Setelah menempuh perjalanan selama beberapa menit, Karina pun sampai di kediaman Adam. Di depan rumah, ada Agatha yang sedang menggendong Tania. "Selamat pagi, aku harap aku tidak terlambat," ucap Karina tersenyum manis.
Agatha hanya memandangnya sinis dan menyerahkan Tania. Karina pun mengambil alih Tania dari gendongan Agatha. Agatha lalu berbalik badan dan berlalu.Karina menghela nafas pelan. Ia bisa menebak sepertinya Agatha benci atau tidak suka kepadanya karena kemarin Davin mendekati Karina. Sudah pasti Karina yang akan dituduh mendekati Davin.Saat memasuki rumah dan melalui ruang tamu, Karina melihat seorang wanita berpakaian modis dan seksi. Tiba-tiba Agatha menunjuk Karina dan membisikkan sesuatu kepada gadis itu. Wanita berpakaian seksi itu lalu berdiri dan menghampiri Karina."Perkenalkan aku Felliska, pacarnya Davin." Felliska mengulurkan tangannya.Karina menjabat tangannya meski agak kesusahan karena menggendong Tania. "Aku Karina.""Kamu baby sitter di sini, ya?""Iya.""Jadi seharusnya kamu tahu ya kalau kamu tidak bisa mendekati seorang Davin Adam." Felliska mengulurkan kedua tangannya dengan posisi tangan Kanan di atas dan tangan kiri di bawah. "Ini ibarat derajatmu dan Davin. Kamu dibawah … dan Davin di atas. Seharusnya kamu memahami perkataanku." Felliska tersenyum manis namun tersirat sesuatu di balik senyumannya.Saat Karina hendak menyahut, tiba-tiba muncul Davin yang memasuki rumah. Ia terlihat terkejut dan tidak suka melihat keberadaan Felliska. "Ngapain kamu disini?""Hai, Davin. Akhirnya kamu pulang juga, aku sudah menunggu kamu dari tadi lho. Aku tadi buat brownies untuk kamu. Brownies 'kan kesukaanmu. Jadi kamu jangan marah lagi sama aku, ya?" Felliska berucap sangat manis.Davin hanya menatapnya malas lalu berlalu tanpa mengindahkan perkataan Felliska. Felliska tak menyerah, ia mencekal tangan Davin. "Kamu mau kemana? Duduk dulu di sofa. bukannya dari dulu kamu tidak pernah bisa menolak brownies?""Aku sudah kenyang melihat wajahmu," sahut Davin."Hahaha. Kamu lagi melawak, ya? Memang wajahku makanan?"Karina yang sedari tadi berdiri menyaksikan keributan dua sejoli itu pun melangkahkan kakinya menuju kamar Tania. Namun tiba-tiba Davin mengejarnya. "Tunggu, aku bawa sesuatunya untuk kamu." Davin menyerahkan sebatang coklat kepada Karina.Felliska dan Agatha yang menyaksikan itu pun terkejut bukan main. Karina yang merasa suasana berubah tidak enak pun mendorong balik coklat yang disodorkan Davin. "Maaf, aku sedang tidak ingin memakan coklat." Karina lalu berbalik badan dan melangkah pergi meninggalkan Davin yang menatapnya kecewa.Felliska menghentakkan kakinya kesal. "Kenapa Davin malah kasih coklat ke cewek itu, sih?! Dasar cewek gatel."•••Karina menimang-nimang Tania yang menangis dalam gendongannya. Tadi Tania terbangun dan Karina gendong menggunakan baby wrap. Setelah beberapa menit ditimang timang, tiba-tiba saja bayi itu menangis.Karina mengira Tania haus, maka dari itu ia keluar kamar dan berjalan menuju dapur untuk membuat susu. Saat memasuki dapur, tiba-tiba saja ia terpeleset dan jatuh. Namun ada dua tangan yang menahan tubuhnya sehingga tidak jadi terjatuh.Lantainya terasa sangat licin jadi Karina sampai terpeleset. Saat Karina menoleh kebelakang, ternyata Davin yang menahan tubuhnya. "Terima kasih," ucap Karina."Lantainya sangat licin, biar aku panggilkan Bi Sinta," sahut Davin. Sinta adalah kepala pelayan di rumah ini.Davin menghidupkan smartwatch-nya lalu mengeklik tombol telepon ke nomor Sinta. Saat ini Sinta sedang berada di taman untuk memandu para tukang kebun membersihkan taman. Semua pekerja di rumah ini memiliki smartwatch yang selalu terpasang di pergelangan tangan mereka agar mudah dihubungi oleh para majikan mereka.Sinta pun segera mengangkat telepon dari Davin. "Iya, Tuan?""Datanglah ke dapur. Bagaimana bisa lantai sangat licin? Ini bahaya sekali. Karina hampir jatuh apalagi dia menggendong Tania. Dimana pelayan yang lain?""Maafkan saya, Tuan. Saya sedang memantau pekerjaan para tukang kebun. Saya tidak tahu dimana keberadaan Tika, Rara, dan Veti. Apa perlu saya mencari mereka?""Iya, hubungi mereka secepatnya dan suruh ke dapur. Saya beri waktu lima menit.""Baik, Tuan." Sambungan telepon pun terputus.Tania yang berada di gendongan Karina masih menangis. Tangisannya lumayan reda saat Karina menimangnya. Bayi itu sudah sangat kehausan.Davin hanya memperhatikan Karina yang berusaha menenangkan Tania. Beberapa menit kemudian, Veti dan Rara yang merupakan pelayan datang ke dapur. Davin melirik jam tangannya lalu berucap, "Telat satu menit dari waktu lima menit yang ku beri. Bagaimana bisa kalian sangat ceroboh membiarkan lantai dapur sangat licin? Karina hampir jatuh apalagi dia menggendong Tania. Apa kalian mau membuat orang celaka?"Veti dan Rara menunduk. "Maafkan kami, Tuan. Kami sedang menjemur pakaian," ujar Veti.Davin menarik nafas lalu berkata, "Cepat bersihkan lantainya!"Veti dan Rara mengangguk lalu mulai mengambil alat pel dan mengepel dapur. Sepuluh menit kemudian, mereka selesai mengepel. Baby Tania sudah tidak menangis lagi, tapi ia tampak sangat kehausan yang membuat Karina tak tega.Karina pun segera memasuki dapur dan mengambil beberapa kantong asi di kulkas. Tak lupa ia juga mengambil botol susu. Setelah itu, ia berjalan kembali ke kamar.Namun tiba-tiba ada yang menahan tangan Karina, rupanya itu adalah Veti. Veti mendekat dan berbisik, "Jika tujuanmu adalah mendekati Tuan Davin, maka tujuan kita sama."Karina melepas pegangan tangan Veti. "Apa yang kamu bicarakan? Siapa juga yang ingin mendekati Davin. Oh, rupanya kamu berusaha mendekati Davin? Maaf, tapi dugaanmu salah. Aku sama sekali tidak ada niatan mendekati Davin. Permisi." Karina lalu berlalu meninggalkan Veti.Dari kejauhan, tampak Felliska yang mengepalkan tangannya karena kesal. "Kenapa Davin harus nolong wanita gatel itu? Jadi gagal rencanaku. Padahal jika Karina jatuh dan bayi itu ikut terjatuh pasti Karina akan disalahkan. Beruntung sekali wanita itu. Aku harus membuat rencana lain."•••Setelah minum susu, baby Tania tampak tenang namun ia tidak terlihat mengantuk atau ingin tidur. Jadilah Karina menggendongnya dan mengajaknya bicara di taman. Tiba-tiba terdengar suara mobil memasuki pekarangan.Rupanya itu adalah mobil milik Andrew yang merupakan suami Aurel. Andrew dan Aurel pun keluar dari mobil. Namun Andrew malah menghampiri Karina."Biar Tania aku gendong. Kamu boleh pulang sekarang," ujar Andrew.Karina mengangguk senang. Ia pun menyerahkan Tania kepada Andrew. Setelah berpamitan, Karina pun menaiki motornya dan melaju meninggalkan kedisman Adam. Di tengah-tengah jalan, tiba-tiba ban Karina meletus yang membuatnya jatuh dari motor.Karina sempat terlempar dengan jarak tiga meter. Para pengendara lain pun berhenti dan menolong Karina. Setelah dicek, ternyata ada benda tajam yang tertancap di ban.Ada pria yang membelah kerumunan dan menghampiri Karina. "Ya Tuhan, kamu kenapa bisa seperti ini, Karina? Ayo aku antar ke rumah sakit!" Rupanya itu adalah Elard.Elard membantu Karina berdiri dan memapahnya. Elard lalu membukakan pintu mobil dan membantu Karina masuk ke dalam. Setelah itu, Elard menghampiri beberapa pengendara dan mengobrol dengan mereka.Elard meminta tolong kepada mereka untuk membawa motor Karina ke bengkel. Untungnya masih ada orang-orang baik yang dengan senang hati membantu Karina. Setelah itu, Elard memasuki mobil dan melajukan mobilnya menuju rumah sakit.Karina menggigit bibirnya saat rasa sakit datang bertubi-tubi. Di tubuhnya banyak luka gores dan kulit yang sobek sampai terlihat dagingnya. Karina merasa sakit, nyeri, dan panas secara bersamaan.Elard yang sedang menyetir sesekali melirik Karina dengan raut wajah khawatir. Ia sedikit mempercepat laju mobilnya agar segera sampai di rumah sakit. Karina meneteskan air mata ketika ia tidak mampu lagi menahan sakit."Kamu boleh remas tangan aku untuk melampiaskan rasa sakit kamu," celetuk Elard.Karena sudah tak tahan, akhirnya Karina mengangguk dan mencengkram lengan El
Karina syok melihat tawaran Elard. Ia senang sekaligus kaget. Ia sampai membeku sesaat.Ia pun memekik tertahan dan mengetikkan balasan kepada Elard.Karina: Iya, aku mauElard: Pilihan yang bagus, besok kamu aku jemput untuk bertemu dengan ayahkuKarina: Tapi aku setiap hari kerja dan baru pulang jam empat soreElard: Gak apa-apa, aku akan jemput kamu habis kerjaKarina: Oke, terima kasih tawarannya, ElardElard: Sama-samaKarina mematikan ponselnya lalu ia mengusap wajahnya. Ia terus mengucap kata syukur. Ia pun melanjutkan kembali pekerjaannya. Ia berniat membuat beberapa rancangan baru untuk dijadikan pilihan saat bekerja sama dengan butik ayah Elard nanti.•••Karina bangun saat sinar matahari menyapa dirinya dari lubang ventilasi. Karina menguap lalu membuka matanya lebar-lebar. Ia meregangkan otot-ototnya yang kaku.Ia lalu menghidupkan ponselnya untuk mengecek jam. Rupanya saat ini sudah jam lima pagi. Karina pun bangkit dari duduknya dan membuka jendela.Ia tersenyum saat sin
Elard menghentikan mobilnya di sebrang jalan yang sedikit jauh dari kediaman Adam. Karina melepas sabuk pengamannya dan berkata, "Terima kasih banyak atas semua bantuanmu, Elard. Aku tidak tahu bagaimana nasibku tanpa semua bantuanmu. Maaf aku tidak bisa membalas semua kebaikanmu.""Sesama manusia memang seharusnya tolong menolong, Karina. Aku ikhlas membantu kamu," sahut Elard.Karina tersenyum dan berucap, "Aku kerja dulu, terima kasih tumpangannya.""Sama-sama. Semangat kerjanya."Mood Karina langsung naik saat Elard menyemangatinya. Ia tanpa sadar merekahkan senyumnya. Karina sampai lupa dengan semua masalahnya.Setelah satpam membukakan gerbang, Karina pun melangkah memasuki rumah mewah milik keluarga Adam. Mood Karina seketika turun ketika melihat Felliska ada di ruang tamu. Karina merapalkan doa dalam hati agar Felliska tidak berbuat atau berkata buruk kepadanya.Karina merasa sakit hati sekaligus trauma dengan sikap Felliska. Ia berharap hal itu tidak terulangi lagi. Karina pu
Karina menjadi lesu. Ia tahu pasti Felliska sudah memotong bagian rekaman CCTV itu. Agatha berucap, "Rekaman CCTV itu hilang bukan berarti Felliska salah dan kamu benar. Bisa saja CCTV-nya memang sedang eror. Sudahlah, kamu kembali bekerja!" Agatha lalu berlalu meninggalkan ruangan itu yang hanya menyisakan Karina dan Sinta. Saat Karina hendak pergi, tangannya dicekal oleh Sinta. "Tunggu, aku mau bilang sesuatu sama kamu," ucap Sinta."Apa?""Tapi jangan di sini."Saat Karina hendak bertanya, Sinta langsung menarik tangannya keluar dari ruangan. Saat berada di luar ruangan, Sinta celingak-celinguk untuk memastikan agar tidak ada yang melihat mereka. Karina hendak kembali bertanya, tapi Sinta langsung menarik tangannya.Sinta membawa Karina ke dalam lorong toilet. Mereka lalu memasuki sebuah bilik toilet dan mengunci pintunya. Karina yang hendak bersuara langsung ditahan oleh Sinta yang menempelkan jari telunjuknya ke bibir Karina."Dengarkan aku." Sinta setengah berbisik. "Kemarin, Fe
Karina menyodorkan buku rancangannya. Ia menunjukkan beberapa rancangan terbarunya. Aland menerimanya dan melihat nya dengan seksama.Ia lalu mengangguk-anggukkan kepalanya. "Rancangan kamu sangat bagus. Kamu memang luar biasa. Mau kah kamu bekerja sama dengan butik saya? Kamu jadi desainer dan pemantau proses pembuatan pakaian."Mata Karina berbinar-binar. "Tentu saya mau, Pak. Terima kasih banyak tawarannya.""Sama-sama." Aland menjabat tangan Karina.•••Kini Karina dan Elard sedang dalam perjalanan pulang dari butik. Wajah Karina nampak sumringah. Ia sangat bahagia karena kini ia sudah dikontrak dengan butik milik Aland. Elard pun ikut senang melihat Karina senang.Tiba-tiba, Karina menyodorkan sesuatu di genggaman tangannya kepada Elard. "Untuk kamu."Elard menoleh dan terkejut melihat gelang dengan manik-manik berwarna hitam. Karina berucap, "Ini aku membuatnya sendiri. Terimalah."Elard pun menyodorkan tangan kirinya. "Pakaikan."Karina mengangguk lalu memasang gelang itu di pe
Setelah selesai kuliah, Karina bergegas ke parkiran untuk mengambil motornya. Ia bersyukur tidak ada Langit yang mengganggunya. Ia pun bergegas menaiki motornya dan melaju meninggalkan kampus.Saat lampu merah di perempatan menyala, Karina menghentikan motornya. Ia melirik ke spion dan melihat mobil putih milik Langit ada di belakangnya. Karina mengira kalau Langit mengikutinya.Karina mendengus kesal. Mau apa lagi Langit mengikutinya? Setelah lampu hijau menyala, Karina pun kembali tancap gas.Setelah beberapa menit perjalanan, mobil Langit masih terlihat mengikuti Karina. Karina menjadi was-was. Apa yang akan Langit lakukan kepadanya?Mengingat Langit yang suka melakukan hal aneh-aneh kepada Karina. Karina pun merapalkan doa dalam hati. Seandainya ia tahu jalan alternatif menuju kediaman keluarga Adam, ia pasti akan melewati jalur alternatif.Hingga Karina sampai di kediaman keluarga Adam dan memarkirkan motornya, mobil Langit masih mengikutinya. Bahkan mobil Langit ikut masuk lewat
Karina masih merasa sangat marah dan tidak terima dengan perlakuan Langit tadi. Ia tadi melihat Langit memasuki toilet. Maka setelah menidurkan Tania, ia bergegas menyusul Langit ke toilet.Ia merasa curiga dengan Langit. Pasti Langit sudah berbuat hal macam-macam kepada Karina mengenai cincin Agatha yang hilang. Karina pun membawa ponselnya dalam saku dan menyalakan perekam suara untuk merekam percakapannya dengan Langit nanti.Karina berdiri di depan Karina dengan bersedekap dada. Beberapa detik kemudian, Langit keluar dari salah satu bilik toilet. Karina langsung berbalik badan dan menatap Langit tajam.Langit tersenyum melihat Karina. "Nungguin aku? Mau gak melakukan hal 'enak enak' di sini? Mumpung sepi."Karina melempar botol sabun tepat ke muka Langit. "Omongan lo kayak omongan orang gak waras. Udah gila lo?!"Langit terkekeh. "Aku memang gak waras… karena kamu.""Lo gak waras karena otak lo udah geser. Jangan bawa-bawa gue."Langit melangkah perlahan mendekati Karina. "Kalau k
Karina menaruh Tania yang sudah tertidur di keranjang bayi. Bertepatan dengan itu, terdengar mobil Andrew memasuki pekarangan rumah. Karina pun segera membereskan barang-barangnya dan keluar dari ruangan.Ia sempat berpapasan dengan Veti di depan dapur. "Tunggu!" Veti berucap sambil menghampiri Karina. "Aku mau tanya sesuatu ke kamu.""Tanya apa?""Tuan Davin tadi ngomong apa sebelum ngacak rambut kamu?""Hah?""Tadi 'kan Tuan Davin ngacak ngacak rambut kamu, dan sebelumnya dia bilang sesuatu. Tuan Davin bilang apa?"Karina terdiam sejenak lalu menjawab, "Untuk apa aku memberitahumu?""Karena aku mencintai Tuan Davin.""Kenapa kamu tidak tanya langsung ke Davin?""Ya jelas aku malu lah.""Ya itu urusanmu. Aku tidak ingin memberitahumu. Tanyalah sendiri!" Karina melanjutkan langkahnya yang membuat Veti berdecak kesal."Sampai kapanpun kamu gak akan bisa bersatu dengan Tuan Davin. Hanya aku yang boleh bersama dengan Tuan Davin," ucap Veti dalam hati.•••Setelah menidurkan Tania, Karina