Share

BAB 8

Air mata mulai menggenang di sudut matanya, sementara hatinya merasa retak. Zia mencoba menahan tangisnya, berusaha keras untuk tidak menangis di telepon. Pikirannya langsung terbawa pada kemungkinan buruk yang sedang terjadi pada suaminya.

Dengan tangan gemetar, Zia akhirnya memutuskan sambungan telepon itu. Dia menundukkan kepalanya, meneteskan air mata yang tak mampu ditahan lagi. Hatinya terasa begitu sakit, seolah teriris oleh pisau tajam yang mencoba membelah dadanya. Rasa tidak pasti itu melukai hatinya lebih dalam, membuatnya merasa hampa dan kehilangan arah.

Zia menarik nafas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Dia tidak tahu apakah suaminya, Ferdi, telah berselingkuh di belakangnya atau mungkin dia hanya menjadi korban suatu keadaan yang tidak menguntungkan. Namun, kebenaran harus segera terungkap agar dia bisa menemukan ketenangan dalam kehidupan rumah tangga mereka.

Tak tahan dengan rasa penasarannya, Zia memutuskan untuk mencari jawaban langsung dari orang yang paling
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status