Kabut uap panas di padang gurun buatan itu baru saja pergi. Dan sosok lima orang itu terlihat jelas sudah. Nawa telah memastikan kalau mereka adalah kelompok hunter dari Ordo Aliansi Selatan.Mereka jumlahnya lima praktisi. Berusia rata-rata enam belas sampai delapan belas tahun. Bertubuh tinggi dan bersenjata pedang, belati, dan panah. Job Warrior, Assassin, dan Archer. Mereka dengan sengaja menonjolkan logo Ordo Aliansi Selatan di dada, dengan niat gagah-gahan sekaligus menakut-nakuti kelompok hunter dari Ordo kecil di benteng ini.Tampang kelima anggota Ordo Aliansi Selatan ini terlihat congkak dan tidak ramah.Seorang pria paling tua - mungkin dia pemimpin kelompok itu, tampak berkacak pinggang dan menunjuk-nunjuk ke arah Hunter Monster Slayer dengan suara enggan dan memasang wajah arogan.“Kalian semua, kaum tikus-tikus kecil ini berani-berani ingin melahap makanan yang besar, yang bukan porsi dan hak kalian! Ini adalah spot khusus untuk hunter dari Ordo kami!”Sekarang juga, hay
Mereka berlima keluar dari pasar gelap setelah menjual tiga monster core. Semua hasil panen itu adalah monster core dari grade C – Plus.Wajah semua orang terlihat gembira.Ternyata masing-masing monster core itu dihargai rata-rata 500 sampai 600 batu neraka, sesuai usia monster. Maka penghasilan total penjualan sumber daya monster dungeon itu, anak-anak Monster Slayer membawa nilai bersih 2000 baru neraka. Itu termasuk jasad dan tulang-tulang monster.Setelah mereka membagi batu neraka dengan jumlah yang pantas, Nawa berkata.“Mari kita pergi minum-minum di kedai arak Aroma Musim Semi. Kudengar mereka baru saja memasok Huangjiu – Arak ketan putih terbaik dari Kota Haoyun. Aku yang traktir!” suara Nawa terdengar keras penuh kebahagiaan. Belum pernah seumur hidupnya di benteng ini, ia memegang Batu Neraka sebanyak itu.Kedai arak Musim Semi memang bernama bagus berkesan romantis.Tapi ternyata keadaan fisik sesungguhnya, itu tak lebih dari satu warung kecil yang di bangun dengan tembok
Li Wei menjadi gugup. Ia berusaha untuk tetap terlihat sopan, memasang wajah riang,“Maafkan aku. Tapi kamu terlihat…” ia balas menjabat tangan Aifuyu dan langsung terdiam, ketika penempa bertubuh mungil itu menjawab cepat.“Seperti kanak-kanak? Tak usah merasa bersalah. Anda adalah pelanggan kesekian ribu yang awalnya meragukan kemampuanku. Sekarang lebih baik anda menjelaskan apa kebutuhanmu, dan aku mencoba memenuhi impianmu!” kata Aifuyu.Aifuyu mengabaikan tatapan Li Wei yang juga pudar dari rasa terkejutnya.Diam-diam Li Wei sangat berterima kasih atas sikap profesional Aifuyu ketik penempa itu mengabaikan sikap Li Wei sebelumnya yang meragukan kemampuannya, terlebih lagi kekurangannya dengan penampilan kanak-kanak. Ia lalu melepaskan Sarung Tangan – Takdir Neraka dan meletakkan di atas meja.Aifuyu mengamati sambil berdiri di kursi. Ia menyipitkan mata, menganalisa sepasang sarung tangan yang terlihat mulai usang itu. Ia mengangkatnya tinggi dan memastikan perubahan warnanya ke
Arena Lantai Tanah Forsaken Fortress tampak penuh dengan ratusan petarung yang antri dan mendaftar pertarungan duel satu lawan satu. Li wei maju ke meja pendaftaran setelah giliran nya."Biaya untuk bertarung di arena adalah dua batu neraka!" kata gadis yang mencatat sebagai petugas administrasi di arena lantai satu Forsaken Fortress.Li Wei lantas membayar jumlah yang disebutkan gadis tersebut tanpa banyak bicara."Berikan token Kamu, dan aku akan mendaftarkan nama kamu untuk duel ini selama dua jam sampai event satu lawan satu hari ini selesai diadakan," kata gadis itu tanpa mengangkat wajahnya.Ia terlihat sibuk mencatat dan menghitung Batu Neraka - Hellstone yang masuk dalam pembukuannya.Li Wei memberi token sebagai tanda pengenalnya.Guna melakukan pengecekan agar tidak terjadi double perhitungan, gadis itu memindai pada alat yang tampaknya dibuat secara array.Dia mendongak.Ketika dia menatap ke arah Li Wei yang terlihat sangat muda, tatapan itu seperti tidak percaya. “Kamu sa
TING! Bunyi gemerincing besi terdengar, dan Li Wei tahu-tahu telah memegang sekantong Hellstone. Datangnya tak tahu dari mana. Ini seperti keajaiban. Gembira! Wajahnya seketika dipenuhi rasa sukacita. Dan ini adalah penghasilan pertama dari pertarungan satu lawan satu di arena. “Bagus! Jumlah yang tidak sedikit!” batinnya gembira. Kemudian hal ajaib berikut terjadi. Di dadanya muncul bordiran dua bintang berwarna tanah dalam bentuk lencana kecil. Tapi tidak seterang Bintang di lencana Nawa dan yang lain. “Ini hanya permulaan. Semakin tinggi peringkat duel ku, maka semakin terang Cahaya bintang di lencana nanti!” Li Wei berpuas diri. “Biar bagaimanapun, setidaknya aku memiliki lencana petarung. Well meski hanya Bintang dua saja!” Semua di hadapannya lalu memudar. Li Wei tersadar dan melihat kalau ia masih ada dalam ruangan sempit. Ruang tunggu para petarung menunggu lawan untuk bertempur di arena. “Masih ada waktu sebelum event satu lawan satu ini selesai. Aku akan mencoba bert
Li Wei melangkah ringan diiringi hembusan angin sepoi-sepoi yang terasa sejuk menghantam kulitnya. Dia meninggalkan gelanggang arena duel satu lawan satu pada pagi yang dingin. Udara bergerak Bersama angin yang bertiup lembut, itu membawa aroma hutan dengan bebauan khas, bau hutan cedar yang datang dari Puncak Gunung Lantian. Li Wei berhenti sebentar dan menutup mata. Angin musim semi ditambah aroma cedar itu membuat paru-parunya terasa segar tatkala ia menghirup udara dalam-dalam. Pemuda remaja itu meraba lencana petarung di dadanya. Kini telah bertambah dua bintang menjadi empat Bintang. Dengan tambahan itu warna khas lencana tanah yang semula sedikit buram sekarang berubah makin berkilau. “Aku akan membuat kejutan pada anak-anak Monster Slayer,” batin Li Wei senang. Tentu mereka akan kagum, dia yang baru sekali masuk arena satu lawan satu, tahu-tahu saja telah berlencana Bintang empat. Sesuatu yang patut dirayakan! Perjalanan menuju markas tempat tinggal Ordo Monster Slayer mer
“Kita harus pergi menghajar Boss seperti yang telah kuceritakan tadi Nawa,” kata Li Wei mengakhiri penjelasannya.Dia telah berada di markas Monster Slayer. Dia bahkan Tengah merayakan kejayaannya menjadi pemegang lencana Petarung Bintang empat. Di depannya duduk empat kawan satu ordo. Mereka melantai, duduk diatas Jerami. Suasana saat itu cukup ceria. Roti kukus isi daging dan Arak Xifengjiu, siapa yang menolak di malam dingin seperti sekarang?Tak ada tanggapan. Semua diam. Bahkan suasana ceria seketika menjadi seperti di lingkupi mendung kelabu.Li Wei bingung melihat respons kawan-kawannya ini. Tak seorang pun dari empat kawannya yang terlihat antusias mendengar informasi hasil dia mencuri dengar.“Hei kawan. Mengapa kalian tidak terlihat gembira? Apakah ada yang salah denganku? Ataukah… ini bukan berita baru bagi kalian?” Li Wei bertanya-tanya dalam bingung.Semua diam dan membisu. Rasanya bahkan puing-puing tembok dalam ruangan ikut diam.Kira-kira sepuluh tarikan nafas berlalu,
Matahari telah tinggi di cakrawala, ketika kelompok anak muda ordo Monster Slayer itu tiba di Puncak Gunung Lantian.Ternyata yang disebut dengan nama Puncak Lantian itu sesungguhnya adalah tanah lapang yang sangat luas. Sejauh mata Li Wei memandang, yang tampak hanyalah tanah bebatuan dan sedikit rerumputan liar. Tak ada tanaman lain selain hamparan luas kosong melompong.Angin berhembus pelan, memberi rasa kesejukan – rasa dingin yang menampar pipi. Li Wei menatap ke sekeliling mereka. Yang tampak terlihat adalah ribuan petarung yang berdiri berkelompok Semua saling bercakap-cakap berdiskusi, terlihat sibuk. Herannya, mengapa semua praktisi ini, hanya berdiri di atas batu ceper yang sangat besar, yang ada tertulis di papan besar dengan huruf besar-besar.‘Zona aman.’Li Wei yang belum paham, seketika bertanya polos. “Apakah yang dimaksud dengan zona aman ini?” ia menatap Nawa.“Zona aman adalah tempat yang diatur untuk tidak terjadi kekerasan. Artinya, siapapun dilarang untuk menyer