Hari pertama setelah libur selama satu minggu, membuat Zack bangun lebih pagi. Semalam ia sudah menyiapkan segala berkas yang akan ia lakukan penyelidikan selanjutnya mengenai pencurian bank swasta yang misterius itu. Zack memasukkan semua perlengkapannya ke dalam tas ranselnya kemudian segera keluar dari unit apartemennya.
Seperti biasa, Zack lebih suka mengendarai motor kesayangannya daripada harus menggunakan mobil. Menurutnya menggunakan motor jauh lebih efisien, cepat dan hemat.
Hanya butuh waktu sekitar lima belas menit Zack sudah berada di halaman parkir kepolisian pusat. Ia mengunci ganda kendaraannya lalu beranjak untuk segera masuk ke dalam gedung. Beberapa orang tampak mengangguk ketika berpapasan dengan Zack sebagai tanda hormat kepada lelaki itu.
"Opsir Zack, bagaimana keadaanmu?" tanya opsir Julio yang tiba-tiba datang menepuk bahunya. Opsir Julio mengikuti Zack hingga masuk ke dalam ruangannya.
"Sangat baik. Apakah ada perkembangan kasus?"
Opsir Julio mengangguk, lalu menarik kursi untuk kemudian ia duduki.
"Pencuriannya terjadi lagi yaitu tepat empat hari setelah pencurian pertama," ucap opsir Julio dengan menunjukkan raut muka serius.
"Apa? Mengapa tidak ada yang memberi tahuku?"
"Pak kepala menyuruh kami untuk merahasiakannya kepadamu sampai kau benar-benar sembuh. Beliau mengapresiasi keberanianmu dengan meringkus preman jalanan yang sudah sangat meresahkan warga kota. Kau sangat hebat, pantas saja di usiamu yang masih muda sudah berada di posisi sekarang."
Opsir Julio memberi pujian dengan tulus kepada Zack yang dibalas anggukan oleh lelaki itu. Zack bukanlah laki-laki yang haus pujian, sehingga akan besar kepala dengan pujian orang lain yang ditujukan kepadanya.
"Bagaimana kemajuan kasus itu? Aku ingin melihat perkembangannya," tanya Zack kemudian dengan tak sabar.
Dengan kesibukannya seperti itu akan membuatnya terlupa dengan segala masalah yang sedang ia hadapi. Zack harus fokus dengan masa depannya, menata ulang dengan apa yang sudah hancur berantakan.
"Pencuri itu beraksi kembali, kali ini di tempat yang berbeda namun di cabang bank yang sama. Dan uang yang diambil juga sama banyaknya," ucap opsir Julio sambil menunjukkan beberapa berkas di tangannya kepada Zack.
Zack menerima berkas itu lalu membukanya dengan membolak-balikkan isinya bersamaan dengan pandangan mata yang memindai isi tulisan yang ada di dalamnya.
"Petugas kebersihan dan penjaga CCTV mempunyai alibi yang sangat kuat. Sehingga kita tidak mungkin mencurigai mereka. Mungkin benar, yang melakukannya adalah orang luar."
"Tidak, hanya orang dalam yang bisa melakukan hal itu. Aku membutuhkan data diri pemilik bank swasta tersebut, yang aku ketahui bank swasta tersebut adalah milik dari keluarga berdarah jepang yang sangat kaya. Mungkin kita bisa mendapatkan petunjuk darinya," ucap Zack sambil menganalisa kembali uraian dari hasil laporan yang telah dijabarkan di berkas-berkas tersebut.
"Maksudmu keluarga Higashino?" tanya opsir Julio dengan ragu.
"Dari surat yang ditinggalkan pelaku, mungkin dia memang salah satu anggota keluarga Higashino yang mengambil bagiannya dari bank tersebut. Atau mungkin dia salah satu nasabah yang ada masalah dengan pihak bank sehingga memutuskan melakukan tindakan kriminal karena penyelesaian secara kekeluargaan hasilnya tidak memuaskan," terang Zack yang membuat opsir Julio manggut-manggut sedikit mengerti.
"Namun, itu kemungkinan kecil, karena jika dia seorang nasabah, dia tidak akan mengetahui secara jelas akses bank tersebut. Dan jika kita lihat pelaku sangat piawai dalam menjalankan aksinya, dan sepertinya ia sudah hafal dengan seluk-beluk bank itu," imbuh Zack kemudian.
"Keluarga Higashino yang aku tahu adalah keluarga besar yang memiliki banyak anak angkat. Tuan Higashino sendiri hanya memiliki satu orang putra kandung yang meninggal bersama istrinya beberapa tahun silam. Dia memiliki cucu kandung dua orang, keduanya perempuan dan setahuku cucu yang pertama meninggal karena kecelakaan dan yang satunya juga sampai saat ini sedang dirawat di rumah sakit."
"Jadi maksudmu, keturunan asli keluarga Higashino hanya tinggal cucunya yang saat ini dirawat di rumah sakit?" tanya Zack dengan wajah penasaran.
Opsir Julio mengangguk. "Benar, dan sayangnya cucu satu-satunya itu sampai saat ini belum sadarkan diri. Padahal dia adalah pewaris tunggal jika dilihat dari darah yang mengalir dalam tubuhnya."
"Aku ingin melihat semua daftar riwayat hidup anggota keluarga Higashino, tampaknya ini sangat menarik untuk dipelajari lebih lanjut," ucap opsir Zack kepada opsir Julio.
*********
Stevan berjalan melewati trotar ketika ia hendak membeli makan siang di rumah makan yang berada di dekat gedung kepolisian pusat. Ia berjalan dengan melihat ponselnya yang berdering menerima pesan masuk dari salah satu nama di daftar kontaknya.
Langkahnya sedikit melambat, tetapi matanya masih tertuju kepada layar ponsel di tangan membuat.Stevan tidak terlalu fokus dengan apa yang ada di depan mata. Tanpa sengaja ia menabrak seseorang yang berjalan cepat ke arahnya.
BUUGG
Stevan terkejut karena tubuhnya terbentur tubuh seseorang yang kebetulan lewat di depannya sambil membawa banyak barang dalam kantung plastik belanjaan dari salah satu minimarket, sehingga barang belanjaan orang tersebut jatuh berantakan.
"Maaf aku tidak sengaja," ucap Stevan sambil membantu memunguti barang-barang belanjaan orang tersebut dan memasukkannya ke dalam kantung plastik kembali.
Sampailah ia selesai membantu memasukkan barang-barang itu seperti sedia kala dan memberikan kantung plastik itu ke tangan orang tersebut, tangan Stevan tidak sengaja bersinggungan dengan tangan si pemilik belanjaan. Keduanya saling menatap, barulah Stevan menyadari bahwa orang tersebut adalah lelaki petugas kebersihan yang pernah menolong anak anjing itu.
"Kau, sangat kebetulan sekali," ucap Stevan berusaha ramah dengan pria di depannya.
Dengan sikap dingin yang sama, lelaki misterius itu mengambil alih kantung belanjaannya dari tangan Stevan lalu berdiri dan pergi begitu saja meninggalkan Stevan yang masih berjongkok di atas trotoar.
Stevan tertegun dengan melihat tangannya sendiri yang masih menggantung sama persis ketika kulit mereka saling menempel barang beberapa detik tadi. Ada gelenyar aneh seperti tersengat aliran listrik yang langsung menjalar ke seluruh tubuhnya.
Stevan buru-buru menggelengkan kepala, tidak ingin yang dipikirkannya terjadi. Dia laki-laki normal, mana mungkin tertarik dengan laki-laki meskipun petugas kebersihan itu berwajah manis.
Wajahnya putih bersih dan imut. Ya, sangat manis jika dibandingkan dengan wajah laki-laki pada umumnya, tetapi tetap saja dia seorang laki-laki sehingga Stevan segera menghempaskan rasa aneh dalam pikirannya. Ia segera beranjak, berdiri untuk kemudian berjalan kembali menuju rumah makan seperti rencana awalnya.
**********
"Opsir Zack, ini data yang kau minta. Kami membutuhkan banyak waktu hanya untuk mendapatkan biodata lengkap dari seluruh anggota keluarga Higashino. Kau tahulah, mereka adalah orang terpandang sehingga sangat sulit mencari tahu tentang identitas mereka," ucap opsir Julio sambil memberikan sebendel file kepada opsir Zack.
"Terima kasih, maaf jika selalu merepotkanmu," jawab opsir Zack merasa tidak enak.
"Sudahlah, kita rekan setim, bukan? Jadi memang sudah tugasku untuk melakukannya."
Opsir Julio menepuk bahu Zack kemudian undur diri berpamitan untuk mengerjakan hal lain yang mendesak.
Zack membuka helai demi helai biodata dari keluarga Higashino. Zack terkagum-kagum dengan tuan Higashino yang berusia setua itu masih menguasai dunia usaha dengan memiliki aset di mana-mana dengan nilai jutaan dollar.
Tuan Higashino adalah asli warga Jepang yang memperistri wanita asing berkebangsaan Kanada dan memiliki satu orang anak laki-laki yang bernama Yuu Shirota Higashino. Yuu Shirota memiliki paras yang tampan, wajahnya lebih ke barat-baratan menyerupai si ibu daripada tuan Higashino sendiri.
Dua tahun setelah kelahiran Yuu Shirota, istri dari tuan Higashino meninggal sehingga beliau memutuskan mengangkat empat orang anak , yaitu dua anak laki-laki dan dua anak perempuan dari panti asuhan untuk menemani Yuu Shirota bermain.
Yuu Shirota menikah dengan penduduk lokal dan memiliki dua orang putri. Mata Zack membeliak dengan apa yang ia lihat, kedua putri mendiang Yuu Shirota adalah Arisha Higashino yang dinyatakan sudah meninggal dan satunya adalah seseorang yang sangat ia kenal, yang akhir-akhir ini ia rindukan, Nayla Shair Higashino.
**********
Stevan menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang dengan posisi terlentang. Ia memijit sedikit pangkal hidungnya untuk sekedar menghilangkan rasa pusing di kepala.
Stevan masih teringat dengan wajah lelaki manis yang ia yakini sebagai petugas kebersihan itu. Ada rasa tertarik dalam dirinya secara naluri, tetapi ia berusaha menolak keras pikirannya. Namun, wajah lelaki manis itu tetap muncul saja dalam ingatannya.
Zack yang baru saja pulang dari bekerja meletakkan tas kerjanya di atas meja. Ia melirik sebentar ke arah Stevan lalu mengernyitkan dahi aneh dengan tingkah sepupunya itu.
"Zack, kau sudah pulang?"
Zack hanya menatap saja enggan menjawab karena pertanyaan Stevan sama sekali tidak membutuhkan jawaban.
"Aku ingin mandi. Jangan menggangguku!" ucap Zack dengan dingin.
"Tunggu!"
Stevan beranjak dari tidurnya lalu melangkah mendekati Zack yang sedang melepaskan seragam.
"Zack, sentuh aku!"
"Ehh!" Zack sempat terlonjak dengan ucapan konyol sepupunya itu.
"Sentuh aku!"
Stevan mengulurkan tangannya untuk disentuh oleh Zack, tetapi Zack dengan kasar menepisnya.
"Aku masih normal," ucap Zack kemudian seraya membalikkan badan menuju ke kamar mandi.
Stevan merasa diabaikan menghadang Zack dengan merentangkan kedua tangannya.
"Tunggu, sentuh aku di sini," ucap Stevan kemudian dengan memajukan pipinya menunggu disentuh oleh Zack.
"Aku tidak sudi melakukannya. Minggir!"
Zack mendorong tubuh Stevan, tetapi kemudian tangan Stevan menahannya lalu meletakkan telapak tangan Zack di pipinya.
"Kau menjijikkan!" ucap Zack yang segera menarik tangannya kembali lalu pergi menuju kamar mandi.
Stevan menyentuh dadanya, merasakan degup jantungnya. Normal, tidak ada sengatan listrik seperti apa yang ia rasakan kepada si pria petugas kebersihan itu.
"Syukurlah, aku masih normal," ucapnya dengan tersenyum bahagia.
Malam ini hujan turun begitu lebat. Dari jendela kaca terlihat angin bertiup sangat kencang, menggoyangkan dahan dan ranting pepohonan yang berada di area apartemen.Zack bisa melihatnya dari atas sana, ada beberapa pohon tumbang yang menghalangi jalan masuk ke area apartemen. Mungkin besok banyak petugas yang akan dikerahkan untuk segera membereskan kekacauan akibat hujan lebat malam ini.Hawa dingin yang terasa merasuk ke kulit tidak membuat mata Zack bisa terpejam lelap. Lelaki itu sedari tadi hanya berguling-guling untuk berusaha tidur mencari posisi nyamannya, tetapi tetap saja ia tidak bisa terbuai di alam mimpi.Zack keluar dari kamarnya menuju pantry dapur. Mungkin segelas susu hangat bisa membantunya untuk tertidur. Ia menyalakan kompor dengan memasak susunya terlebih dahulu. Susu sapi murni yang ia sediakan dalam lemari es ia tuangkan di dalam panci susu untuk kemudian melakukan proses pasteurisasi.Terdapat perhitungan spesifik untu
Zack memutuskan untuk mencari Nayla di rumah sakit sekaligus mencari kebenaran mengenai penyelidikannya tentang keluarga Higashino.Yang Zack ketahui, Nayla sebelumnya tidak pernah keluar dari rumah sakit sebelum bertemu dengannya di trotoar waktu itu.Mungkin saja saat ini Nayla berada di ruang perawatannya sambil menjaga tubuhnya yang sedang koma seperti sebelum-sebelumnya. Jika Zack diberi kesempatan untuk bertemu Nayla kembali, mungkin ia akan lebih menghargai gadis itu dan tidak akan mengabaikannya lagi.Zack melangkah ke arah resepsionis untuk menanyakan kamar perawatan Nayla dan memperkenalkan dirinya sebagai opsir polisi. Demi penyelidikan, pihak rumah sakit tentu mengizinkan Zack untuk melihat pasien khususnya itu, tetapi hanya berada di posisi luar ruangan dan ditemani seorang dokter yang menangani Nayla.Zack tidak mempermasalahkan hal itu. Ia hanya ingin melihat kebenaran kondisi Nayla.Apakah benar Nayla yang ada di rumah s
Hujan terus mengguyur pusat kota. Bersamaan dengan itu dua insan yang berbeda dunia masih saling berdekatan mengutarakan perasaan tanpa kata.Zack melepaskan pagutan bibirnya dari bibir Nayla, menurunkan kedua tangannya dari pipi Nayla menuju telapak tangan gadis itu, menyematkan di sela-sela jari Nayla lalu saling mencengkram memberikan kekuatan.Zack masih menunduk, menyatukan keningnya dengan kening Nayla. Ada rasa aneh yang menjalar dalam dirinya bersamaan deru napasnya yang tak beraturan. Apa yang sudah dia lakukan? Dia mencium Nayla tanpa meminta izin gadis itu terlebih dahulu? Bukannya itu tidak sopan?Zack terlalu larut dalam suasana hingga tidak menyadari dengan apa yang ia lakukan. Bahkan ia tidak menyangka ciuman pertamanya akhirnya ia labuhkan kepada gadis hantu di depannya. Apakah Zack sudah gila?"Maaf," ucap Zack kemudian setelah menyadari kesalahannya kepada Nayla.Nayla terdiam, tak berbicara sedikit pun. Ia bingung harus menjawab
"Mandy?"Perempuan itu menoleh, mengulas senyum simpul di bibirnya."Stevan meneleponku, menyuruhku datang untuk merawatmu. Dia mengatakan bahwa kau sedang sakit sehingga aku buru-buru datang ke sini. Dokter sudah menyuntikkan obat penurun panas dan sepertinya suhu tubuhmu sudah turun," ucap Mandy dengan meletakkan handuk yang sudah diperas itu ke kening Zack.Zack menahan lengan Mandy yang akan meletakkan handuk itu di keningnya."Seharusnya kau tidak perlu datang."Zack bangun dari tidurnya, berdiri menghindari Mandy. Sungguh ia tidak ingin bertemu dengan perempuan itu."Aku sudah sembuh, sebaiknya kau segera pulang," ucap Zack sambil berjalan ke depan untuk membuka pintu kamarnya, mengusir Mandy secara halus."Zack, aku tahu kau marah kepadaku. Tapi tolong, jangan menghukum dirimu seperti ini. Aku tidak ingin kau sakit karenaku."Zack mengulas senyum getir, menertawai dirinya sendiri. Apakah sebegitu menyedihkannya dirinya h
"Apa ini cukup?" tanya Zack sambil mendorong troli belanjaannya."Cukup. Kita hanya butuh minyak sayur saja, setelah itu pulang."Nayla bersama Zack sedang berbelanja di supermarket, membeli bahan-bahan untuk memasak menu makan malam. Mereka berencana melakukan makan malam romantis dengan memasak sendiri sebagai perayaan hari di mana keduanya sudah resmi sebagai sepasang kekasih berbeda alam.Karena Zack tidak pernah memasak sebelumnya, sehingga mereka membeli beberapa peralatan masak dan banyak bahan makanan beserta bumbu dapur yang sangat asing bagi Zack.Beberapa orang yang kebetulan melihat Zack dengan banyaknya barang belanjaan yang sudah menumpuk di troli sedikit heran, tetapi tak ayal juga mereka mengagumi lelaki itu.Kadar ketampanan laki-laki akan bertambah berkali lipat jika sedang menggendong anak. Namun, jangan salah, lelaki yang sedang mendorong troli yang penuh dengan bahan masakan seperti sayur, buah, ikan dan daging pun bisa
Zack tampak sibuk berkutat dengan komputernya, ia masih bingung dengan apa yang telah ia lihat dari hasil rekaman CCTV.Zack sering kali melihat Nayla melakukan pekerjaan manusia seperti membaca, menangis dan memasak yang beberapa kali mereka lakukan akhir-akhir ini. Nanun, sebuah arwah mencuri uang, bukankah itu sangat aneh?"Apa kau sedang memikirkanku?"Nayla yang baru saja datang menepuk bahu Zack dari belakang. Lelaki itu menoleh, tangannya terulur menyentuh tangan Nayla, lalu mencium punggung tangannya mesra. Ia memutar tubuhnya bersamaan dengan kursi putar yang sedang ia duduki menghadap Nayla."Iya, aku ingin menanyakan sesuatu hal. Apa kau bisa membantuku menjawabnya?" tanya Zack kemudian."Katakan saja. Tentu aku mau membantumu!"Zack berdehem sejenak, mencari kalimat yang tepat agar Nayla tidak merasa tersinggung. Karena pertanyaannya mungkin kali ini berkaitan dengan fisiknya yang berupa makhluk tak kasat mata."Apa semua
Tim Arnold menghentikan sirinenya dari jarak yang agak jauh dari cabang bank yang dimaksud, berupaya agar pencuri itu tidak mendengar bahwa polisi datang mengepungnya.Stevan dan dua orang lainnya ditugaskan untuk menunggu di atas jembatan di mana ia nantinya berjaga jika pencuri itu bisa kabur dengan cara yang tidak di sangka-sangka seperti sebelumnya. Sehingga dengan jarak seperti itu Stevan dan dua anggota kepolisian yang lain bisa mengamati pergerakan pencuri dan segera mengejarnya.Opsir Arnold dan enam anggota kepolisian yang lain segera menuju cabang bank nomor 201, mereka ditugaskan untuk siaga dan menajamkan pendengaran sekaligus pengelihatan agar tidak kembali terkecoh dengan ulah si pencuri. Meskipun beberapa anggota kepolisian yang masih menyukai hal berbau mistis mengatakan bahwa pencurinya adalah sosok hantu dan tidak mungkin tertangkap, tetapi ia yakin bahwa itu semua hanya omong kosong."Apa kau sudah menangkapnya?" tanya opsir Arnold
"Zack, apa kau sudah tidur?"Stevan yang tidur di samping Zack menoleh ke arah lelaki itu, tangannya sedikit mengguncang bahu Zack untuk memaksa lelaki itu menjawab pertanyaannya."Heemm." Hanya gumaman yang keluar dari bibir Zack."Ya, setidaknya kau mendengarku. Apa kau pernah merasakan jatuh cinta?" tanya Stevan dengan meletakkan kedua tangannya menyilang di belakang kepalanya dan menjadikannya sebagai alas kepala, matanya menatap langit-langit kamar dengan wajah berseri-seri."Heem," jawab Zack pendek."Bagaimana rasanya? Apa kau merasakan sengatan listrik di kulitmu saat bersentuhan dengannya? Atau kau merasakan detak jantungmu berpacu lebih cepat dan hampir saja keluar ketika dekat dengannya?"Zack menoleh dengan malas ke arah Stevan yang sedari tadi mengoceh, padahal Zack sudah sangat mengantuk dan membutuhkan waktu istirahatnya agar bisa bangun dengan kondisi tubuh yang segar."Kau mencintai Yuta?" ucap Zack yang langsung meme