Satu tahun kemudian semua kehidupan seakan berubah. Banyak hal yang terjadi hingga kebahagiaan begitu terpancar di wajah mereka. Rex tersenyum penuh sayang saat mata itu kecil yang bening itu menatapnya tanpa berkedip.
"Panggil aku Daddy." Rex menatap bayi laki-laki yang tengah menatapnya.
Xeena menggeleng dan mengusap rambut anak kecil tersebut. "Kau membuatnya takut, Rex."
Rex tersenyum. "Kau dengar kan jagoan? Panggil aku Daddy karena aku adalah Daddymu."
"Omong kosong apa yang kau katakan pada Putraku, Rex!" potong Raiden tiba-tiba saat Raiden baru saja pulang dan mendengar semua kata-kata Rex.
Rex menoleh. "Kenapa? Bukankah itu benar? Dia sangat mirip denganku." Rex menggendong
Bukankah cinta itu benar-benar nyata keindahannya? Saat kita mencintai seseorang, kita akan selalu menyebut namanya meski matanya tak pernah tertuju pada kita. Saat kita mencintai seseorang, kita akan selalu bersikap tegar dan berdiri dengan senyum dan mengatakan bahwa aku baik-baik saja. Meski itu luka, meski itu air mata dan meski itu derita yang ia tawarkan.Aku, Aozora Xeena Gilhive, aku akhiri kisahku dengan goresan tinta emas yang ia suguhkan. Segala kemewahan dan sangkar emas yang ia tawarkan padaku hingga mematahkan sayapku untuk terbang. Dia, tetap seakan tak tersentuh dan tetap utuh layaknya salju yang tak akan mencair meski di musim panas.Aku tak ingin seperti ini. Sendiri dan sepi. Hingga aku memutuskan untuk meraihnya dalam sangkar emas yang ia ciptakan. Aku akan m
Inilah hidupku. Terlalu berliku hingga aku harus berusaha keras untuk bertahan hidup. Tahun berlalu dan semua masih tetap sama untukku. Hingga ia datang dan menghancurkan segalanya. Menawarkan kemudahan hidup dalam sangkar emas yang berkilau. Hidupku berubah layaknya Cinderella yang menemukan sang pangeran. Tanpa kusadari, aku terkunci dalam sangkar emasnya. Aku hanya sebagai boneka pajangan yang melengkapi kemewahannya. Tidak untuk hatinya, cintanya apa lagi hidupnya."Aozora Xeena Gilhive," kusebut namaku sendiri saat sebuah surat kuning bersegel itu ada tepat di hadapanku. Sebuah surat yang akan merubah semua hidupku dan merengut kebebasanku.Sebuah pilihan yang kupilih untuk
"Kau tak perlu melakukan ini, Na. Aku akan meminjamkan uang untuk membayar sewa apartemenmu. Jadi kau tak perlu melakukan ini semua,""Vio, berhenti mengatakan itu. Kau sudah mengucapkannya berulang kali." Xeena memandang sahabatnya yang masih memoleskan sesuatu di wajahnya."Aozora Xeena Gilhive," Vio sedikit kesal dengan kukuhnya pendirian sahabatnya."Aradea Violette Chasiel," balas Xeena sambil terkikik geli."Baiklah, aku kalah. Jadi apa yang kau butuhkan?" tanya Vio pada akhirnya."Pinjami aku barang serba mewahmu
===================================Raiden menaikkan satu alisnya saat berita tentang dirinya menjadi pencarian pertama di seluruh situs internet. Terlebih kabar yang beredar tentang ia yang menyembunyikan hubungan percintaannya pada media. Raiden membaca beberapa komentar tentang fotonya bersama dengan seorang wanita asing yang terlihat cukup cantik. Komentar baik, buruk dan ada juga yang hanya menanggapi dengan emotion cukup membuat Raiden gerah."Dia cukup berani mencari masalah denganku. Apa dia cukup waras untuk memposting fotoku?" Raiden menatap lagi komputer yang berada di depan matanya."Jangan terlalu lelah bekerja sayang, aku mencintaimu, Kekasihku."Raiden tersenyum tipis pada kata-kata ya
"Viooooo, help me. Help me. Help me,"Belum selesai berbicara, Xeena sudah menutup telepon genggamnya dan terus berlari. Sayangnya orang-orang dengan pakaian serba hitam itu juga ikut berlari mengejar Xeena. Berkali-kali Xeena menyumpah karena rasa takutnya dan sesekali menoleh kebelakang. Semua berkas ditangannya berantakan hingga Xeena hanya menggenggam handphonenya saja. Semua lenyap karena ketakutan Xeena. Xeena terus berlari diantara keramaian. Berharap para orang aneh tersebut tak lagi mengikutinya.Dengan langkah pasti Xeena memasuki sebuah hotel mewah termahal yang ada di London. Langkahnya semakin cepat saat mengetahui orang-orang berbaju hitam tersebut masih mengejarnya. Xeena berlari dan langsung masuk kesebuah lift. Sialnya pintu lift tersebut tak kunjung tertutup meski Xeena memencet tombol berkali-kali. Para pria ber
Raiden menatap monitor di depannya dengan senyum tipis. Sebuah foto gadis kecil yang terlihat lucu membuatnya tersenyum tanpa sebab. Raiden terus menatap monitornya dan melihat semua foto yang baru saja orang kepercayaannya kirimkan."Aozora Xeena Gilhive," gumam Raiden pelan sambil menatap foto gadis kecil tersebut. "... gadis lucu yang penuh dengan kejutan."Sebuah ketukan pelan di pintu kantornya membuat Raiden terkejut. Dengan cepat Raiden mematikan monitornya dan bersikap seperti biasanya."Masuk," ucap Raiden.Seorang pria tengah baya masuk dan menghormat pada Raid
"Hei, apa yang kau lihat?" tanya Raiden lembut di telinga Xeena.Pipi Xeena bersemu merah saat tubuh Raiden semakin dekat. Mata Xeena tertuju pada tubuh Raiden yang begitu dekat dengan tubuhnya. Glek! Xeena menelan air liurnya menyaksikan oto-otot perut Raiden yang terbentuk indah. "Demi apa pun, kenapa pria mesum di depanku ini memiliki tubuh yang seksi? Oh, otot itu ... bolehkah aku menyentuhnya?"Tanpa sadar tangan Xeena terulur mendekati perut Raiden. Raiden yang tengah memperhatikan itu menaikkan satu alisnya. Tersenyum tipis saat melihat rona merah di wajah Xeena. Grep! Raiden menangkap dan menggenggam tangan Xeena.
"Tak penting bagi hidupnya. Jika seperti itu, maka aku akan membuat diriku begitu penting untuk hidupmu, Xeena." Rex tersenyum yakin mengatakan itu semua. Seyakin langkahnya untuk mendekati Xeena lebih jauh.***Raiden menatap seluruh penjuru toko yang baru saja ia datangi. Berharap sosok Xeena berdiri disana dan tetap menunggunya. Namun semua hanyalah harapan kosong karena sampai detik ini, Raiden sama sekali tak melihat Xeena. Raiden berjalan menyusuri toko lain dan melihat teliti. Menajamkan pandangannya dan mengingat sosok Xeena yang telah datang bersamanya."Kemana dia pergi? Apa aku terlalu lama menyelesaikan urusanku?"