Babak selanjutnya dari turnamen ketangkasan 5 tahunan adalah berkuda cepat sesuai rute yang diberikan oleh panitia. Hanya 100 peserta yang pertama memasuki garis finish yang akan lolos ke babak keempat dan semakin dekat dengan hadiah utama acara yang diselenggarakan oleh kedua kerajaan yaitu Wisteria dan Drakenville.Sesungguhnya Lady Amelia Stormside masih belum fasih menunggang kuda, dia bingung menghadapi babak ketiga turnamen itu besok pagi. Maka dia pun meminta Jeffrey Ross untuk mencarikannya kuda tunggang yang jinak, tetapi dapat berlari kencang. Mereka berdua diam-diam meninggalkan kediaman Stormside sepulang sekolah dan berkuda tandem menuju ke Mayflower Village dimana jalanannya cukup sepi untuk latihan berkuda.Jeffrey Ross melompat turun dari punggung kuda dan membiarkan nona mudanya naik kuda sendirian. "Miss Amy, apa kau yakin bisa mengendalikan Lizbeth sendirian?" tanya Jeff sedikit ragu. "Ini pasti bisa kupelajari, Jeff. Turnamen babak ketiga itu besok, tak ada banya
Akhir-akhir ini Jenderal Sebastian Dalio memang sangat sibuk aktivitasnya terkait dengan kudeta sayap kiri kerajaan yang ingin menggulingkan tahta Raja Alderan Lancester. Selain itu dia bersama Jenderal Jason Oliviera juga menjadi ketua panitia turnamen ketangkasan 5 tahunan kerajaan Wisteria dan Drakenville. Pagi ini sebelum dia berangkat ke lokasi berkumpul peserta turnamen babak ketiga, Jenderal Sebastian Dalio harus mengganti kasa perban dan juga mendapat suntikan obat antibiotik long acting setiap 3 hari sekali. Perawat cantik yang diutus oleh tabib istana pun berkunjung ke Pavilliun Elang."Permisi, Jenderal Sebastian. Saya akan membuka pakaian Anda sebentar—" Suster Diandra Richer meraih ujung kerah jubah tidur sang jenderal muda dan tangannya digenggam oleh pria tersebut.Dengan wajah merona karena malu Jenderal Sebastian berkata, "Haruskah Anda melihat tubuhku seperti ini?"Wanita muda itu tersenyum sekilas memperlihatkan lesung pipitnya lalu menjawab, "Ini bagian dari prose
Derap kaki kuda para peserta turnamen ketangkasan 5 tahunan meninggalkan kepulan debu tanah dari jalan yang dilalui oleh mereka. Alexander Banning alias Lady Amelia Stormside pun berkonsentrasi memacu kudanya agar dapat melewati banyak peserta lainnya. Tubuhnya yang ramping mampu membuat kuda jantan Thoroughbred pinjaman itu berlari kencang di barisan depan peserta turnamen.Willy juga memerhatikan teman barunya yang menarik itu. Dia selalu terkesan dengan semangat pemuda dekil bertubuh kerempeng itu. Sekalipun kesannya seperti kurang gizi, tetapi Alex seolah selalu punya energi yang meluap-luap dari tubuhnya yang jauh dari kata proporsional tersebut. Dia berusaha mengimbangi lari kuda Alex di sisi lain jalan agar pemuda itu tidak merasa kaget atau terganggu.Sementara kuda Pangeran Ares yaitu Alejandro sedang angin-anginan malas berlari, mereka jauh tertinggal di barisan belakang peserta turnamen bersama kuda-kuda jelek lainnya. "Heyaa! Ayolah, Alejandro ... kau membuatku malu kali i
Alexander Banning alias Lady Amelia Stormside sangat gembira ketika kuda tunggangannya memasuki garis finish pada posisi kesepuluh. Dia tak memedulikan urutannya yang ke berapa. Namun, yang terpenting adalah dia termasuk dalam seratus peserta yang lolos ke babak keempat.Willy pun masuk sebagai peserta ke sebelas setelah Alex yang memasuki garis finish. Dia segera turun dari kudanya lalu merangkul pemuda kerempeng itu untuk memberikan selamat atas keberhasilan mereka melewati babak berkuda cepat."Selamat, Lex. Kita lolos babak selanjutnya. Kuharap kita tidak berada di tim yang berlawanan pada babak adu lembing di atas kuda nanti!" ujar Willy dengan penuh semangat.Gadis yang menyamar itu sedikit bingung bagaimana cara memainkan babak keempat yang disinggung barusan oleh Willy. Dia hanya terkekeh saja dan menanggapi santai ucapan pemuda itu, "Kau benar, semoga kita satu tim, Willy!" Setelah para peserta yang lolos dihitung oleh panitia turnamen dan nama-namanya ditulis di kertas yang
Usai makan siang berdua saja bersama Lady Amelia, sang pangeran mengajak gadis itu berjalan ke taman belakang kediaman Stormside yang bertetangga langsung dengan kebun istana. "Kita berjalan kemari lagi, Your Grace. Apa Anda ingin pulang ke Pavilliun Phoenix?" tebak Lady Amelia yang memang benar.Pangeran William tertawa pelan memandangi sosok cantik nan anggun yang digandeng olehnya itu. "Iya, kita memang ke sana. Apa kau tahu kalau aku senang bila ada kau yang menemaniku?" tanya pemuda itu iseng."Ohh—saya tersanjung." Wajah Lady Amelia merona dan ia mengipasinya dengan kipas kayu cendana yang dibawanya di tangan kiri.Kemudian Pangeran William berkata lagi, "Oya, ada kabar buruk tentang Pangeran Ares. Dia menghilang saat turnamen berkuda cepat tadi pagi. Dugaanku mungkin dia tersesat dari rute yang seharusnya, pertigaan Winter Manor dan Lordes Borough memang membingungkan bagi penduduk luar Wisteria.""Ohh—semoga beliau baik-baik saja. Winter Manor memiliki medan sulit dan terjal,
Dengan segera Pangeran William Lancester bangkit berdiri dari sofa. Posisinya yang janggal tadi bersama Lady Amelia dan terpergok oleh Puteri Alea yang hobi menerobos masuk ke kamarnya membuatnya jengah. Dia pun berkata dengan nada keras, "Kenapa selalu tidak mengetok pintu sebelum masuk ke kamarku, Princess Alea?! Ada perlu apa?"Gadis itu menatap Lady Amelia dengan aura permusuhan seraya berkata sinis, "Ini bukan sesuatu yang pantas dilakukan oleh seorang pangeran dan seorang lady—" "Bukan hak Anda mengkritik apa yang kulakukan dengan calon istriku. Katakan apa keperluan Anda bila memang penting!" potong Pangeran William menekankan kata 'bila' karena dia yakin kedatangan gadis itu pasti hanya ingin membicarakan tentang hilangnya kakandanya, Pangeran Ares Kincaid.Puteri Alea menelan harga dirinya yang tinggi, dia kesal dan rasanya ingin melemparkan perkakas ke arah sang pangeran Wisteria itu. Dia pun meredam emosinya lalu berdehem. "Ehm, orang-orang Anda tidak berhasil menemukan Ka
Tuan puteri dari Drakenville Kingdom marah besar, sesampainya di kamarnya Puteri Alea menghancurkan kamarnya dengan melemparkan perabot apa pun yang dapat diraih tangannya lalu melemparkannya ke dinding. "Aaaarrrggghhh!" teriaknya frustasi dengan wajah menyeramkan. Dia berseru, "beraninya anak perdana menteri itu merebut pangeran dariku! Dia tak layak disandingkan dengan seorang calon raja masa depan Wisteria Kingdom!"Kedua pelayan pribadi yang melayaninya secara khusus yaitu Dayang Lichia dan Dayang Rosaline saling bertukar pandang tak berani berkata sepatah kata pun. Mereka takut kena amuk sang puteri yang sepertinya cemburu berat kepada Lady Amelia Stormside. Seisi wisma dayang sudah mengetahui gosip panas mengenai calon istri pilihan Pangeran William Lancester.Tak hanya itu saja rencana pertunangan kakak Puteri Alea dengan Lady Amelia juga diinterupsi oleh Pangeran William. Banyak spekulasi positif dan negatif yang beredar mengenai sepak terjang puteri perdana menteri Wisteria
"Ohh ... Jeff, aku butuh seseorang untuk mengajariku melakukan pertarungan lembing berkuda. Kau sendiri tahu, akan terlalu aneh bila aku meminta sang pangeran mengajariku karena itu sama sekali tidak mungkin dilakukan oleh seorang wanita dengan alasan apa pun!" Lady Amelia merecoki Jeffrey Ross pagi itu di istal keluarga Stormside.Sementara pemuda itu sedang memandikan kedua kuda berbulu hitam yang biasa menarik kereta kuda nona mudanya. Hari ini adalah akhir pekan dimana sekolah libur jadi mereka tidak pergi ke Drakenville. Jeff pun menjawab, "Miss Amy, aku ada ide. Bagaimana kalau kau menyamar menjadi Alex lalu kita ke markas prajurit Wisteria? Mungkin ada prajurit yang bersedia mengajarimu tekniknya karena Alex banyak dijagokan untuk memenangkan turnamen ketangkasan 5 tahunan. Taruhan selalu menarik berkaitan dengan Alexander Banning karena fisiknya begitu ringkih, tetapi aksinya selalu mengejutkan hingga terus menerus lolos ke babak berikutnya."Senyum secerah mentari pagi terbi