Bel akhir pelajaran telah berbunyi, Dhilla menghirup napas lega. Bel akhir pelajaran, menyelamatkan dirinya dari cowok aneh yang tidak berpaling menatapnya. Dan tentu saja hal itu membuat Dhilla kesal setengah mati. Bayangkan saja, Abimanyu bukannya memperhatikan guru di depan kelas, justru malah memperhatikan dirinya sepanjang jam pelajaran berlangsung. Dari pagi sampai siang, bahkan laki-laki tampan itu ngintilin Dhilla kemanapun ia pergi, kecuali ke toilet.
Dhilla berjalan menyusuri lorong kelas bersama Sabrina, teman satu kelasnya. Dan ternyata Sabrina itu adalah temannya dulu waktu taman kanak-kanak. Bersyukur Sabrina masih ingat dengannya, dan Sabrina juga baik. Karena memang dulu dirinya dan Sabrina berteman akrab dan bertetangga.
“Kayaknya si Abi masih bucin sama kamu, deh” Ujar Sabrina yang menggandeng lengan Dhilla.
Mendengar itu, Dhilla menghentikan langkahnya. Lalu, menghadap Sabrina, “Abi?” Tanya Dhilla dengan dahi yang mengerut.
Sabrina mengangguk, “Iya, Abimanyu yang sebangku sama kamu.” Ujarnya melepas gandengan ditangan Dhilla, “Yang dulu pas kecil suka ngintilin kamu.” Kata Sabrina terkekeh.
“Hah?” Dhilla bingung, dan mengingat-ingat teman kecilnya dulu. Lebih tepatnya mengingat teman kecilnya yang bernama Abimanyu.
Dhilla tidak begitu ingat tentang apa yang baru diucapkan oleh Sabrina. Maklum usianya waktu itu masih sangat kecil, 6 tahun dan masih duduk di taman kanak-kanak. Tapi, ada beberapa memori yang terekam diotaknya. Ada anak laki-laki yang suka ngikutin ke mana ia pergi, sampai-sampai ia kesal dan sering mengadu ke Mamanya. Bahkan, anak laki-laki itu tidak malu meminta ke mamanya untuk meminta dirinya.
“Tante, boleh ya Dhilla aku minta.”
Suara lucu anak laki-laki tiba-tiba terngiang dalam ingatan Fadhilla. Tapi, seingatnya Abimanyu teman masa kecilnya itu tubuhnya gempal serta pipinya tembem dan dekil. Namun, Abimanyu yang sekarang, sungguh berbeda. Abimanyu yang menyebalkan itu, mempunyai sorot mata tajam dan wajah super tampan. Bahkan tidak terlihat dekil sama sekali.
Melihat Dhilla yang diam, Sabrina menelisik wajah ayu itu penuh selidik, “Jangan bilang kamu lupa sama Abi, fans fanatic kamu pas kecil dulu?” Sabrina terkekeh, menyadarkan Dhilla yang mencoba menginggat masa kecilnya dulu.
“Abimanyu yang tinggal di komplek sebelah itu, ya?” Tanya Dhilla memastikan ingatannya akan nama Abimanyu yang diingatnya.
Dan Sabrina mengangguk, “Iya, siapa lagi kalau bukan Abimanyu yang anaknya om Fauzan sama tante Della.” Sabrina menyenggol lengan Dhilla, “Dan, sampai sekarang bucinya si Abi nggak luntur deh sama kamu.” Sambung Sabrina yang hanya dibalas Dhilla dengan mengedikan bahu saja.
Larut dalam obrolan masa kecil, mereka Dhilla dan Sabrina tidak menyadari bahwa mereka sudah sampai di pintu gerbang. Dhilla mengambil ponselnya di dalam tas, hendak memesan ojek online. Namun, didalam setiap sisi tasnya, Dhilla tidak menemukan ponselnya.
“Brin, ponselku ketinggalan di kelas deh kayaknya.” Ujar Dhilla lemah. Sungguh gadis ayu itu malas untuk kembali ke kelasnya yang di ujung sana, “Aku kembali ke kelas dulu ya.” Pamitnya pada Sabrina.
Setelah dibalas anggukan oleh Sabrina, Dhilla pun berlari kembali ke kelas dengan penuh harap ponselnya ada di sana, di laci mejanya. Dengan napas yang terdengar ngos-ngosan, Dhilla sampai ke dalam kelas yang sudah kosong lalu segera menuju meja paling pojok dimana ia duduk.
Ia mendesah lemah, kala tidak menemukan ponselnya di laci. Lalu, ia mencoba mencari di laci meja milik Liona yang tadi sempat ia duduki. Namun, ponselnya tidak ada disana. Dengan perasaan sedih, Dhilla berjalan dengan gontai menuju pintu hendak keluar kelas. Tapi, saat tepat ia dihadapan pintu. Tiba-tiba ada seseorang yang masuk dan langsung menutup pintu serta menguncinya.
Dan Dhilla kaget setengah mati saat melihat siapa yang baru masuk, untuk sekejab matanya membola sempurna, “Ngapain kamu disini?” Serkasnya, memandang sinis Abi.
Abi tidak menjawab, ia malah melangkah maju dan sepontan membuat Dhilla berjalan mundur, “Sekolah udah bubar.” Kata Dhilla sedikit lembut suaranya. Berharap Abi hanya ingin mengambil barang yang ketinggalan di kelas itu.
“Aku tahu.” Jawab Abi santai, dengan senyum nakal disudut bibirnya. Ia kembali melangkah maju, sementara Dhilla mulai gelisah karena punggungnya sudah menyentuh meja.
“Terus ngapain, kamu disini?” Tanya Dhilla galak, bersikap setenang mungkin menyembunyikan kegugupannya.
Abi mengunci tubuh Dhilla diantara kedua tangannya yang mencengkram sisi meja. Tubuhnya condong ke depan, hingga wajah tampannya hanya berjarak satu jengkal dengan wajah ayu Fadhilla, “Mulai saat ini, kamu jadi pacarku.”
Dhilla menatap Abimanyu sengit, “Udah ya Abimanyu! Nggak lucu!” Kata Dhilla galak.
“Emag aku nggak lagi ngelawak kok, umi.” Abimanyu terkekeh.
Dhilla yang geli mendengar candaan itu, langsung mendorong tubuh Abimanyu yang masih menghimpitnya. Tapi, tentu saja tidak berhasil. Tubuh Dhilla terlalu mungil, bahkan tingginya hanya sebatas pundaknya saja, “Cepat minggir!” Kembali Dhilla mendorong tubuh tinggi itu dengan merengek putus asa.
“Jawab saja iya.” Abimanyu semakin menghimpit tubuh Dhilla semakin lekat.
“Nggak ya, Abi.” Dhilla menggelengkan kepala cepat dengan tangan yang tidak berhenti mendorong Abimanyu.
“Jawab aja iya, atau aku bakal cium kamu sekarang.” Gertak Abimanyu, semakin membuat Dhilla kesal.
“Udah dehh, kamu ming……” Ucapan Dhilla terpotong saat Abi mencium bibirnya.
Abimanyu memangut bibir mungil itu lalu berhenti sejenak melihat tidak adanya perlawanan dari Fadhilla. Abimanyu menyentuh rahang Dhilla memperdalam ciumannya.
Dhilla hanya diam, lalu meremas baju seragam yang di kenakan Abimanyu dan memejamkan matanya. Gadis ayu itu memekik ketika Abimanyu menggigit bibirnya hingga lidah itu menelusup dan menyecap bahkan memilin lidahnya.
Dhilla tidak pernah disentuh oleh laki-laki manapun bahkan sebuah kecupan sekalipun. Ini untuk pertama kalinya ia sedekat dan dicium oleh laki-laki, membuat jantugnya berdebar kencang dengan perasaan yang tidak dapat digambarkan.
Dengan lihai Abimanyu melumat bibir Dhilla atas dan bawah. Ciuman itu semakin bergairah dan intens, membuat detak jantug Dhilla semakin kacau.
Hal yang pertama kali dilakukan Dhilla saat Abimanyu berhenti memangut bibirnya adalah bernapas. Entah sudah berapa lama gadis ayu itu tidak menghirup oksigen. Perlahan Dhilla pun membuka matanya yang entah dari kapan terpejam. Sementara Abimanyu terlihat menjauhkan wajahnya untuk menatap wajah Dhilla yang sudah merona.
Napas mereka saling bersahutan. Dhilla bisa merasakan embusan napas Abimanyu yang panas menerpa wajahnya. Lalu, laki-laki tampan itu kembali mencium bibir Dhilla. Hanya sebuah kecupan sigkat. Sebelum akhirnya mendekap tubuh ramping Dhilla kedalam pelukannya, “Senang bisa kembali bertemu denganmu.” Bisiknya tepat ditelinga Dhilla, “Dan kamu sekarang sah menjadi pacarku.” Ucap Abimanyu dengan nada tegas. Dan tidak mau berdebat, Dhilla pun memilih untuk tidak menjawab.
Dhilla merasa dirinya telah kehilangan akal. Abimanyu sudah bertindak kurangajar, berani menciumnya. Seharusnya ia memarahi lelaki yang saat ini memeluknya, tetapi tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya. Gelenyar aneh itu belum juga hilang. Perasaanya sungguh campur aduk, sedih, senang, dan menyesal.
Bersambung……..
Seorang laka-laki tampan, kini tengah fokus mengemudikan mobil membelah cuaca panas kota Surabaya. Laki-laki berseragam putih abu-abu yang tidak lain dan tidak bukan adalah Abimanyu itu, sedari beberapa menit yang lalu tidak melepas senyum manis yang menghias wajah tampannya.Sedangkan gadis ayu di sampingnya, yang tidak lain adalah Fadhilla hanya menatap heran dan kesal cowok tampan itu, “Kamu lagi taruhan, ya?” Tanya Dhilla penasaran. Pandangannya tidak lepas dari makhluk tampan disampingnya.Setelah Abimanyu memaksa Dhilla untuk menjadi pacarnya, Abimanyu juga memaksa Dhilla pulang bersamanya. Dan Dhilla sangat yakin, itu akan menjadi berita heboh besok. Mengingat tadi masih banyak murid melihat mereka, saat Abimanyu menggandengnya menuju tempat parkir.“Apa?” Tanya Abimanyu balik. Mungkin ia tidak paham, atau memang cowok tampan itu sedang melamun dan tidak fokus.“Kamu lagi taruhan atau game, buat deketin anak baru ya?&r
Pagi menyapa. Matahari mulai menyinari alam semeta menggantikan bulan sabit pada malam hari. Seorang gadis ayu masih bergulung nyaman didalam selimut. Semalam ia tidak bisa tidur, alhasil selepas sholat subuh ia tidur lagi. Dan tidur nyenyaknya pagi ini, mesti terganggu dengan dering ponselnya yang tidak berhenti berdering.For information, ponsel Dhilla yang tertinggal dikelas ternyata lebih dahulu di ambil oleh Abimanyu. Dan tentu saja Abimanyu memberikan ponselnya kembali dengan syarat dirinya harus menjadi pacar laki-laki tampan itu.Dhilla segera turun dari ranjang, bergerak ke meja belajarnya. Meraih ponselnya, namun belum sempat mengangkatnya, panggilan itu sudah berakhir. Dengan malas Dhilla membuka whatsapp. Matanya membola sempurna melihat pesan dari kontak yang tidak ia mliki sebelumnnya. ‘Boy Friend’, lengkap dengan emotikon love dibelakang nama itu.Dhilla tersenyum. Entah, hatinya merasa senang men
Jam pelajaran telah usai, Dhilla bersama dengan Abimanyu keluar kelas bersama. Hari ini hari Jumat, berarti hampir satu minggu Dhilla berada di sekolah barunya. Masih sama, Dhilla selalu mendapat tatapan iri dari kaum hawa karena kedekatannya dengan Abimanyu. Hubungan mereka juga semakin dekat saja, tentu saja tidak sulit bagi mereka yang dulu memang sudah dekat.Mereka berdua berjalan menuju parkiran, dengan Abimanyu yang tidak lepas mengenggam tangan Dhilla. Seperti hari-hari biasanya, Abimanyu membukakan pintu mobil untuk Dhilla dan mempersilakann gadis ayu itu masuk.Kadang Dhilla heran mendapat perlakuan seperti itu dari Abimanyu. Semua tahu lah siapa Abimanyu itu, anak pengusaha dan pengusaha muda di Surabaya. Ya, orang tua Abimanyu seorang pengusaha dan Abimanyu sendiri juga mempunyai usaha yang memang dirintis sendiri oleh laki-laki berusia 18 tahun itu.Menurut Dhilla, mudah saja bagi Abimanyu mendapatkan apapun dengan paras dan uangny
Mereka, Abimanyu dan Dhilla sedang dalam perjalanan ke rumah Dhilla sekarang. Abimanyu harus ke perusahaan orang tuanya, untuk menyelesaikan sesuatu. Laki-laki tampan itu, sungguh ingin sekali merajut mulut sekretarisnya, lebih tepatnya sekretaris Papanya yang tidak tahu malu mengganggu kegiatannya dengan Fadhilla.Suasana di dalam mobil hening. Abimanyu yang kesal dengan sekretaris papanya dan juga Dhilla yang dirundung malu karena kejadian tadi. Ditambah saat ini, ia memilih menghindari bertatapan dengan Abimanyu.Saat ini, Dhilla menemukan sisi lain Abimanyu yang membuat mata dan hatinya tidak tahan menatap laki-laki itu. Kemeja putih yang dilipat sampai lengan dipadukan dengan celana slimfit bahan, membuat sosok Abimanyu semakin tampan dan berkharisma. Usianya yang baru 18 tahun, tertepis sudah oleh penampilan Abimanyu saat ini.Abimanyu berdehem, memecah kesunyian yang merengkuh keduanya, “Kamu mau ikut aku ke kantor?” tawar Abimanyu
Dhilla membuka matanya, mengerjapkan beberapa kali untuk menyesuaikan dengan silau cahaya matahari yang sudah memenuhi kamarnya. Cahaya matahari, dengan bebasnya menerobos tirai putih yang menghiasi jendela kamar.Drrrtt…. Drrrtt…. Drrrtt……Getaran beriringan dengan nada panggilan ponsel terus berbunyi membuat Dhilla membuka sempurna matanya. Dengan mata yang terasa perih dan sedikit berair, ia bangun untuk mencari sumber suara yang Dhilla kenali sebagai nada dering ponselnya saat menerima panggilan masuk.Sebuah beban yang menindih perutnya membuat Dhilla sedikit kesusahan untuk bangun. Matanya membola sempurna dan nyaris lepas dari tempatnya saat melihat tangan kekar yang bertengger disana. Ia nyaris berteriak, jika tidak melihat siapa pemilik tangan kekar itu.Abimanyu? Ada sedikit rasa bingung saat ia bisa satu ranjang dengan laki-laki tampan kekasihnya. Mengingat sebelumnya dirinya yang berada di sofa dengan
Abimanyu terpukau dengan penampilan Dhilla yang jauh berbeda dengan hari biasanya. Abimanyu yang saat ini sedang duduk di sofa ruang keluarga di rumah Dhilla, tidak sedikitpun pandangannya berpaling dari sosok gadis ayu yang baru saja keluar dari kamarnya.Dhilla memakai rok warna hitam sedikit di atas lutut. Jaket levis lengan panjang warna biru, dengan di dalamnya memakai tank top warna hitam. Rambutnya digerai, dan kaki jenjangnya dihiasi flat shoes warna putih.“Dia cantik.” Batin Abimanyu yang berdiri menyambut kedatangan Fadhilla.Tidak menunggu lama, Abimanyu mengajak Dhilla ke rumah sakit untuk melihat keadaan seseorang yang sudah bertahun-tahun belum juga membuka matanya. Seseorang yang menjadikan Abimanyu untuk menjadi orang hebat meski usianya baru 18 tahun, dimana seharusnya dirinya menikmati masa remaja yang tidak pernah terulang.Mobil Bugatti yang dikendarai Abimanyu tiba di rumah sakit setelah me
WARNING!!! Damage, dibutuhkan iman yang kuat buat baca bab ini. Dan juga selalu bijak dalam memilih bacaan.----------Dhilla keluar kamar mandi dan melihat Abimanyu sedang memainkan ponselnya sembari bersandar di ranjang. Laki-laki tampan itu mengangkat kepalanya ketika mendengar pintu kamar mandi dibuka. Abimanyu tidak mampu berkedip saat melihat Dhilla keluar dari sana. Dhilla yang melihat itu sontak menutupi dadanya dan memutar tubuhnya membelakangi Abimanyu.Abimanyu meletakkan ponselnya ke meja, lalu melangkah menuju kearah Dhilla yang masih membelakanginya. Saat Dhilla sudah dihadapannya, mata Abimanyu bergerak pelan memperhatikan tubuh gadis ayu itu dari belakang dan ia melangkah lebih dekat dan tangannya bergerak memeluk pinggang ramping milik Dhilla.Dhilla tersentak saat merasakan tangan kekar yang memeluk pinggangnya. Ia yang hendak memutar tubuhnya langsung ditahan oleh Abimanyu, “Ka
WARNING 18++Dhilla membuka matanya, matanya mengerjab beberapa kali untuk menyesuaikan retinanya dengan cahaya ruangan. Sepertinya hari sudah siang, terlihat cahaya matahari yang menembus kaca jendela dihadapan Dhilla.Gadis ayu itu meregangkan ototnya yang terasa lelah. Matanya perlahan mengamati sekeliling. Di tengah silaunya cahaya matahari, Dhilla tidak melihat siapapun, dan kamar itu terlihat asing diingatannya, “Aku dimana?” Gumam Dhilla lirih.Merasakan tubuhnya yang terasa remuk, Dhilla memilih kembali meringkukan tubuhnya dan bergulung didalam selimut tebal nan halus berwarna putih itu. Otak dan nyawa yang belum sepenuhnya tersadar membuat Dhilla sedikit kesusahan mengingat kejadian semalam.“Abimanyu. Semalamkan aku pulang ke apartemant Abi.” Batin Dhilla yang mendadak panik. Ia langsung tersentak bangun, menyibak selimut yang menutupi tubuhnya.Telanjang bulat. Mata D