Share

16. RUMAH #3

Layla benar. Aku berada di loteng.

Kami menuruni tangga sempit yang hanya bisa memuat satu orang, dan ini hanya tangga kayu seperti yang biasa kugunakan memperbaiki atap bocor pondok. Loteng seperti ruangan isolasi terpisah. Butuh tenaga untuk masuk.

Jadi, ketika kami berhasil sampai di lantai—yang tampaknya lantai kedua pondok—di sana ada ruang tengah dengan sofa melingkar, karpet bulu, dan televisi layar lebar yang tidak menyala. Di sana tersebar bingkai yang memajang potret tiap orang. Rasanya aku tahu itu potret penghuni, tetapi—terlalu banyak. Maka saat aku menatap itu dengan heran, Dalton berkata, “Tidak sebanyak itu.”

“Apa?” sahutku.

“Setiap daerah punya jumlah bingkai beda. Sepuluh tahun ini, bingkainya di lantai satu. Jadi, yang kau lihat di sini bukan penghuni sekarang.”

“Berarti ini penghuni sepuluh tahun sebelumnya?”

“Untuk mengenang,” ujarnya. “Sebagian besar sudah gugur.”

Itu bukan topik yang ingin kubicarakan, ja

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status