Share

Perselingkuhan Rehan

Rehan sudah sampai di rumah, dia sudah bersiap siap untuk menghukum istrinya yang berani membangkang padanya.

Begitu sampai dii kamar, dia melihat sang istri tengah tertidur pulas. Rehan lalu menggoyang goyangkan tubuh istrinya.

“Bangun.”

Leona pun membuka matanya. Dia berpikir, dia sedang berkhayal suaminya pulang.

“Kenapa kamu ada disini, bukankah kamu sedang bersenang senang dengan kekasihmu itu. Kenapa masih disini?” racaunya lalu kembali merebahkan tubuhnya.

“Hei wanita cacat, bangun, siapa yang menyuruh kamu pulang duluan,” hardik Rehan.

Sepertinya, Leona sedang mengigau sekarang. “Aku pulang duluan karena aku kesel sama kamu, baru juga bercocok tanam denganku, eh sekarang malah dengan kekasihmu. Coba kamu bayangin, bagaimana perasaanku. Hatiku sedih, sakit, kecewa jadi satu, membayangkan suamiku bercinta dengan wanita lain,” Leona masih setia dengan racauannya.

Rehan jadi semakin kesal karena tidak diindahkan oleh istrinya. Rehan pun menggendong tubuh Leona kemudian memasukkannya ke dalam bath up yang sudah dia isi air.

Leona terbatuk batuk karena paru parunya kemasukan air. Dia mencob untuk duduk dan mengambil nafas dalam dalam. Baru saja dia menghirup oksigen, Rehan kembali memasukkan kepalanya ke dalam air. Tangan Leona berusaha menjangkau samping bath up, tapi tenaga Rehan lebih kuat darinya. Rehan terus menekan kepala Leona supaya tetap berada didalam air. Hingga akhirnya, tangan itu pun terkulai lemah.

Melihat sang istri seperti sudah tak sadar, Rehan lalu mengangkat tubuh Leona kemudian menidurkannya di ranjang. Dia panik juga, dia takut kalau Leona sampai meninggal gara gara ulahnya. Rehan melakukan pertolongan pertama dengan menekan nekan dada Leona, dia juga memberikan nafas buatan, tapi Leona tak kunjung membuka matanya.

“Ayo bangunlah, tadi aku hanya bercanda saja,” gumamnya seraya terus memompa dada Leona.

Rasa kesal dan emosi yang tadi membuncah, tiba tiba hilang begitu saja dan berganti dengan rasa cemas akan keadaan sang istri yang tak juga sadar.

Rehan segera mengambil stetoskopnya lalu memeriksa sang istri. Melihat kondisi Leona yang sudah lemah, Rehan berteriak memanggil ARTnya.

“Bibi, ganti pakaian Nyonya, setelah itu akan aku bawa dia ke rumah sakit."

Begitu Bibi selesai memakaikan baju untuk Leona, Rehan langsung menggendong istrinya ke dalam mobil lalu membawanya ke rumah sakit. Rehan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, dia takut nyawa Leona tidak tertolong. Sampai di UGD Rehan ikut masuk ke dalam. Setelah memeriksa keadaan Leona. Dokter itu menyarankan untuk melalukan rontgen dan juga cek laborat.

Dalam hati, Rehan berharap, Leona tidak mengalami hal yang serius. Harusnya dia bisa menahan emosi tadi. Entahlah, dan kini, Rehan menyesali perbuatannya.

Setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata Leona mengalami cedera pada paru karena terlalu banyak menelan cairan. Leona akhirnya harus dirawat di rumah sakit. Rehan menempatkan Leona di ruangan VVIP.

Akhirnya, Leona pun membuka matanya, dia melihat suaminya sedang tertidur di samping ranjangnya dengan posisi duduk. Leona jadi bingung, seingatnya, dia kemaren tidur di rumah, kenapa sekarang ada di rumah sakit, pikirnya.

Leona yang kehausan ingin meminum air, tapi, dia tidak berani membangunkan suaminya. Leona mencoba menggapai botol minuman yang ada di nakas.

Karena tangannya tidak sampai, Leona justru menjatuhkan botol itu. Rehan terbangun karena kaget. Matanya sudah menatap nyalang sang istri.

“Maaf Kak, aku mengganggu tidurmu, hanya saja, tadi aku haus,” ujarnya.

“Kenapa tidak membangunkanku? Bikin kesal orang saja bisanya,” gerutu Rehan.

Dia lalu mengambil botol itu, lalu membuka tutupnya kemudian memberikan pada istrinya.

“Biar aku bantu,” ujarnya.

Rehan membantu Leona minum. Dia juga menyuapi Leona makan.

“Sudah?” tanyanya.

Leona mengangguk. Rehan kemudian menaruh piring itu di nakas.

“Tidurlah, hari masih malam, besok akan ada Dokter yang akan memeriksamu, sampaikan padanya apa saja yang kamu keluhkan,” ujar Rehan.

“Kenapa bukan Kakak saja yang merawatku?” tanya Leona.

“Saat ini aku sudah merawatmu. Bahkan aku juga mengajukan cuti besok supaya aku bisa menjagamu,” jawab Rehan dengan ketus.

“Terima kasih Kak,” ujar Leona.

“Hhmm.”

Jawaban singkat Rehan membuat Leona tersenyum tipis. Dia senang sekali dengan perhatian sang suami. Bahkan dia berdoa supaya sakitnya sedikit lebih lama agar sang suami terus memperhatikannya.

Beberapa hari dirawat di rumah sakit, membuat keadaan Leona semakin membaik. Mungkin, lusa dia sudah boleh pulang.

Rehan selalu menemaninya, dia bahkan menyuapi dan juga menyeka tubuhnya. Dia hanya meninggalkan Leona kalau ada operasi mendadak saja.

Leona bersyukur setidaknya Rehan sedikit baik saat dia sakit seperti ini. Leona berharap, sikap Rehan tidak akan berubah.

Malam ini, Rehan tengah memeluk tubuh Leona dari belakang. Dia mengusap rambut istrinya membuat Leona merasa mengantuk.

Baru saja Rehan hendak memejamkan matanya. Hapenya bergetar menandakan ada telepon yang masuk.

“Ya,” jawabnya.

“Sayang, aku kangen sama kamu. Kenapa beberapa hari ini kamu tidak menjawab teleponku? Cepat datang, aku sudah ada di ruanganmu. Kamu kemana? Kenapa disini tidak ada? Padahal kata security di rumah, kamu ada di rumah sakit,” ujar Keysa.

“Tunggu saja disana, aku akan menemuimu,” sahut Rehan.

“Baiklah sayang, aku tunggu,” jawab Keysa.

Rehan lalu menggeser tubuhnya perlahan, dia takut sang istri terbangun. Setelah memastikan Leona masih tidur, Rehan lalu pergi menemui Keysa.

Baru saja membuka pintu ruangannya, Keysa langsung memberondongnya dengan ciuman maut. Tentu saja Rehan menyambutnya dengan senang hati.

Sudah berhari hari dia puasa. Kedatangan Keysa bagaikan angin segar yang siap melepaskan dahaganya.

DI RUANG VVIP

Leona terbangun, dia melihat ruangannya kosong. Kemana Rehan? Apa dia ada praktek? Atau ada operasi?.

Tiba tiba saja dia merindukan suaminya, dia ingin tidur dipeluk oleh Rehan. Leona mencoba untuk duduk. Dia berusaha menjangkau kursi rodanya. Leona ingin menyusul Rehan.

Dinginnya malam tak menyurutkan niat Leona untuk menemui Rehan di ruangannya. Suaminya pasti sudah selesai praktek saat ini.

Leona sudah sampai di depan ruangan Rehan. Dia mendengar suara gaduh di dalam.

“Apa ada pencuri, mengapa seperti ada barang yang jatuh?” pikir Leona.

Leona lalu membuka sedikit pintu itu supaya bisa mendengar apa yang terjadi di dalam.

Tubuh Leona menegang saat mendengar suara desahan pria dan wanita dari dalam. Dia sangat hafal dengan suara Rehan. Tak ingin berprasangka buruk terhadap suaminya, Leona mencoba untuk membukanya.

Dada Leona berdegup kencang saat ini, tangannya seolah mati rasa mendengar suara sang suami, tapi, dia harus menuntaskan rasa ingin tahunya.

Begitu pintu itu terbuka setengah, mata Leona terbelalak, air matanya pun jatuh bercucuran tanpa bisa dia cegah kala melihat suaminya sedang berada di atas tubuh wanita lain.

Brakk

Comments (7)
goodnovel comment avatar
Dewy Saras
sakit banget pasti hati leona
goodnovel comment avatar
Renita gunawan
Leona, tinggalkan saja rehan.daripada dirimu selalu tersiksa lahir dan batin oleh rehan
goodnovel comment avatar
Liya liyana
emosi jiwa baca episode yang ini
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status