Rehan sudah sampai di rumah, dia sudah bersiap siap untuk menghukum istrinya yang berani membangkang padanya.
Begitu sampai dii kamar, dia melihat sang istri tengah tertidur pulas. Rehan lalu menggoyang goyangkan tubuh istrinya.“Bangun.”Leona pun membuka matanya. Dia berpikir, dia sedang berkhayal suaminya pulang.“Kenapa kamu ada disini, bukankah kamu sedang bersenang senang dengan kekasihmu itu. Kenapa masih disini?” racaunya lalu kembali merebahkan tubuhnya.“Hei wanita cacat, bangun, siapa yang menyuruh kamu pulang duluan,” hardik Rehan.Sepertinya, Leona sedang mengigau sekarang. “Aku pulang duluan karena aku kesel sama kamu, baru juga bercocok tanam denganku, eh sekarang malah dengan kekasihmu. Coba kamu bayangin, bagaimana perasaanku. Hatiku sedih, sakit, kecewa jadi satu, membayangkan suamiku bercinta dengan wanita lain,” Leona masih setia dengan racauannya.Rehan jadi semakin kesal karena tidak diindahkan oleh istrinya. Rehan pun menggendong tubuh Leona kemudian memasukkannya ke dalam bath up yang sudah dia isi air.Leona terbatuk batuk karena paru parunya kemasukan air. Dia mencob untuk duduk dan mengambil nafas dalam dalam. Baru saja dia menghirup oksigen, Rehan kembali memasukkan kepalanya ke dalam air. Tangan Leona berusaha menjangkau samping bath up, tapi tenaga Rehan lebih kuat darinya. Rehan terus menekan kepala Leona supaya tetap berada didalam air. Hingga akhirnya, tangan itu pun terkulai lemah.Melihat sang istri seperti sudah tak sadar, Rehan lalu mengangkat tubuh Leona kemudian menidurkannya di ranjang. Dia panik juga, dia takut kalau Leona sampai meninggal gara gara ulahnya. Rehan melakukan pertolongan pertama dengan menekan nekan dada Leona, dia juga memberikan nafas buatan, tapi Leona tak kunjung membuka matanya.“Ayo bangunlah, tadi aku hanya bercanda saja,” gumamnya seraya terus memompa dada Leona.Rasa kesal dan emosi yang tadi membuncah, tiba tiba hilang begitu saja dan berganti dengan rasa cemas akan keadaan sang istri yang tak juga sadar.Rehan segera mengambil stetoskopnya lalu memeriksa sang istri. Melihat kondisi Leona yang sudah lemah, Rehan berteriak memanggil ARTnya.“Bibi, ganti pakaian Nyonya, setelah itu akan aku bawa dia ke rumah sakit."Begitu Bibi selesai memakaikan baju untuk Leona, Rehan langsung menggendong istrinya ke dalam mobil lalu membawanya ke rumah sakit. Rehan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, dia takut nyawa Leona tidak tertolong. Sampai di UGD Rehan ikut masuk ke dalam. Setelah memeriksa keadaan Leona. Dokter itu menyarankan untuk melalukan rontgen dan juga cek laborat.Dalam hati, Rehan berharap, Leona tidak mengalami hal yang serius. Harusnya dia bisa menahan emosi tadi. Entahlah, dan kini, Rehan menyesali perbuatannya.Setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata Leona mengalami cedera pada paru karena terlalu banyak menelan cairan. Leona akhirnya harus dirawat di rumah sakit. Rehan menempatkan Leona di ruangan VVIP.Akhirnya, Leona pun membuka matanya, dia melihat suaminya sedang tertidur di samping ranjangnya dengan posisi duduk. Leona jadi bingung, seingatnya, dia kemaren tidur di rumah, kenapa sekarang ada di rumah sakit, pikirnya.Leona yang kehausan ingin meminum air, tapi, dia tidak berani membangunkan suaminya. Leona mencoba menggapai botol minuman yang ada di nakas.Karena tangannya tidak sampai, Leona justru menjatuhkan botol itu. Rehan terbangun karena kaget. Matanya sudah menatap nyalang sang istri.“Maaf Kak, aku mengganggu tidurmu, hanya saja, tadi aku haus,” ujarnya.“Kenapa tidak membangunkanku? Bikin kesal orang saja bisanya,” gerutu Rehan.Dia lalu mengambil botol itu, lalu membuka tutupnya kemudian memberikan pada istrinya.“Biar aku bantu,” ujarnya.Rehan membantu Leona minum. Dia juga menyuapi Leona makan.“Sudah?” tanyanya.Leona mengangguk. Rehan kemudian menaruh piring itu di nakas.“Tidurlah, hari masih malam, besok akan ada Dokter yang akan memeriksamu, sampaikan padanya apa saja yang kamu keluhkan,” ujar Rehan.“Kenapa bukan Kakak saja yang merawatku?” tanya Leona.“Saat ini aku sudah merawatmu. Bahkan aku juga mengajukan cuti besok supaya aku bisa menjagamu,” jawab Rehan dengan ketus.“Terima kasih Kak,” ujar Leona.“Hhmm.”Jawaban singkat Rehan membuat Leona tersenyum tipis. Dia senang sekali dengan perhatian sang suami. Bahkan dia berdoa supaya sakitnya sedikit lebih lama agar sang suami terus memperhatikannya.Beberapa hari dirawat di rumah sakit, membuat keadaan Leona semakin membaik. Mungkin, lusa dia sudah boleh pulang.Rehan selalu menemaninya, dia bahkan menyuapi dan juga menyeka tubuhnya. Dia hanya meninggalkan Leona kalau ada operasi mendadak saja.Leona bersyukur setidaknya Rehan sedikit baik saat dia sakit seperti ini. Leona berharap, sikap Rehan tidak akan berubah.Malam ini, Rehan tengah memeluk tubuh Leona dari belakang. Dia mengusap rambut istrinya membuat Leona merasa mengantuk.Baru saja Rehan hendak memejamkan matanya. Hapenya bergetar menandakan ada telepon yang masuk.“Ya,” jawabnya.“Sayang, aku kangen sama kamu. Kenapa beberapa hari ini kamu tidak menjawab teleponku? Cepat datang, aku sudah ada di ruanganmu. Kamu kemana? Kenapa disini tidak ada? Padahal kata security di rumah, kamu ada di rumah sakit,” ujar Keysa.“Tunggu saja disana, aku akan menemuimu,” sahut Rehan.“Baiklah sayang, aku tunggu,” jawab Keysa.Rehan lalu menggeser tubuhnya perlahan, dia takut sang istri terbangun. Setelah memastikan Leona masih tidur, Rehan lalu pergi menemui Keysa.Baru saja membuka pintu ruangannya, Keysa langsung memberondongnya dengan ciuman maut. Tentu saja Rehan menyambutnya dengan senang hati.Sudah berhari hari dia puasa. Kedatangan Keysa bagaikan angin segar yang siap melepaskan dahaganya.DI RUANG VVIPLeona terbangun, dia melihat ruangannya kosong. Kemana Rehan? Apa dia ada praktek? Atau ada operasi?.Tiba tiba saja dia merindukan suaminya, dia ingin tidur dipeluk oleh Rehan. Leona mencoba untuk duduk. Dia berusaha menjangkau kursi rodanya. Leona ingin menyusul Rehan.Dinginnya malam tak menyurutkan niat Leona untuk menemui Rehan di ruangannya. Suaminya pasti sudah selesai praktek saat ini.Leona sudah sampai di depan ruangan Rehan. Dia mendengar suara gaduh di dalam.“Apa ada pencuri, mengapa seperti ada barang yang jatuh?” pikir Leona.Leona lalu membuka sedikit pintu itu supaya bisa mendengar apa yang terjadi di dalam.Tubuh Leona menegang saat mendengar suara desahan pria dan wanita dari dalam. Dia sangat hafal dengan suara Rehan. Tak ingin berprasangka buruk terhadap suaminya, Leona mencoba untuk membukanya.Dada Leona berdegup kencang saat ini, tangannya seolah mati rasa mendengar suara sang suami, tapi, dia harus menuntaskan rasa ingin tahunya.Begitu pintu itu terbuka setengah, mata Leona terbelalak, air matanya pun jatuh bercucuran tanpa bisa dia cegah kala melihat suaminya sedang berada di atas tubuh wanita lain.Brakk"Leona," Rehan buru buru kembali memakai celananya, entah kenapa hatinya tidak tenang melihat tangisan Leona tadi. Dia segera menyusul Leona yang hendak pergi tapi Keysa menahan tangannya."Biarkan saja dia sayang, kita lanjutkan saja permainan kita," ujar wanita itu yang kembali menarik tubuh Rehan.Rehan langsung mendorong tubuh Keysa. "Jangan coba coba untuk mendikteku," bentaknya lalu pergi meninggalkan ruangannya. Tanpa menghiraukan teriakan wanita itu, Rehan berlari mencari keberadaan sang istri.Rehan bernafas lega ketika melihat sang istri yang masih mengantri di depan lift. "Sayang, kita harus bicara," ujar Rehan.Lelaki itu langsung mendorong kursi roda sang istri. Dia bawa wanita itu ke taman rumah sakit."Dengarkan aku dulu, maaf, aku khilaf. Keysa menggodaku tadi, dan aku..," Rehan bingung harus menjelaskan apa."Aku tahu Kak, di hatimu memang dialah ratunya. Pernikahan kita ini hanyalah sebagai bentuk tanggung jawabmu saja. Pergilah, t
"Kak, siang nanti, aku ingin bertemu Andrew sepupuku. Dia mengajakku bertemu Bibi, karena dia sangat merindukanku. Boleh Kak?" tanyanya seraya menyisir rambut sang suami yang saat ini tidur di pangkuannya.Mereka sering melakukan pillow talk sebelum tidur sejak hubungan mereka membaik."Kenapa harus pergi keluar? Apa Bibimu tidak mau datang ke rumah ini?" tanya Rehan dengan sedikit amarah."Apa boleh?" harap Leona."Tidak," jawab Rehan singkat padat dan jelas.Leona mendengus kesal. "Kalau begitu, boleh ya aku pergi makan siang bersama mereka?" pinta Leona.Rehan tampak berpikir, namun sedetik kemudian lelaki tampan itu pun mengangguk. Leona tersenyum girang melihatnya. Dia pun spontan mencium bibir sang suami sekilas.Namun, sepertinya, ini tidak akan berhenti disitu saja. Rehan akhirnya mengajak sang istri berperang hingga hari menjelang siang. Rehan baru berhenti ketika dia mendapat panggilan darurat dari rumah sakit."Aku pergi dulu sayang, jam be
"Leona, apa suamimu memperlakukanmu dengan baik?" tanya Bibi tiba tiba.Entahlah, perasaannya mengatakan kalau hubungan mereka tidak baik baik saja."Kenapa Bibi bertanya seperti itu?" kata Leona."Tidak, hanya saja, Bibi takut kalau suamimu memperlakukanmu dengan buruk," sahut Bibi."Tidak, suamiku sangat baik, dia bahkan menyuruhku memberikan oleh oleh untuk Bibi sebelum pulang," bohong Leona."Benarkah?" tanya Bibi tidak percaya."Benar, sebentar, biar aku ambilkan," kata Leona.Wanita cantik itu pun mendorong kursi rodanya ke kamar. Karena baju yang akan dia berikan itu letaknya berada di lemari paling atas, Leona tak sanggup menggapainya. Leona pun memanggil Bibi ARTnya."Bibi," teriaknya.Hingga tiga kali memanggil, Bibi tak kunjung datang. Bibi Andrew yang mendengar teriakan Leona jadi khawatir akan sang keponakan. Wanita paruh baya itu akhirnya menyuruh Andrew untuk melihatnya."Coba kamu lihat, barangkali dia butuh apa apa."Andre
"Bangun," teriak RehanMelihat Keysa yang hanya menggeliat, dia merasa kesal melihatnya. Lelaki tampan itu pun menyiram wajah Keysa dengan air.Byuur"Hah, hah, hah. Apa sih sayang, kenapa kamu menyiramku dengan air?" omel Keysa."Bangun, dan segera pergi dari sini," titah Rehan."ini masih pagi, aku juga masih ngantuk, kenapa kamu kemarin bermain kasar? Badan aku sakit semua nih," keluhnya."Bangun, atau aku seret kamu keluar," bentak Rehan dengan wajah yang sudah tidak sedap dipandang.Keysa pun bangun, dia lalu memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai. Setelah memakainya, wanita itu pun duduk di ranjang."Ada apa sih sayang?" ocehnya."Apa pendengaranmu sudah tidak berfungsi dengan baik? Pergi dari sini," usir Rehan."Tapi sayang," Keysa masih ingin protes. "Pergii kataku!!" teriak Rehan kesetanan.Keysa yang ketakutan mendengar lengkingan suara Rehan, terpaksa pergi meninggalkan rumah mewah itu.Rehan lalu pergi ke dapur unt
"Tutup semua penerbangan sebelum aku sampai," titah Rehan.Lelaki tampan itu segera mengambil kunci mobilnya menuju bandara. Saat sedang mengantri check ini, Leona bingung, kenapa penerbangannya tiba tiba dibatalkan. Pikirannya sudah mengarah ke arah suaminya. Dia takut kalau sang suamilah yang menutup bandara ini. Leona melihat ke belakang, dia melihat ada seorang pria sedang berdiri sambil memainkan gawainya."Kak, bisa bantu aku?" tanya Leona."Bantu apa Nona?" tanyanya.Leona lalu membisikkan rencananya pada lelaki itu. "Please, aku tidak punya waktu, tolonglah aku," iba Leona.Lelaki bermata sipit itu akhirnya membantu Leona Karena tak tega melihat wajah sendunya. Dia pun mendorong kursi roda Leona masuk ke dalam toilet. "Aku tidak punya apa apa selain hoodie dan kacamata hitam. Mungkin, ini bisa membantumu," gumamnya.Setelah sedikit merombak penampilan Leona, lelaki itu pun menggendongnya kemudian mendudukannya di kursi tunggu. "Kita tun
"Kemana ini? Kenapa kamu membawaku kesini?" tanya Leona ketakutan."Tenang Nona, sebentar lagi, kita akan sampai," jawab lelaki itu dengan senyum menyeringai.Jantung Leona berdetak kencang seolah mau keluar, dia sudah berpikir, ini adalah akhir riwayatnya. Namun, setelah mereka berhenti di sebuah klinik ortopedi, Leona bernafas lega."Aneh, padahal ini desa yang mungkin banyak tidak diketahui oleh orang. Tapi, kenapa ada klinik besar disini?" tanya Leona."Mungkin, pemiliknya sedang menyamar," ujar lelaki itu asal."Ohh iya, kita belum berkenalan. Namaku Leona. Terima kasih karena sudah banyak membantuku," ujarnya."Namaku Sinyo, sudah tidak perlu sungkan," jawab lelaki bermata sipit itu.Leona menelisik wajah lelaki itu, tidak ada wajah Chinese disana selain matanya saja yang sipit, apa karena itu namanya Sinyo, pikirnya."Kenapa melihatku seperti itu?" tanyanya canggung."Kamu keturunan tionghoa?" tanya Leona.Lelaki itu pun menggeleng.
"Tidak, sampai matipun aku tidak akan mengabulkan permintaanmu," geram Rehan seraya meremas kertas yang dia pegang tadi."Bos, kami sudah mendapatkan data orang yang mengirim pesan pada Anda," lapor anak buah Rehan."Bawa kesini, biar aku lihat," kata Rehan.Begitu amplop dia terima, Rehan langsung membukanya. "Sialan, ternyata kamu dalang dari semua ini, lihat saja, akan aku buat kamu menderita seumur hidupmu," ujar Rehan dengan mata yang memerah.Hari ini, Rehan kembali memulai aktifitasnya, panggilan dari rumah sakit tidak bisa dia abaikan. Setelah melakukan operasi tadi pagi, Rehan beristirahat di ruangannya. Tiba tiba, pintu terbuka dari luar."Aku hamil," kata Keysa seraya melemparkan tespect di wajah Rehan.Rehan tersenyum sinis. Dia sangat ingat kalau dia tidak membuangnya di dalam."Kamu pikir aku bodoh? Aku bahkan membuangnya di luar. Mintalah pertanggungjawaban pada selingkuhanmu," sinis Rehan."Selingkuhan? Selingkuhan yang mana? Aku hanya
"Ya Tuhan, aku ini dokter ortopedi, bagaimana aku membantunya," lirih dokter bernama takeshi itu.Lelaki bermata sipit itu pun menelepon sahabatnya yang menjadi dokter kandungan terkenal di Tokyo. Karena minimnya peralatan di klinik Takeshi, lelaki itu pun membawa Leona ke rumah sakit tempat sahabatnya praktek."Cepat, siapkan ruang operasi, denyut jantung pasien sudah lemah," titah sahabat Takeshi pada perawatnya.Mereka pun segera membawa brankar Leona ke ruang operasi. Tak butuh waktu lama, bayi lelaki montok telah lahir ke dunia."Dok, pasien mengalami pendarahan," teriak salah satu perawat.Dengan sigap, dokter segera melakukan tindakan penyelamatan untuk Leona. Pendarahan akhirnya bisa dihentikan. Operasi akhirnya selesai dilaksanakan. Leona dibawa ke ruang ICU karena dia masih belum sadar. Begitu juga bayinya yang harus berada di ruang NICU karena keracunan air ketuban."Bagaimana keadaannya?" tanya seorang lelaki yang sedari tadi memandangi Leona.