Share

Bertemu lagi

Hari minggu merupakan hari yang paling membahagiakan bagi Bianca karena dia memiliki waktu untuk bersantai sejenak. Untuk itu, dia memilih bangun siang. Waktu telah menunjukkan pukul 8, Bianca terbangun seraya mengusap kedua matanya.

Sarah, sekretaris pribadinya mengirim pesan lewat wa. Dia mengatakan kalau hari ini ada klien pada pukul 9:00 WIB. "Astaga! Kenapa aku bisa lupa?" Langkahnya terburu-buru dengan melepaskan piyamanya hanya dalam hitungan detik. Lalu, mencuci muka serta menggosok gigi dengan cepat.

Setelah itu, ia langsung memakai kemejanya berwarna hitam dengan lengan yang panjangnya hampir mendekati telapak tangannya. Penampilannya yang nerd, tak mengira dia seorang miliarder.

Karena terburu-buru, sepasang sepatu high heelsnya berbeda. Yang kanan berwarna navy, sedangkan yang kiri berwarna hitam. Tinggi kedua high heelsnya sama. Jadi, tak terlalu terasa kalau beda.

Tanpa menghiraukan sepasang sepatunya yang tak serasi, ia melangkah kakinya untuk menuruni tangga dengan cepat. Ketika hampir menginjak anak tangga yang paling bawah, dia terpeleset. Tanpa menghiraukan rasa sakitnya, ia terus berjalan.

Sesampai di tempat parkir, dia menunggu Suryo yang tak kunjung datang. Agak sebal karena sopir itu tidak menampakkan batang hidungnya selama 15 menit. Rasa sakit pada kakinya gara-gara terjatuh tadi, mulai ia rasakan.

Saat dia melihat kakinya yang luka, dia menyadari kalau memakai sepatu yang berbeda. Dia merutuki kebodohannya sendiri. Dalam waktu bersamaan, Suryo datang sambil tertawa melihat majikannya memakai sepatu yang tak sama.

"Kamu ini, ditungguin gak datang-datang. Pas datang, eh malah ngetawain aku." Bianca tampak kesal terhadap Suryo.

"Non Bianca sih lucu. Masa pakai sepatu ya terbalik." Suryo terus menertawakan Bianca. Membuat gadis itu risih.

"Seharusnya kamu bantuin aku. Misal, menyuruh Asisten Rumah Tangga buat mengambil sepatuku. Bukan malah menertawaiku. Mau gajimu kupotong?"

"Eh, jangan dong non Bianca. Kalau gajiku dipotong, nanti gimana nasib istri dan anakku?" Suryo mengerucutkan bibir.

"Makanya jangan suka menertawai orang. Apalagi, kalau majikanmu sendiri," Bianca terlihat kesal.

"Maaf, Non. Saya janji gak akan ulangi lagi," ucap Suryo. Wajahnya tampak kusut.

"Ya sudah, tolong panggilkan asisten rumah tangga untuk mengambil sepatuku yang satunya lagi."

"Baik, Non. Oh ya, sepatu yang mana? Hitam atau navy?"

"Hitam aja. Tolong cepat, ya. Karena aku keburu."

"Baik, Non." Suryo segera bertindak seperti apa yang diperintahkan Bianca. Namun, Bianca menunggu Suryo begitu lama. Karena tak sabar, dia pun berjalan tanpa memakai high heelsnya. Dia melepaskan sepasang high heels itu.

Saat dia mencari Suryo, ia malah memergoki pria itu sedang asyik bercengkrama dengan Asisten Rumah Tangga yang bernama Mandha hingga melontarkan beberapa candaan. Bianca menepuk dahi melihat kedua orang itu. "Aku yang terburu-buru ditunggu klien, eh dia malah asyik disini bersama Asisten Rumah Tangga yang baru," batin Bianca dengan kesal.

Tanpa berkata-kata lagi, ia langsung menampakkan diri didepan mereka berdua. "Ehem..." Suara Bianca cukup membuat keduanya terkejut.

"Non Bi┄Bianca," ucap Suryo dengan terbata-bata. Mandha menundukkan kepala dengan wajahnya yang memerah. Mereka gugup seolah ketahuan berselingkuh.

"Suryo, kamu ini sudah punya istri dan anak. Tetapi masih saja tak bisa menjaga sikapmu dengan baik," Bianca menggelengkan kepala, heran dengan perilaku Suryo.

"Non, tolong jangan kasih tahu sama istri saya, ya," tutur Suryo dengan rasa malu.

"Se┄Sebenarnya saya tidak ada hubungan apa-apa dengannya, Bu. Saya hanya menyapa Suryo saja," ucap Mandha. Ia tak mau sepenuhnya dipersalahkan.

"Be┄Benar, Bu. Kami tidak melakukan apapun."

"Kamu ini gimana sih, tadi bilangnya jangan kasih tahu istrimu dan sekarang malah mengatakan tidak punya hubungan apapun dengan Mandha." Bianca menggelengkan kepala.

"Jadi, begini, Bu…"

"Sudahlah! Itu urusan nanti saja. Dan sekarang, ada yang lebih penting yang harus aku lakukan." Bianca menatap Suryo dan Mandha silih berganti. "Suryo, tadi apa yang aku suruh?"

"Memanggil Asisten Rumah Tangga agar mengambil sepatu hitam non Bianca yang satunya lagi," ucapnya dengan perasaan gugup.

"Kamu tahu itu, tetapi kenapa malah kamu ada disini dan punya kesempatan berduaan dengannya? Apa kalian berdua mau aku pecat?"

"Ja┄jangan, bu. Saya butuh pekerjaan ini," ujar Mandha. Wajahnya penuh penyesalan.

"Sudahlah! Ambilkan sepatu high heels ku yang warna hitam," desak Bianca sambil memberikan high heel nya yang berwarna navy pada Mandha.

"Baik, Bu." Mandha memilih menaiki tangga, lalu mengambil high heels warna hitam milik Bianca.

Hanya lima menit, Mandha turun dari tangga seraya membawa satu high heels berwarna hitam. Gadis itu membungkukkan badan, memakaikan sepasang high heels hitam. Setelah selesai, Bianca menatap Suryo.

"Ayo, Suryo kita pergi!" seru Bianca. Suryo menurutinya. Namun, pria itu menoleh ke arah Mandha sambil menampakkan senyuman yang mempesona. Mandha tersenyum seraya melambaikan tangan.

                         *****

Ketika dalam perjalanan, Bianca terlibat macet yang cukup parah. Mengharuskannya untuk menghela nafas dengan kesal. Dia menatap sekelilingnya yang dipadati kendaraan bermotor. Padahal, dia tak memiliki banyak waktu. Dia memijat pelipisnya. Tak tahu harus bagaimana.

"Non, gimana ini? Sepertinya non Bianca akan terlambat," ungkap Suryo. Bianca mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Ya sudah. Tunggu saja!" ujar Bianca. Suryo menganggukkan kepala mengerti. Kemudian, Bianca menelepon Sarah. Wanita itu menerima telepon dari Bianca.

"Iya, Bu? Ada apa?" tanya Bianca bernada sopan.

"Sarah, dimana posisimu sekarang?"

"Sepertinya, sebentar lagi saya telah sampai di Restoran ala mami," ucapnya sambil melihat kearah jendela mobil.

"Kalau begitu, kamu handle dulu, ya. Saya terjebak macet disini."

"Baik, Bu."

Restoran ala mami merupakan salah satu restoran yang megah dan besar. Disana memiliki ruangan vip hingga vvip. Tak heran, lokasi itu sering dijadikan pertemuan penting antar perusahaan atau orang-orang kaya.

Untuk pemesanan tempat vvip, tak murah. Setidaknya, mengeluarkan uang 15 juta hingga 75 juta tergantung dari ruangan mana yang dipakai. Pemesanan itu hanya berlaku per hari, tak ditentukan batas waktunya. Mahalnya harga ditentukan dari tempat yang semakin aman dan memiliki nuansa yang indah.

Biasanya, harga 75 juta itu memiliki fasilitas ruangan ac, pijat gratis, kolam renang yang berukuran cukup besar, terdapat sauna, bisa karaokean sepuasnya tanpa terganggu karena memiliki peredam suara yang baik, sehingga tidak mudah didengar oleh orang lain dari luar ruangan itu. 

Selain itu, dapat menikmati alunan biola yang sangat indah, serta dengan bebas mengganti makanan jika tak sesuai selera. Mengganti makanan tidak dipungut biaya. Tetapi, harga makanan tidak termasuk dalam 75 juta. Setiap makanan memiliki varian yang berbeda.

Sangat berbeda dibandingkan yang harga 15 juta. Ruangannya tak sebesar ruangan yang seharga 75 juta. Yang didapatkannya pun juga tak banyak. Hanya ruangan ber-ac, pijat gratis, serta kolam ikan. Selain itu, peredam suara juga tak sebaik ruangan yang seharga 75 juta.

Selain dua harga itu, terdapat harga 20 juta, 35 juta, 45 juta, dan 50 juta. Semua memiliki keunggulan serta kekurangan masing-masing. Karena klien yang akan bertemu dengan Bianca penting, klien itu berada pada vvip yang harganya 75 juta.

Tetapi siapakah klien penting itu? Bianca masih terjebak macet dan membuatnya kesulitan untuk pergi ke restoran ala mami. Entah berapa lama lagi ia harus seperti itu. Dia sudah tak sabar ingin segera melepaskan diri dari kemacetan. Hanya saja, macet yang panjang, mungkin akan membuatnya kesulitan.

Disaat kebingungannya, kaca mobilnya diketuk oleh seorang pria tampan. Bianca tak menyadari jika sosok itu merupakan Axel.

"Eh, ada apa, ya?" tanya Suryo.

"Lihatlah, ada goresan pada bagian mobil sedanku!" ungkap Axel. Entah dia menyadari atau tidak dengan kehadiran Bianca, dia terus berbicara dengan Suryo.

"Waduh, gimana ini? Maaf deh. Saya tanyakan dulu sama majikan saya untuk biaya perbaikannya," ucap Suryo.

"Ada apa?" tanya Bianca yang merasa terpanggil. Belum mendengar jawaban Suryo, dia melihat wajah yang tak asing. "Axel?" batinnya. Walau sesulit apapun macet yang menjebaknya, ketika ia melihat sosok itu, suasana hatinya mulai berubah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status