Akhirnya, pelayan itu berhenti di depan sebuah kamar di lantai dua dan berkata dengan sopan, "Tuan ada di ruangan ini. Silakan masuk.""Oke." Agnes menjawab dengan lembut, lalu memutar kenop pintu dan masuk.Begitu masuk ke dalam, Agnes terkejut.Tepat di depannya, ada sebuah papan arwah.Di papan arwah itu, tampak ada gambar seorang wanita muda.Namun karena cahaya di dalam ruangan terlalu redup, Agnes tidak bisa melihat wajah wanita itu dengan jelas.Agnes hanya merasakan hawa dingin muncul dari telapak kakinya, membuat kulit kepalanya mati rasa.Tepat ketika ragu ingin segera meninggalkan tempat ini, Erick muncul."Apa kamu kenal orang di foto itu?" Erick memegang sebatang rokok di antara jari-jarinya. Asap mengepul di sekitar wajahnya hingga menutupi ekspresi aslinya."Apa sebenarnya yang ingin kamu katakan? Kenapa nggak terus terang saja? Jangan bertele-tele seperti ini."Erick berdiri diam di depan papan arwah. Setelah menatap papan arwah selama beberapa detik, Erick berbicara la
"Uh ...." Batang besi itu menghantamnya sekaligus, menyebabkan Jimmy mengeluarkan suara teredam.Ketika melihat ini, Agnes sama sekali tidak peduli dengan keselamatannya sendiri, tapi langsung membujuk, "Jimmy, pergilah! Aku nggak butuh bantuanmu! Pergilah! Apa kamu dengar?"Dia tidak berani melihat, tidak sama sekali.Mendengar suara batang besi yang menimpanya saja sudah cukup untuk membuatnya sedih."Aku datang ke sini hanya untuk membawamu pergi. Mana mungkin aku bisa pergi sendirian?" Jimmy mengangkat kepalanya dan menatap sosok di balkon dengan mata menyala.Jimmy benar-benar harus mengakui bahwa dirinya tidak bisa lagi melepaskan Agnes.Hari itu, setelah tersakiti oleh kata-kata Agnes, Jimmy memberi tahu Jared bahwa jika terus peduli dengan hidup dan mati Agnes, Jimmu sendiri akan menjadi budak cinta.Namun barusan, setelah melihat foto Agnes memasuki kediaman Erick, Jimmy masih tidak bisa duduk diam.Beberapa orang mungkin benar-benar ditakdirkan sebagai bencana dalam hidupmu.
"Yang ingin aku dengar bukanlah kamu mengatakan hal seperti itu," ujar Jimmy dengan marah."Lalu apa yang ingin kamu dengar?" Agnes berpikir, aku bukan cacing pita di perutmu, bagaimana aku bisa tahu begitu banyak."Dibandingkan dengan kata-kata nggak berguna itu, aku lebih suka melihat tindakanmu," kata Jimmy dengan serius."Tindakan?""Ya."Agnes terdiam. Bisakah orang ini berbicara lebih jelas?Namun, ini semua karena Agnes berhutang budi padanya. Sekarang Agnes hanya bisa melayani Jimmy. "Tindakan apa?""Selama beberapa hari ke depan, kamu akan bertanggung jawab atas kehidupan sehari-hariku sampai aku dapat melanjutkan aktivitas normal," kata Jimmy dengan serius.Permintaan seperti itu wajar dan Agnes tidak bisa menolaknya."Kalau begitu kita sudah sepakat sebelumnya bahwa aku hanya akan bertanggung jawab mengurus kehidupanmu dan nggak ada yang lain." Agnes meliriknya dengan tidak wajar."Lainnya? Misalnya?" Jimmy jelas mengerti, tapi sengaja berpura-pura bingung."Kamu nggak boleh
Setelah selesai berbicara, Agnes melihat ke dokter dan bertanya dengan serius, "Apa ada yang perlu aku perhatikan?"Dokter melirik Jimmy dan bekerja sangat kooperatif untuk mendapatkan lebih banyak manfaat bagi Jimmy. "Aku akan memberikan perawatan rehabilitasi untuk luka-luka Pak Jimmy. Sedangkan untuk memar lainnya, aku harus meminta Nona Agnes untuk membantu mengoleskan obatnya."Dokter berkata sambil menyerahkan sebotol obat. "Oleskan obat ini dua kali sehari. Pijat setelah mengoleskannya untuk hasil yang lebih baik."Jimmy tersenyum senang,Sebenarnya saat dipukul oleh orang-orang itu hari ini, Jimmy tidak terlalu merasakan rasa sakit.Semua pikirannya tertuju pada Agnes.Jimmy mendengar teriakannya.Dari teriakan itu, Jimmy mendengar kekhawatiran dan kepeduliannya terhadapnya.Jimmy berpikir mungkin dia menghindarinya dan mendorongnya menjauh karena ikatan yang menjerat hatinya.Jika demikian, Jimmy bersedia menemukan cara untuk melepaskan ikatan di hatinya dan membuat Agnes rela
"Kalau melakukan sesuatu yang membuat kamu timbul ilusi seperti ini, aku bakal mengubah." Agnes berkata dengan ekspresi datar.Ketika terjatuh ke dalam bak mandi, rambutnya basah kuyup. Saat ini air merendam pipinya malah membuat ekspresinya tampak cuek dan asing."Kalau begitu, kenapa kamu peduli sama aku yang sedih? Kenapa khawatir sama aku?" Jimmy menatap Agnes dengan tatapan yang membara dan hendak saja membaca hatinya, lihat siapa isi hatinya."Aku hanya sekadar nggak mau berutang padamu! Apalagi membuat kalu melekat padaku karena hal ini! Hanya sesederhana itu!" Ekspresi Agnes tetap dingin dan tegas seperti biasa.Jimmy mengangakan mulut, tetapi tak kunjung berkata.Ketika dia menundukkan kepala, tatapannya penuh kesedihan.Agnes menyadari dia tidak percaya, sehingga segera berdiri dari bak mandi.Saat dia ingin keluar dari kamar mandi, Jimmy bertanya lagi, "Kalau begitu, apa yang harus aku lakukan agar dalam hatimu ada aku?"Suaramu agak ringan, juga agak serak.Agnes tidak yaki
"Apa dia yang menyuruhmu mencariku?" Jimmy duduk di sofa sambil bertanya dengan santai."Jimmy, bagaimanapun, kita adalah sekeluarga, apa perlu berbuat seperti ini? Kondisi Ayah sekarang ... benar-benar sangat sulit." Jordan berkata secara terbuka.Jimmy tersenyum sinis, "Saat dia melakukan hal-hal itu, apa pernah memikirkan orang lain juga sangat sulit?""Aku tahu bahwa tindakan Ayah terhadap Kakek telah melampaui garis kesabaranmu, tapi sekarang gara-gara kamu berbuat seperti ini, perusahaan Ayah sudah nggak dapat beroperasi lagi dan setumpuk proyek mangkrak. Kalau semua proyek ini nggak bisa dijalankan sesuai jadwal, Ayah juga harus menghadapi ganti rugi akibat pelanggaran kontrak. Saat itu ... kemungkinan akan bangkrut." Jordan menatap Jimmy tanpa mengedipkan mata.Dia ingin melihat apakah kata-kata ini dapat membaut Jimmy tersentuh.Akan tetapi, ekspresi Jimmy malah sangat tenang."Jimmy, selama ini aku yang sebagai kakakmu juga nggak pernah memohon padamu. Kamu setujui hal ini, o
Agnes seketika tertegun.Apa dia salah lihat?Kenapa dia bisa melihat ekspresi yang dingin dan penuh niat membunuh dari ekspresi Jordan yang biasanya anggun."Kakak ...." Agnes menyapanya dengan gagap.Jordan juga tidak sangka bisa bertemu sama dia, sehingga menyunggingkan ekspresi terkejut.Akan tetapi, dengan segera ekspresinya kembali normal.Saking cepatnya, membuat Agnes merasa dirinya sedang ilusi."Ternyata kamu juga menjenguk Halpin?" tanya Jordan dengan ramah."Ya, aku juga membawa beberapa dimsum untuknya," ujar Agnes dengan senyuman tipis."Halpin dibawa dokter untuk menjalani pemeriksaan, tapi Yuri berada di dalam kamar. Aku masih ada urusan, pamit dulu." Setelah mengangguk Jordan, meninggalkannya tanpa menoleh ke belakang.Saat menatap punggung kepergian Jordan, Agnes selalu merasa Jordan memberi orang semacam perasaan yang sangat asing.Akan tetapi, Agnes tetap mengalihkan pandangan dan mendorong pintu masuk.Di dalam kamar pasien, Yuri seperti sedang menyeka air mata.Me
Saat Agnes ingin meletakkan ponselnya, pesan dari Jimmy masuk lagi.Meskipun melalui layar ponsel, dia bisa membayangkan rasa angkuh dan tinggi diri dari Jimmy saat mengirim pesan ini."Aku merasa agak lapar, kamu cepat pulang dan memasak untukku!"Setelah melihat pesan itu, Agnes tidak membalas.Tidak sangka, pesan Jimmy masuk lagi, "Apa kamu melihat pesanku?""Sudah ....""Kalau begitu, kenapa nggak balas?""Malas mau balas." Agnes mengerutkan kening dan membalas dengan singkat."Kelak, kamu mesti membalas setiap pesanku, jangan merasa malas!"Agnes menatap pesan di ponsel dengan bingung.Bukankah sebelumnya orang ini jarang mengirim pesan sebanyak ini?Akan tetapi, sekarang dia yang tidak memahami Jimmy.Sepertinya orang ini berubah menjadi orang yang melekat padanya ....Agnes baru saja masuk ke rumah, pembantu rumah langsung menghadapnya dan berkata sambil tersenyum, "Nyonya ...."Panggilan ini membuat mereka merasa agak canggung.Pembantu rumah itu segera berdeham, lalu berkata,