada wanita yang masih berada dalam dekapannya. Freya memanyunkan bibirnya, wanita itu ingin melepaskan dekapan Alex yang hampir membuatnya terbuai. "Aku ingin beristirahat, kamu tidur