Share

SUAMI TAMPANKU TERNYATA
SUAMI TAMPANKU TERNYATA
Penulis: Nahla Farisya

Tangkuban Perahu

"Ziva,lo mau ikut ngga?" Ajak Rina pada gadis berkuncir satu yang tengah menikmati cilok itu.

"Kemana? Kalau ke mall aku malas." Jawab gadis itu datar.

"Ih,ngapain ke mall. Kita mau hiking nih. Ke Gunung Tangkuban Perahu." Azel menimpali seraya membidikan kamera pada gadis tomboy itu.

"Wah boleh tuh. Aku ikut." Ujarnya semangat wajahnya berbinar karena senang.

"Yaudah hari sabtu besok kita siap-siap ya." Ucap Rina mengomando.

"Oke. Naik bus atau kereta?" Tanya Ziva pada kedua gadis di depannya.

"Bus ajalah." Azel memberi saran.

"Siap. Kalau begitu aku balik dulu ya. Takut dicariin Mami." Ziva pamit pada kedua temannya.

"Dasar anak mami." Cibir Azel mencebik. Ziva hanya tersenyum kuda.

"Oya siapa aja yang ikut?" Tanya Ziva kemudian.

"Kayaknya Ada 5 orang. Roy sama Wawan bilang mau ikut." Rina menjawab sambil menulis nama-nama anak yang ikut di bukunya.

"Wah asik juga nih ada Roy." Ujar Azel girang.

"Giliran ada Roy aja semangaet banget." Kini giliran Ziva yang mencibir.

"Sampai ketemu besok ya." Pamit Rina oada yang lain.

"Bye." 

Pukul 7 pagi di hari yang telah di sepakati. Kelima anak yang beranjak dewasa itu sudah berkumpul di Terminal yang sangat dekat dengan dirumah Rina. Setelah memesan tiket bus mereka segera meluncur menuju Bandung. 

Rina duduk dengan Wawan sedangkan Azel dengan Roy. Hanya Ziva yang duduk sendirian di belakang Roy. Melewati jalur biasa tanpa lewat tol memakan waktu yang lumayan lama 5-6 jam perjalanan. Namun sepanjang perjalanan mata mereka dimanjakan oleh pemandangan yang sangat indah. 

"Woy Zivania lu ngorok ya?" Tanya Roy 

"Kagak. Gue lagi bikin tulisan selama perjalanan."

"Oh pantesan."

"Cewek jadi-jadian itu sok rajin."

"Kamu ngomong apa Zel?" 

"Eh nggak kok. Cuma bercanda."

Walau jalan yang berkelok-kelok apalagi di Cadas Pangeran mereka begitu menikmati perjalanan ini. Sebab kapan lagi jalan ke Kota Kembang yang terkenal sebagai Paris Van Java tempo dulu.

Setelah perjalanan panjang. Yang ternyata memakan waktu lebih lama mereka akhirnya sampai di kawasan Tangkuban perahu. Setelah memesan tiket mereka berjalan melihat pemandangan sekitar. Azel tampak sibuk dengan SLR nya. Roy dengan Kuas dan kanvasnya. Sedangkan Wawan dan Rina mengamati tiap tanaman di sepanjang jalan. Penelitian tentang jamu yang membuat mereka jauh-jauh datang kesini. Sedangkan Ziva? Dia begitu asik dengan buku dan pulpen ditangannya.

Awalnya berjalan lancar dan aman. Hingga Ziva merasa diperhatikan oleh sepasang mata di balik pohon pinus yang sangat dekat dengan posisinya berdiri. Dia sedikit terusik dengan kehadiran sosok itu. 

Dan yang mebuat terkejut adalah sosok pria itu mempunyai bayangan yang berbeda. Bayangan seekor anjing hitam. Ziva penasaran dan mencoba mendekatinya.

"Ziva woy lo mau kemana?"

"Bentar gue ada urusan."

"Jangan jauh-jauh ya. Sudah sore lho."

"Iya iya bawel banget sih."

Ziva melangkah menuju sosok itu dengan perlahan. Namun sosok itu berlari memasuki hutan yang mana terlarang untuk para pengunjung karena rawan longsor. Tapi Ziva tidak mengindahkannya. Dia terus berlari memasuki hutan. Rasa penasarannya mengalahkan logika yang menyuruhnya segera bergabung bersama teman-temannya. 

Lalu saat semakin dekat dengan sosoknya. Ziva terkejut bukan kepalang karena anjing hitam yang memiliki bulu lebat nan indah mendekat padanya. Ziva waspada. Dia paham jika dia berlari maka tentu saja akan berakibat fatal. Dan Ziva tidak bisa menjamin bahwa anjing di hadapannya jinak. Mungkin hewan itu liar dan buas. Karena terlalu lama di hutan.

Namun Ziva salah justru anjing itu mengendus-endus tubuhnya. Ziva tersenyum senang. Di elusnya kepala sang anjing sayang. 

"Kukira kau buas. Ternyata jinak juga. Apa laki-laki tadi majikanmu? Tapi dimana dia?"

Tempat itu begitu sepi dan menyeramkan. Tak ada tanda-tanda kehidupan manusia. Suara binatang-binatang malam mulai bersahutan. Karena hari mulai beranjak senja. 

"Kalau begitu aku pulang yaa. Jaga dirimu baik-baik."

GUK GUK GUK

Anjing hitam itu menyalak. Seolah tahu jika ini adalah perpisahan. Ziva berjongkok dan mengelus kepala sang anjing kembali. 

"Wah bulumu sangat halus dan lebat. Aku rasa majikanmu pastilah sangat menyeyangimu dan merawatmu dengan baik. Bye blacky."

GUK GUK GUK

Ziva melangkah pergi dan berusaha mencari jalan untuk ke tempat teman-temannya tadi. Namun anjing itu selalu mengikutinya.

"Apa kau tahu jalan yang kulewati tadi?"

GUK GUK GUK

Ziva mengikuti anjing itu. Namun karena kelelahan dia mencoba mencari mata air. 

"Eh kamu tahu kemana arah mata air?"

GUK GUK GUK

"Oke tunjukkan jalannya yaa." 

Ziva mengikuti langkah anjing hitam itu. Ternyata ada mata air yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempatnya tadi. 

"Wah mata air. Kau sangat cerdas blacky."

GUK GUK GUK

Ziva membasuh mukanya yang penat. Seketika air mengalir mebasahi wajah ayunya. Menyalurkan energi dingin pada tubuhnya. Saat tengah minum di mata air. Dia melihat pantulan bayangan seorang pria tampan. Seketika dia menoleh dan hanya blacky yang ada di sampingnya. Padahal dengan jelas dia melihat wajah tampan pria itu dan tatapan elangnya.

"Astaga apakah itu penampakan hantu?" Ziva mengucek matanya.

Tangkuban Perahu memang penuh misteri. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status