"Baik! Kalau kau keberatan menyebutkan gelarmu tak jadi soal. Asal jangan menyesal kalau nyawamu minggat dari raga!"
"Aku tak mungkin menyesal. Malah aku senang dapat berjumpa golongan perampok macam kalian. Tapi sayang, aku tak punya barang yang cukup berharga untuk dirampok. Padahal, aku ingin sekali merasakan seperti apa sih enaknya dirampok?"
"Setan alas! Makin diumbar malah makin kelewatan! Kau akan menyesal telah bertemu denganku, Bocah! Sekarang rasakanlah akibatnya!" geram Setan Haus Darah.
Saat itu juga, Setan Haus Darah segera menarik mundur kedua telapak tangannya ke belakang. Lalu dengan kekuatan tenaga dalam penuh ti-ba-tiba kedua telapak tangannya segera disentakkan ke depan.
Wesss! Wesss!
Seketika meluruk dua gulungan bola api dari kedua telunjuk tangan Setan Haus Darah, siap melabrak tubuh Si Buta dari Sungai Ular. Bahkan sebelum serangan-serangan itu sempat mengenai sasaran, terlebih dahulu telah berkesiur hawa panas bukan kepalang
"Aahh...!"Mendadak terdengar teriakan kesakitan dari samping. Selang beberapa saat, tampak tubuh Arum Sari terhuyung-huyung mendekati Setan Haus Darah, akibat pukulan salah seorang pengeroyoknya.Pimpinan Laskar Hijau yang memang berwatak licik, diam-diam tersenyum gembira. Saat itu pula kedua telapak tangannya yang telah berubah jadi merah menyala hingga pangkal siku dihantamkan ke arah"Tahan!" teriak Si Buta dari Sungai Ular kalap bukan main. Namun sayang, teriakan Si Buta dari Sungai Ular terlambat. Karena....Desss...!"Aaakh...!"Begitu terkena pukulan Setan Haus Darah, seketika tubuh gadis cantik itu terlempar jauh ke samping disertai teriakan kesakitan. Tampak tubuh rampingnya berputar-putar sebentar di udara, sebelum akhirnya terbanting keras.Bukkk!Tampak punggung Arum Sari menghantam keras ke tanah. Tubuhnya menggeliat-geliat sebentar, dan kembali luruh ke tanah."Bajingan! Licik! Kubunuh kau...!
DALAM terpaan angin siang, seorang kakek renta berpakaian serba biru tengah terkantuk-kantuk di bawah rindangnya sebuah pohon. Usianya kira-kira tujuh puluh tahun. Rambutnya awut-awutan tak terawat. Saking kurusnya, membuat sepasang matanya mencekung ke dalam.Kakek renta ini terus bertelekan pada tongkatnya. Kepalanya tertunduk, sehingga wajahnya yang kasar tertutup rambut putih. Dengkurnya pun mulai terdengar, pertanda mulai terlelap. Di saat kakek renta yang tengah menikmati semilirnya angin siang, mendadak....Krakkk!Terdengar suara ranting kering terinjak, membuat si kakek terkejut. Saat itu pula hidungnya yang tajam menangkap bau harum. Seketika rasa kantuknya terbunuh oleh perasaan ingin tahunya."Eh...! Bau apa ini?"Kakek berpakaian biru itu mengenduskan hidungnya ke sana kemari. Bersamaan dengan gerakan hidung, kepalanya pun bergerak perlahan ke samping. Dan seketika matanya terbentur pada seorang gadis cantik yang tengah berkelebat cepa
Wesss! Wesss! Blammm! Blammm!Hebat sekali bentrokan dua tenaga dalam tingkat tinggi yang barusan terjadi. Seketika terdengar ledakan dahsyat yang bagai menggetarkan alam sekitarnya. Bahkan ranting-ranting pohon pun kontan hangus terbakar terkena sambaran angin bentrokan itu! Sementara, Peramal Maut tampak terhuyunghuyung beberapa langkah ke belakang. Kedua telapak tangannya saat ini terasa panas bukan main. Sedang Ratu Adil sendiri terpental jauh ke belakang.Tadi, tenaga dalam yang dikerahkan hanya sebagian saja. Maka tak heran kalau gadis ini menerima akibat yang cukup lumayan. Darah segar kontan membasahi sudut-sudut bibir, pertanda gadis murid Ratu Alit dari Nusa Kambangan ini telah menderita luka dalam cukup lumayan."Sungguh aku tak mengerti. Hanya karena aku tak mempercayai ramalanmu kau tega hendak membunuhku, Peramal Maut?" desis Ratu Adil seraya menggeleng-geleng."Siapa pun juga yang tak mengakui kebenaran ramalanku berarti mati!" dengus Peram
"Hea!"Tiba-tiba Peramal Maut menghentakkan kedua telapak tangannya ke depan, membuat tubuh Ratu Adil jadi berguncang hebat. Darah segar mulai mengalir dari sudut-sudut bibirnya. Andai saja gadis ini tak menderita luka dalam akibat kelicikan Peramal Maut tadi, belum tentu ini mengalami guncangan yang demikian hebat.Meski keadaannya amat mengkhawatirkan, namun bukan berarti Ratu Adil harus menyerah begitu saja. Apa pun yang akan terjadi, tekadnya siap menghadapi pertarungan, walau selembar nyawa taruhannya.Melihat tubuh Ratu Adil makin berguncang hebat, diam-diam Peramal Maut tersenyum penuh kemenangan. Lelaki tua ini pun bertambah semangat untuk merobohkan lawannya. Maka dengan sekali menghentakkan kembali kedua telapak tangannya ke depan...."Aughhh...!"Terdengar satu jeritan amat menyayat yang diiringi terpentalnya tubuh Ratu Adil jauh ke belakang. Tampak tubuh murid Ratu Alit itu berputarputar sebentar di udara, lalu terbanting keras di tanah
Seperti pemimpinnya, ia juga memangku seorang gadis yang tampak ketakutan. Wajahnya yang cantik berbentuk lonjong pucat pasi. Matanya jelalatan ke sana kemari memperhatikan laki-laki berperangai kasar yang terus mendekapnya erat-erat. Namun dalam keadaan tertotok begitu tak mungkin si gadis bisa memberontak."Bagaimana, Ketua? Apa usulku tadi dapat diterima?" ulang lelaki bertampang bengis di samping Setan Haus Darah."Hhh...!" Setan Haus Darah mendesah, tak langsung menjawab. Rahangnya tampak mengembung dengan kedua pelipis bergerak-gerak."Tentu saja aku tak dapat melupakan penghinaan ini, Surono! Si Buta dari Sungai Ular harus mampus di tanganku. Tapi, aku juga sadar. Pemuda keparat itu bukanlah pendekar sembarangan. Meski usianya masih muda, tapi ilmunya tinggi sekali. Buktinya aku sendiri tak mampu menghentikan sepak terjangnya.""Mungkin kita harus meminta bantuan Ki Banaspati, Ketua," usul salah seorang anggota Pasukan Laskar Hijau dari belakang, s
"Syukur kalau kau masih ingat, Biang Rampok. Tapi, patut dicatat. Meski kalian mengenaliku, tetap saja aku akan membuat perhitungan dengan bajingan-bajingan kecil macam kalian. Baik ada silang sengketa secara langsung atau tidak. Kalian paham. Untuk itulah aku menghadang kalian!" sahut Pendidik Ulung, lugas."Setan alas! Kenapa jantungku jadi dagdig-dug begini? Padahal di belakang masih ada anak buahku. Hm...! Aku tak boleh gegabah. Meski ia seorang diri, aku harus tetap hati-hati...," rutuk Setan Haus Darah dalam hati."Ketua! Bagaimana ini? Apakah kita harus cepat bertindak?" bisik Surono."Hm...! Lihat saja perkembangannya nanti! Aku memang malas berbentrokkan dengan tua bangka satu ini. Tapi, kalau terpaksa, apa boleh buat," kilah Setan Haus Darah, berbisik."Hey...! Kenapa kalian malah kasak kusuk? Pasti kalian sedang menjelekkan aku. Ya! Sekarang kuminta, cepat lepaskan gadis-gadis itu! Juga, harta benda yang kalian sikat!" perintah Pendidik Ulung b
"Bagus! Tak sia-sia rupanya kau bergelar Setan Haus Darah. Ternyata kecongkakanmu ada sedikit buktinya juga. Tapi, sayang. Gelarmu sungguh tak cocok dengan sikap maupun perangaimu. Hm...! Setan Haus Darah! Sungguh satu gelar indah yang sarat akan kecongkakan...," gumam Pendidik Ulung lalu menggeleng-gelengkan kepala. Entah apa maksud gelengannya."Jahanam! Aku belum kalah, Tua Bangka Keparat! Lihat serangan!" dengus Setan Haus Darah seraya membuat beberapa gerakan dengan kedua tangannya.Selang beberapa saat kedua telapak tangan Setan Haus Darah kontan berubah jadi merah menyala hingga sampai pangkal siku. Sambil menjengekkan hidungnya sebentar, kedua telapak tangan ditarik ke belakang, lalu tiba-tiba disentakkan ke depan dengan tenaga dalam penuh."Hea!"Bersama teriakan nyaringnya, dari kedua telapak tangan Setan Haus Darah meluncur dua gulungan bola api ke depan. Tak lama kemudian, mendadak dua gulungan bola api itu mengembang, memancarkan hawa panas b
Di samping itu guratan kedua telunjuk jarinya pun agak aneh. Telunjuk jari kanan menggurat dari kanan ke kiri, sedangkan telunjuk jari kiri menggurat dari kiri ke kanan. Pada saat kedua telunjuk jari itu menyatu, saat itu pula memancarkan sinar putih berkilauan yang cepat melesat ke depan memapak kobaran api Setan Haus Darah.Classs!Laksana baja panas yang dicelupkan dalam air, sinar putih dari kedua telunjuk jari tangan Pendidik Ulung mampu mematahkan serangan Setan Haus Darah. Seketika, lidah api yang berkobar-kobar ambyar, memporak-porandakan apa saja yang ada di tempat pertarungan!Bersamaan dengan itu...."Aaa...!"Terdengar teriakan menyayat dari beberapa orang anak buah Setan Haus Darah yang tengah duduk bersemadi dan juga beberapa orang gadis hasil jarahan. Tubuh mereka terbakar hebat begitu terkena sambaran lidah api dari kedua telapak tangan Setan Haus Darah.Bukan main murkanya hati Setan Haus Darah melihat beberapa orang anak bu