Pov Yudi"Len, kali ini jangan tolak Mas lagi, ya. Mas akan berikan apapun yang kamu mahu. Mas janji!"Aku melonggarkan pelukanku. Aku mencoba mencium Alena namun dia kembali melakukan perlawanan. Dia mendorong tubuhku sampai aku benar-benar marah."Cukup Alena, kesabaranku sudah habis berlembut-lembut denganmu!"Rahangku mengeras, Alena makin nglunjak jadi istri. Dulu dia penurut, tapi sejak aku menikah lagi, dia menjadi pembangkang seperti ini. Aku harus bersikap lebih tegas lagi agar dia bisa kembali menjadi istri penurut.Ku dorong Alena hingga tubuhnya membentur tembok."Kali ini kamu tidak bisa melawan lagi!"Wajah cantik Alena berubah ketakutan. Aku suaminya, kenapa dia melihatku seperti melihat hantu. Keterlaluan! sebegitu takutnya dia menjalankan kewajibannya sebagai istri sampai dia terlihat begitu ketakutan padaku.Tok...tok...tok...!Sialan! siapa lagi yang berani menggangguku. Baru saja aku mau memulai, tapi ada saja pengganggu."Pak Yudi, maaf. Ada yang cari bapak di lua
Yudi keluar dari kantor Bram dengan perasaan lega. Bram dan kakak Bram akan berinvestasi untuk menolong perusahaannya dari kebangkrutan.Harry membuka pintu mobil untuk majikannya, setelah itu menutupnya kembali setelah Yudi masuk ke dalam.Yudi menanyakan perkembangan pencarian Rani pada anak buahnya melalui telepon. Saat anak buahnya mengatakan belum mengetahui keberadaan Rani, Yudi memaki-maki mereka. Harry tersenyum tipis melihat Yudi semarah itu pada anak buahnya."Apa anda baik-baik saja, Pak?" tanya Harry pura-pura takut melihat kemarahan bosnya."Gara-gara Rani, perusahaanku hampir saja bangrut!" jawab Yudi dengan penuh emosi."Hampir? itu berarti Yudi berhasil membujuk Bram?" batin Harry."Aku tak menyangka, Rani adalah orang yang sangat berbahaya. Cuma gara-gara aku tak mau menikahinya, dia membuat kekacauan sebesar ini!"Lagi-lagi Harry tersenyum tipis. Yudi tak tahu, kalau kekacauan yang terjadi bukan dilakukan oleh Rani seorang. Bahkan Harrylah yang menjadi otak di balik
"Apa enggak cukup penderitaan yang Mas berikan pada mereka selama ini sampai-sampai Mas tambah lagi dengan siksaan seperti ini?"Yudi terdiam sesaat. Dia membenarkan ucapan Alena, namun tetap saja dia tak mau mengakui kesalahannya di depan tiga istrinya."Bilang sama dua madumu, kalau tidak mau hal seperti ini terjadi lagi, tolong jaga sikap mereka. Jangan kaya anak kecil seperti tadi!"Yudi meninggalkan Alena dan yang lainnya. Kemudian menemui kembali Sinta dan Bram."Maaf, istri-istriku kembali membuat masalah." Ucap Yudi sembari duduk di kursi."Jadi malam ini anda gagal mendekatkan saya dengan Alena?" bisik Bram pada Yudi."Maaf. Keadaan sedang kacau. Lain kali saya janji akan membantu anda." ujar Yudi menyesal.Bram terlihat berpikir, "Bagaimana kalau besok suruh Alena pergi menyusul anda ke kantor. Terus nanti saya suruh pereman menghadangnya di jalan. Lalu saya datang pura-pura menghajar pereman itu. Gimana pak?""Apa ini tidak terlalu berlebihan, Pak?" tanya Yudi kurang setuj
"Aku akan laporkan kamu ke Pak Yudi! kamu pasti akan di pecat!" ancam Bram. Harry yang sudah sangat marah dengan kelakuan Bram dan Yudi sudah tak pedulikan ancaman Bram lagi."Laporkan saja. Saya tak takut!" Harry melepaskankan cengkalan tangannya, kemudian menggandeng Alena masuk ke dalam mobilnya.Tanpa mereka sadari, sosok dalam mobil hitam besar tengah memperhatikan mereka. Sosok itu adalah Yudi. Yudi memang mengatakan setuju dengan ide Bram, tapi hatinya tetap tak terima patner bisnisnya itu berusaha mendekati Alena. Dia menggunakan cara liciknya untuk menggagalkan rencana Bram. Dia yang membayar pereman untuk mencegat mobil orang-orang bayaran Bram. Dia juga yang menyuruh pereman untuk menghajar Bram hingga babak belur. Awal mulanya ia menikmati pemandangan yang ada di depannya, namun saat tiba-tiba istrinya memeluk Harry, moodnya berubah seketika.Setelah melihat istri dan sopirnya masuk dalam mobil, Yudi melajukan mobilnya. Dia kembali menuju kantornya menggunakan mobil yang
"Telepon pacarmu. Bilang saya tak jadi memecatnya!"Marni girang bukan main. Tapi tidak dengan Alena. Di satu sisi dia senang Harry akan kembali, tapi di sisi lain dia marah setelah mendengar pernyataan Marni."Terimakasih, Pak. Saya kedalam dulu. Saya akan langsung menelpon Harry sekarang juga!"Cepat-cepat Marni masuk untuk menghubungi Harry."Bik Marni dan Harry pacaran?" tanya Alena yang masih belum hilang rasa syoknya.Yudi mengangguk, "Iya. Kamu tahu, mereka diam-diam sering sekamar tanpa sepengetahuan kita. Lucu kan?" cerita Yudi sambil terkekeh.Suhu tubuh Alena panas dingin mendengar cerita suaminya, "Sekamar?"Lagi-lagi Yudi mengangguk, "Hari itu Mas sampai lihat banyak kissmark di dada Harry. Ternyata pembantu kita itu sangat ganas. Meski usianya terpaut sepuluh tahun dari Harry, Mas pikir mereka pasangan yang sangat serasi."Tangan Alena mengepal, menelan mentah-mentah ucapan suaminya tanpa mau bertanya kebenarannya terhadap Marni."Kamu kenapa, kok dengernya kaya engggak
Pov HarrySeperginya aku dari rumah Yudi, aku mulai disibukan dengan kegiatanku di empat butik milikku. Dua di jakarta dan dua lagi di Bandung. Karena ku tinggal cukup lama, stok baju banyak yang hilang. Aku harus mengecek CCTV demi menemukan pencurinya. Aku yakin salah satu pegawai di butikku ada yang tidak jujur.Karena harus mengurus banyak hal, aku menyuruh Bik Marni berbohong bahwa aku tidak bisa di hubungi. Aku terpaksa melakukannya demi membereskan masalahku.Ku cek CCTV di masing-masing butik dengan sabar, akhirnya setelah beberapa jam mengecek ku temukan sebuah kejanggalan. Di setiap hari minggu CCTV dalam butikku bermasalah. Itu terjadi setiap jam tujuh malam sampai tutup CCTV itu tidak menyala. Saat itulah aku curiga kalau ini di lakukan dengan sengaja oleh salah satu dari pegawaiku.Setelah menanyakan pada semua pegawai, ternyata ini ulah Agus, lelaki yang ku tunjuk sebagai supervisior di butikku. Dia sahabat sekaligus orang kepercayaanku. Dia yang menghandle semua butikku
Pov Author"Harry? kau sudah datang?" tanya Yudi sembari menarik kursi kemudian duduk diatasnya."Sudah, Pak. Maaf saya baru bisa bekerja lagi sekarang." jawab Harry."Kalau saya sih tidak masalah. Tapi Bik Marni itu loh, hari-hari ngeluh dan cemberut karena enggak ada kamu. Dampaknya ke makanan yang di masaknya. Rasa masakannya sesuram wajahnya tanpa kamu. Ngeri kan kalau hari-hari aku lihat wajahnya mengerikan seperti itu.""Hehe...Pak Yudi bisa saja becandanya." balas Harry sembari melirik Alena yang terlihat sangat cuek padanya."Aku enggak lagi becanda. Bik Marni kaya orang gila tanpa kamu. Kamu kemana saja sampai matiin ponsel selama ini? punya gebetan baru ya, sampai lupa sama yang lama?" goda Yudi sambil menyendok nasi ke piringnya."Gebetan baru? enggaklah, Pak. Menurut saya satu pacar saja sudah cukup.""Eleh...! jangan bohong kamu Har, pasti selain Bik Marni, kamu pacar lain kan. Ngaku!" Yudi masih terus menggoda sopirnya sambil mengunyah makanannya. Tiga istrinya hanya men
"Kau ingin mengancamku Sinta?" tanya Harry tak percaya. Dulu Sinta adalah wanita lembut dan sangat baik, Harry terkejut melihat Sinta bisa berubah selicik ini setelah putus darinya."Ya, aku sedang mengancammu. Nasib kalian berdua ada di tanganku sekarang. Jangan mencoba bermain-main lagi di belakangku. Mengerti?" ancam lagi Sinta.Harry terkekeh, "Kau tak punya bukti apapun, kau pikir bisa menjebakku dengan ancaman tak masuk akalmu?""Jika kau ingin aku mengumpulkan bukti, akan ku lakukan. Kau pikir ancamanku main-main, Harry?" kesal Sinta."Lakukan, Sinta. Lakukan apa yang ingin kamu lakukan! Aku sudah siap menghadapimu, juga Bram!" balas Santai Harry menanggapi ancaman Sinta. Dalam hatinya memang khawatir, tapi dia tak mau memperlihatkan kehawatirannya di depan Sinta. Dia tak mau tunduk dengan ancaman Sinta."Jadi kamu benar-benar menantangku Harry?" tantang Sinta, Harry hanya menanggapinya dengan senyuman menantang."Baiklah, kamu yang membuatku makin bersemangat membongkar hubung