Share

SKANDAL - 04

Menjadi desainer adalah impian Azalea sejak kecil. Meskipun memulai kariernya dari agensi modelling tapi minatnya terhadap dunia fashion sama sekali tidak berkurang, bahkan semakin memberontak kala dia diberi kepercayaan mengenakan gaun rancangan desainer ternama di Paris Fashion Week,  hingga membuatnya bermimpi agar gaun rancangannya bisa dikutsertakan dalam acara bergengsi dunia itu suatu hari nanti.

Azalea Aprilia Chou, model Internasional

 yang sudah malang melintang di berbagai pagelaran mode dunia sekaligus desainer gaun pengantin kenamaan. Namanya sudah tidak asing lagi. Media, infotaimen, gosip, majalah bisnis sudah banyak membahas tentang dirinya.

Darah Asia yang dimilikinya percampuran antara Korea-Sunda menjadikan Azalea sosok yang cantik, elegan dan anggun hingga membuatnya terlihat sempurna meski sampai saat ini dia masih betah melajang.

Lea keluar dari mobil Range Rover miliknya sesaat setelah berhenti sempurna di depan rumah bergaya modern yang mengadopsi rumah cantik ala Korea. Papanya, Chou Park Jesoen adalah lelaki keturunan Korea yang terjebak cinta dengan seorang traveller muda ambisius seperti Mamanya, Fiola Karlina.

"Mama, aku datang," teriaknya setelah membuka pintu kayu yang mengarah langsung ke dalam rumah, tersenyum ketika melihat seluruh anggota keluarganya mengelilingi meja makan di sisi lain ruangan minus Efraim, abang keduanya.

Karena sebagian besar hidupnya dihabiskan di Indonesia daripada Korea, Lea lebih nyaman memanggil kedua orang tuanya dengan sebuatan ala Indonesia dan mereka tidak keberatan sama sakali.

"Ahhh, anak gadis kesayangan Mama sudah datang." Mamanya melesat ke arahnya dan langsung memeluknya. 

"Maaf ya Ma, kelamaan di jalan."

"Tidak apa-apa. Yang penting kamu sudah datang."

Lea melambai ke arah keluarganya yang lain seraya melepas syalnya. Mamanya memegang lengannya seraya kembali membuka pintu rumah dan melongokkan kepalanya keluar lalu menutup pintu dengan raut wajah kecewa. 

Lea mendesah keras, "Lea sendirian, Mam.”

“Padahal Mama sudah berharap,” desah beliau seraya menggeretnya mendekati meja makan.

Lea mengabaikannya dan memeluk Pria Korea yang masih gagah dan awet muda yang duduk menjadi pusat dari meja makan. Papanya adalah salah satu pendukung setia anaknya menjadi seorang desainer. Papa terbaik yang bisa diminta oleh Lea.

“Hai, Papa.”

"Hai, Sayangku."

"Tante...Tante...Tante."

Lea menoleh saat mendengar rengekan keponakannya, Gesha Jeselyn, yang berumur lima tahun setelah keluar dari kamar mandi bersama Papanya.

"Hai sayang. Kangen sama Tante. Sini sayang."

Lea mendekat setelah meletakkan tasnya di sofa lalu menggendong gadis cilik itu setelah bertukar senyum dengan abang pertamanya, Erza.

"Kamu baru sampai?"

"Iya. Jalanan Jakarta - Bandung lagi macet banget kalau weekend begini."

Erza mendesah, Lea nyengir dan membawa Gesha bersamanya ke meja makan bergabung dengan yang lain karena dia sudah lapar.

"Lea, kamu benar-benar mau berhenti dari dunia model?" tanya Papanya yang sedang memakan kimchi buatan istri tercintanya yang luar biasa pintar memasak itu.

Lea meminum teh hijaunya dan mengangguk, "Iya Pap. Lea sudah capek jalan di catwalk." 

"Kapan dong jalan menuju ke pelaminannya?" Sindir Mamanya.

"Mam, kalau Lea sudah punya pacar, pasti bakalan Lea ajak ke sini. Mama akan jadi orang pertama yang Lea kasih kabar."

"Oke, tapi ingat ya jangan lama-lama. Kamu itu gadis dan dunia hiburan itu kejam. Mama tidak mau banyak orang yang memanfaatkan kamu untuk kepentingan mereka. Apalagi sampai muncul gosip-gosip yang tidak enak. Wanita cantik dewasa yang masih sendiri itu kebanyakan jadi sasaran gosip."

Lea menatap Erza meminta tolong. Abangnya hanya tersenyum mengisyaratkan untuk mendengarkan saja semua ocehan mamanya.

"Iya Mam."

"Bisnis fashionmu lancar-lancar aja kan, sayang?" Angel, kakak iparnya yang gantian bertanya.

Lea mengangguk, "Lancar. Itu juga yang jadi pertimbangan Lea untuk berhenti jadi model, Teh. Mau fokus jadi desainer aja. Ngurusin para pengantin yang ribet sama baju pengantinnya."

"Padahal kamu sudah buat gaun pernikahanmu sendiri tapi malah gak terpakai,” gumam Mamanya yang seketika memberi hawa gelap di wajah Lea. Secara tidak langsung mengingatkannya akan masa lalu.

"Mam, jangan nyudutin Lea terus seperti itu. Nanti dia malas  pulang ke rumah lagi." Erza membelanya kali ini.

Lea tersenyum. Memainkan anak rambut Gesha yang halus seraya menghela napas. Selalu seperti ini kalau pulang. 

"Mama sudah buatkan makanan kesukaan kamu. Bibimbap."

Lea langsung sumringah dan mendudukan Gesha di sebelah kursinya  mengambil alih seporsi Bibimbap yang disodorkan Mamanya itu dan melahapnya. Fiola tertawa menatap anak gadis satu-satunya itu. Dia hanya takut Lea trauma hingga tidak mau membuka diri dan sibuk sama kerjaannya.

Kalau bukan dia yang mengingatkan, siapa lagi ?

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status