Share

Bab 8

"Setta"

Setta mengangguk memberi secangkir teh hangat. 

"Minumla"

Argebi ragu, meneguk ludah susah payah. " aku tidak meracuni wanita" sarkas Setta.

"Pria?"

Setta menghela nafas " Tidak juga"

"Kau tadi ingin membunuhku"

Byur

Teh meyembur dari dalam mulut mengenai wajah Setta. Sang korban hanya menghela nafas sambil tersenyum kecil.

"Tidak sopan"

"Em, maaf" Argebi tidak enak hati

"Tidak apa-apa"

"Lalu dimana ini?" Argebi tidak kenal dengan tempat ini? menatap kejendela, hanya ada pohon-pohon yang sudah tidak memiliki daun. Mengering serta berjatuhan dibawah sana.

"Kau ada dalam pengaruh ilmuan gila"

"Ha?!" Tidak percaya akan penuturan Setta, Argebi ingin melepas tawa nya sekuat mungkin.

"Dengarkan aku" Setta menyentak bahu Argebi, sontak membuat wanita itu terdiam memandang mata biru di depannya dengan tenang.

"Aku percobaan mereka"

"Itu makanya aku tidak bisa membacamu?"

Setta mengangguk. " mereka mencoba menghabisiku, karena menentang kedudukan dan rencana yang akan dijalankan. Aku tidak ingin menjadi alat penghancur dunia."

"Dan aku tidak ingin kau juga kena imbasnya, karena aku mereka mengenalmu dan kelebihanmu"

"Lalu salahku membantumu kala itu?"

Setta terdiam. "Kenapa harus kau" ujarnya melemah

"Karena aku masih memiliki rasa kemanusiaan"

"Tapi karena kau juga dunia akan hancur, nantinya"

"Aku tidak perduli" menyentak kedua tangan Setta yang bertengger dibahu.

"Aku lelah dengan kemampuan ini, dan jika ada yang menginginkan itu. Aku akan berikan"

Setta menggeleng tak percaya. pemilik raga memberikan dengan suka rela, itu akan menghancurkan dunia. Karena ilmuan bodoh yang akan menguasainya.

"Ja-ngan biarkan it-u terjadi" perkataan Setta penuh penekanan, tidak ada ketakutan dalam diri  Argebi. Yang ada hanya pasrah dan keputus-asaan.

"Lawan Argebi"

Srettts

Sebelum akhirnya Setta disetrum oleh rombongan orang dan keduanya dibawa untuk menghadap sang Tuan.

"Sudahku duga, dengan gadis ini aku bisa menangkap kaparat!, sialan! ini" Azkria menendang Setta yang terduduk lemah karena bius.

Tidak bisa melakukan apapun untuk melawan. Karena Setta hanyalah hasil percobaan. Yang dapat dikendalikan kapanpun sang majikan mau.

Argebi tertidur dibrangkar terletak ditengah ruangan. Belum siuman usai disetrum oleh anak buah Azkria. Tapi malah menambah suntikan bening kedalam tubuh Argebi.

Lama kelamaan jika cairan itu masuk terus menerus maka jiwa Argebi tidak akan bisa masuk kembali ke raga miliknya. 

Ditambah Argebi sudah pasrah akan kehidupan. Tidak perduli hidup orang hancur karena raganya.

Mata membuka menatap atap ruangan. Mengerjap berkali kali untuk menjelaskan pandangan. Mulai duduk dan terlihat jelas Setta terduduk lemas dilantai sambil di rantai.

Dan Azkria di dampingi anak buahnya duduk didepan komputer ntah apa yang dilakukannya. Argebi turun dari tempat tidur dan menuju Setta.

Setta merasakan seseorang mendekat langsung mendongak. 

"Argebi, Kau harus pergi dari sini"

Gebi menggeleng cepat. Menyanggah perkataan Setta yang berbisik. "Kita pergi bersama" 

Setta memejamkan mata. Menahan gejolak rasa yang semakin memanas didalam dada nya. Semakin lama bukan berkurang tapi menyesakkan. Seakan pasokan udara menipis.

"Menjauh dariku"

Argebi terhenti dari kegiatan melepas rantai. Mundur beberapa langkah untuk menjauh.

"Kenapa?"

Setta masih merasakan sesak. Tapi saat Argebi menjauh sudah lumayan berkurang. "Apa jangan-jangan..."

Argebi mengernyit heran. Masih menunggu gumaman Setta yang tergantung.

"Jangan mendekat, Kau diutus untuk membunuhku?"

Argebi mengangguk sekali. Belum mengerti maksud perkataan lelaki itu. "Artinya, energi yang kau serap untuk tetap pada jiwamu ada padaku"

Gebi tidak mengerti. Otaknya seakan tidak bekerja, mendadak tubuh Argebi terhentak. Mata abu terganti oleh Mata biru cerah. Tercetak senyum sinis dibibirnya.

Setta tidak habis fikir. Jika Azkria memakai energi terkuat yang sudah dibuat bertahun-tahun lamanya. Energi yang ada pada Setta juga kuat, tapi akses untuk tetap sadar akan jiwa sendiri harus menyerap energi terkuat.

Yang dilakukan Argebi saat ini, menyerap semua energi orang. Agar dirinya semakin kebal dan dapat menghancurkan semua.

Azkria tertawa dipojokan. Berdekap dada sambil menyenderkan bahu ke tembok. "Pemberontak sepertimu, lebih baik mati Setta! "

Brak

Bersamaan pintu tertutup Azkria meninggalkan ruangan di ikuti anak buahnya. Argebi semakin mendekat tertawa seperti orang kesetanan.

"ARGEBI, KENDALIKAN DIRIMU" teriak Setta ingin menyadarkan. Tapi tidak digubris. Wanita itu semakin mendekat dan bergumam keras.

"Mati"

Desisan dari mulut Gebi meremangkan bulu kuduk Setta. Rasa dingin menyeruak didalam ruangan, entah efek energi yang terlalu kuat atau malah memang suhu ac dibesarkan.

Argebi bergerak melepas rantai milik Setta. Sudah pasrah akan yang terjadi, lelaki itu akan tau resiko yang didapat jika menjadi pemberontak. Tapi lebih baik mati dalam keadaan sudah suci dari pada menjadi alat penghancur masa depan.

"Kita pergi"

Mata menatap netra hijau terang dihadapan. Heran, Setta tau ini bukan Argebi.

"Siapa kau?"

Tidak digubris, Argebi memegang tangan Setta untuk segera dirangkul. Karena lelaki itu pasti masih lemah, belum lagi darah yang masih mengalir deras diperut. Karena jahitan bekas tusukan terbuka kembali.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status